BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Al-Qasas ayat 1-4

Tafsir Surah Al-Qasas ayat 1-4

Tafsir Surah Al-Qasas ayat 1-4 khususnya pada ayat 1-2 Allah menegaskan bawah ayat-ayat yag diturunkan kepada Rasulullah ini merupakan Al-Qur’an yang jelas dan mudah dipahami. Kemudian Tafsir Surah Al-Qasas ayat 1-4 Allah menceritakan kepada Nabi Muhammad kisah nabi Musa dan Fir’aun agar menjadi pelajaran bagi orang-orang beriman. Selengkapnya baca Tafsir Surah Al-Qasas ayat 1-4 di bawah ini….


Baca Juga: Kisah Qarun Dalam Al-Quran: Orang Paling Kaya Pada Zaman Nabi Musa


Ayat 1

Tha Siin Miim, lihat tafsir mengenai huruf-huruf hijaiyah pada awal Surah al-Baqarah.

Ayat 2

Pada ayat ini, Allah menegaskan bahwa ayat-ayat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah ayat-ayat dari Al-Qur’an yang jelas dan mudah dipahami. Ayat-ayat itu memberikan keterangan tentang hal-hal yang berkaitan dengan urusan agama dan mengungkap kisah umat-umat terdahulu yang kebenaran beritanya tidak diketahui oleh manusia di masa itu. Ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an bukan buatan Muhammad saw sebagaimana dituduhkan oleh orang-orang musyrik, karena Muhammad adalah seorang ummi yang tidak tahu menulis dan membaca.

Beliau juga tidak pernah belajar kepada orang-orang pandai apalagi kepada pendeta-pendeta Ahli Kitab. Dari mana Nabi Muhammad dapat mengetahui kisah umat-umat yang hidup berabad-abad yang lalu kalau tidak dari wahyu yang telah diturunkan Allah kepadanya. Oleh karena itu, tidak dapat diragukan lagi bahwa ayat-ayat Al-Qur’an yang mengandung hukum-hukum dan hal-hal yang berhubungan dengan agama serta kisah-kisah mengenai umat-umat dahulu kala, adalah benar-benar wahyu dari Allah.

Ayat 3

Pada ayat ini dijelaskan bahwa Allah membacakan kepada Nabi Muhammad dengan perantaraan Jibril ayat-ayat yang berhubungan dengan kisah Nabi Musa dan Fir’aun untuk menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman. Dengan memperhatikan kisah itu, di mana mereka mengetahui bahwa nasib orang-orang yang durhaka mendapat azab dan orang-orang mukmin terbebas dari penindasan orang-orang zalim, mereka bertambah yakin bahwa Al-Qur’an memang wahyu yang diturunkan Allah kepada Muhammad saw.

Dalam ayat ini disebutkan bahwa kisah Nabi Musa diceritakan khusus bagi kaum mukminin saja, padahal Al-Qur’an diturunkan untuk semua umat manusia baik yang beriman maupun yang kafir. Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa hanya orang-orang beriman yang dapat mengambil manfaat dari pemaparan kisah-kisah umat terdahulu karena mereka mempunyai pikiran yang jernih dan hati yang suci, serta tidak dipengaruhi oleh hal-hal yang mengotori jiwa dan akal.

Adapun orang-orang kafir dan tetap dalam kekafiran tidak akan mungkin mendapat manfaat daripadanya, karena mereka telah jauh terperosok ke dalam kemusyrikan. Hati mereka telah dikuasai oleh perasaan dengki, sombong, dan takabur, serta suka memperturutkan hawa nafsu, sehingga sulit bagi mereka menerima kebenaran yang bertentangan dengan keinginan dan kemauan mereka. Bagaimana pun jelasnya ayat-ayat dan bukti-bukti yang dikemukakan, mereka akan tetap mengingkari dan menolaknya dengan berbagai alasan yang dicari-cari seperti mengatakan bahwa Muhammad saw sudah gila atau mukjizat yang diturunkan kepadanya hanya sihir belaka.

Ayat 4

Pada ayat ini, Allah menerangkan kisah Fir’aun yang berkuasa mutlak di negeri Mesir. Tidak ada satu kekuasaan pun yang lebih tinggi dari kekuasaannya. Apa saja yang disukai dan dikehendakinya harus terlaksana. Semua rakyat tunduk dan patuh di bawah perintahnya sampai dia mengangkat dirinya menjadi tuhan.

