Tafsir Surah Al-‘Ankabut ayat 9-11 khususnya ayat 10 berkaitan dengan ‘Ayyasy bin Abi Rabi‘ah di mana pada mulanya ia telah masuk Islam kemudian berhijrah ke Medinah, namun ia mendapat siksaan hingga akhirnya ia kembali menjadi murtad. Dijelaskan dalam Tafsir Surah Al-‘Ankabut ayat 9-11 ini bahwa siksaan Allah tidak dapat dihindari sedangkan siksaan manusia karena keimanan merupakan ujian bagi orang beriman. Akhirnya di dalam Tafsir Surah Al-‘Ankabut ayat 9-11 ini dikisahkan kembali bahwa ‘Ayyasy kembali beriman.
Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Al-‘Ankabut ayat 7-8
Ayat 9
Kemudian ditegaskan kembali kedudukan orang-orang yang beriman dan berbuat baik serta orang yang senantiasa menyucikan jiwanya. Mereka akan dimasukkan dalam kelompok orang-orang saleh, dan ditempatkan dalam surga “Jannatun na‘im”.
Allah memasukkan mereka ke dalam golongan orang-orang saleh sebagai ganjaran yang dianugerahkan kepada siapa saja yang memilih untuk mengindahkan perintah Allah dan rasul-Nya daripada perintah orang tua yang bersifat kedurhakaan.
Keengganan anak mengikuti perintah orang tuanya pasti mengakibatkan kekeruhan hubungan antara kedua pihak. Untuk itu, Allah menjanjikan kepada sang anak bahwa ia akan diberi ganti yang lebih baik, yaitu akan dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang saleh.
Ash-Salihin di sini maksudnya adalah kelompok orang-orang yang sangat berbakti kepada Allah dan yang bergabung dengan kelompok para nabi dan lain-lain, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah dalam Surah an-Nisa’/4: 69:
وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ فَاُولٰۤىِٕكَ مَعَ الَّذِيْنَ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ مِّنَ النَّبِيّٖنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاۤءِ وَالصّٰلِحِيْنَ ۚ وَحَسُنَ اُولٰۤىِٕكَ رَفِيْقًا
Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad), maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pencinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (an-Nisa’/4: 69)
Ayat 10
Menurut riwayat, ayat-ayat ini diturunkan berkaitan dengan peristiwa yang terjadi pada seseorang yang bernama ‘Ayyasy bin Abi Rabi‘ah di mana pada mulanya ia telah masuk Islam kemudian berhijrah ke Medinah. Akan tetapi, karena keislamannya itu, ia mengalami berbagai macam siksaan.
Karena tidak tahan lagi, ia kembali murtad dan kembali menjadi musyrik. Orang yang menyiksanya adalah tokoh kafir Quraisy bernama Abu Jahal dan al-Harits. Keduanya adalah pamannya sendiri (adik kandung ibunya). Akhirnya ‘Ayyasy masuk Islam kembali dan menjadi muslim yang baik.
Ayat ini menerangkan keadaan seseorang yang mengaku beriman kepada Allah dan mengikrarkan dengan lidah tentang keesaan-Nya. Akan tetapi, bila ia difitnah atau disiksa oleh orang musyrik yang tidak senang dengan keislamannya, ia menganggap bahwa fitnah yang berupa cobaan dan siksaan dari orang lain itu sama saja dengan azab dari Tuhan di akhirat. Oleh karena itu, daripada mengalami siksaan terus-menerus, lebih baik ia kembali lagi kepada agama berhala (murtad).
Sebenarnya kalau ia sungguh-sungguh beriman, tentu ia bersabar atas cobaan tersebut, dan menenteramkan hatinya dengan keimanan yang ber-sarang dalam dadanya. Namun demikian, cobaan tersebut justru memalingkan hatinya dari beriman kepada Allah, sebagaimana azab Allah memalingkan seseorang dari kekafirannya.