Dengan kekuasaan mutlak itu, ia dapat melakukan kezaliman dan penganiayaan dengan sewenang-wenang. Pemerintahannya bukan berdasar keadilan dan akhlak yang mulia, tetapi berdasarkan kemauan dan keinginan semata. Politik yang dijalankannya adalah memecah belah kaumnya menjadi beberapa golongan. Kemudian ia menanamkan benih pertentangan dan permusuhan pada golongan-golongan itu agar dia tetap berkuasa terhadap mereka.

Gerakan apa pun yang dirasakan menentang kekuasaannya harus dibasmi dan dikikis habis. Kalau ada berita atau isu yang mengatakan bahwa seseorang atau satu golongan berusaha untuk menumbangkan kekuasaannya atau mungkin menjadi sebab bagi kejatuhannya, pasti orang atau golongan itu dimusnahkannya.

Golongan yang dianggap setia dan selalu menunjang dan mengokohkan singgasananya akan dimuliakan. Mereka juga diberi berbagai macam fasilitas dan keistimewaan agar menjadi kuat dan jaya. Fir’aun telah menindas Bani Israil karena dianggap golongan yang berbahaya, bila dibiarkan pasti akan menggerogoti pemerintahannya.

Dia memperlakukan golongan ini dengan sewenang-wenang, direndahkan dan dihinakan, serta dianggap sebagai golongan budak yang tidak mempunyai hak apa-apa. Golongan ini bahkan dipaksa membangun piramida dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan kasar dan berat lainnya. Apalagi setelah ia mendengar dari tukang-tukang tenungnya bahwa yang akan merobohkan kekuasaannya ialah Bani Israil. Semenjak itu Fir’aun bertekad bulat untuk membasmi golongan ini.

Selain memperlemah dan memperbudak Bani Isra’il, Fir’aun juga memutuskan setiap anak laki-laki yang lahir di kalangan Bani Israil harus dibunuh, tanpa belas kasihan. Ia tidak mempedulikan ratap tangis ibu yang kehilangan anak yang dikandungnya dengan susah payah selama sembilan bulan dan menjadi tumpuan harapannya.

Dengan tindakan ini, Fir’aun menyangka bahwa Bani Israil akan punah dengan sendirinya karena tidak ada lagi keturunan anak laki-laki yang akan lahir dan berkembang. Adapun anak-anak perempuan dibiarkan hidup karena selain dianggap lemah dan tak mampu melawan, mereka juga digunakan sebagai pemuas nafsu. Oleh karena itu, Allah mencap Fir’aun sebagai orang yang berbuat kebinasaan di muka bumi.

Sebenarnya banyak cara lain yang tidak bertentangan dengan peri kemanusiaan yang dapat dilakukan Fir’aun untuk menghalangi terjadinya apa yang ditakutkannya itu. Akan tetapi, karena hatinya sudah keras membatu dan pikirannya sudah gelap, tidak ada lagi jalan yang tampak olehnya kecuali membasmi semua anak laki-laki Bani Israil. Fir’aun lalu menyebarkan mata-mata ke seluruh pelosok negeri Mesir untuk menyelidiki semua perempuan. Bila ada di antara mereka yang hamil, langsung dicatat dan ditunggu masa melahirkannya. Bila yang dilahirkan anak perempuan akan dibiarkan saja, tetapi kalau yang dilahirkan anak laki-laki langsung diambil untuk dibunuh.

Apakah dengan tindakan itu Fir’aun dapat mempertahankan ke-kuasaannya? Pasti tidak! Karena di balik kekuasaannya itu, ada kekuasaan yang jauh lebih perkasa yaitu kekuasaan Allah yang tak dapat dikalahkan oleh siapa pun. Dialah Maha Pencipta, Mahakuasa, dan Mahaperkasa.

Diriwayatkan oleh as-Suddi bahwa Fir’aun bermimpi melihat api datang ke negerinya dari Baitul Makdis. Api itu membakar rumah-rumah kaum Fir’aun dan membiarkan rumah-rumah Bani Israil. Fir’aun bertanya kepada orang-orang cerdik-pandai dan tukang-tukang tenung. Mereka menjawab bahwa takwil mimpi itu ialah akan lahir seorang anak laki-laki (dari Bani Israil) yang akan meruntuhkan kekuasaannya di Mesir. Takwil inilah yang mendorong Fir’aun melakukan tindakan kejam dan ganas itu.

(Tafsir Kemenag)


Baca Selanjutnya: Tafsir Surah Al-Qasas ayat 5-6


Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...