Ia menyangka siksaan dari manusia tidak dapat dihindarkan, sedang azab Allah di akhirat bisa saja dihindari. Dalam ayat lain disebutkan lagi:
;وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّعْبُدُ اللّٰهَ عَلٰى حَرْفٍۚ فَاِنْ اَصَابَهٗ خَيْرُ ِۨاطْمَئَنَّ بِهٖۚ وَاِنْ اَصَابَتْهُ فِتْنَةُ ِۨانْقَلَبَ عَلٰى وَجْهِهٖۗ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةَۗ ذٰلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِيْنُ
Dan di antara manusia ada yang menyembah Allah hanya di tepi; maka jika dia memperoleh kebajikan, dia merasa puas, dan jika dia ditimpa suatu cobaan, dia berbalik ke belakang. Dia rugi di dunia dan di akhirat. Itulah kerugian yang nyata. (al-Hajj/22: 11)
Jika pertolongan Allah didatangkan kepada orang-orang mukmin yang sedang berjuang, maka golongan yang masih ragu-ragu dengan kebenaran Islam itu pura-pura menjadi sahabat yang baik dan mengatakan, “Kami selalu bersamamu sebagai saudara-saudara seagama, dan kami akan menolongmu dalam menghadapi musuh.”
Apa yang mereka ucapkan itu tidak lain hanyalah sekadar ucapan mulut mereka saja. Sebab mereka telah berdusta dengan apa yang telah mereka dakwakan. Keterangan ayat lain menegaskan:
ۨالَّذِيْنَ يَتَرَبَّصُوْنَ بِكُمْۗ فَاِنْ كَانَ لَكُمْ فَتْحٌ مِّنَ اللّٰهِ قَالُوْٓا اَلَمْ نَكُنْ مَّعَكُمْ ۖ وَاِنْ كَانَ لِلْكٰفِرِيْنَ نَصِيْبٌ قَالُوْٓا اَلَمْ نَسْتَحْوِذْ عَلَيْكُمْ وَنَمْنَعْكُمْ مِّنَ الْمُؤْمِنِيْنَ ۗ فَاللّٰهُ يَحْكُمُ بَيْنَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ وَلَنْ يَّجْعَلَ اللّٰهُ لِلْكٰفِرِيْنَ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ سَبِيْلًا ࣖ
(yaitu) orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu. Apabila kamu mendapat kemenangan dari Allah mereka berkata, “Bukankah kami (turut berperang) bersama kamu?” Dan jika orang kafir mendapat bagian, mereka berkata, “Bukankah kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang mukmin?” Maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu pada hari Kiamat. Allah tidak akan memberi jalan kepada orang kafir untuk mengalahkan orang-orang beriman. (an-Nisa’/4: 141)
Ayat 11
Allah memperingatkan sikap orang-orang yang demikian dan menegaskan bahwa Dia mengetahui segala sesuatu yang tergores dalam hati mereka. Tidak ada sedikit pun yang tersembunyi.
Ringkasnya orang-orang munafik tersebut telah diketahui Allah bagaimana hati mereka yang sebenarnya sekalipun mereka senantiasa menyatakan imannya. Allah tidak mungkin dapat mereka tipu dengan cara demikian.
Fitnah dalam bentuk cobaan dan siksaan tersebut tidak lain hanyalah untuk menyisihkan orang-orang yang beriman, siapa yang sungguh-sungguh murni keyakinannya dan siapa pula yang berjiwa munafik (hipokrit).
Orang yang betul-betul beriman akan menaati Allah dalam segala keadaan dan situasi. Mereka yang tabah dan sabar menghadapi penderitaan akan memperoleh kemenangan dan pahala yang setimpal dari Allah.
Sebaliknya, orang munafik kembali akan mendurhakai-Nya bila sedang ditimpa cobaan atau ketika merasakan beban dan kewajiban yang dipikulkan sangat memberatkan, sehingga hati mereka tidak tahan mengerjakannya. Keterangan selanjutnya dapat dilihat pada ayat 12 surah ini, dan pada ayat:
مَا كَانَ اللّٰهُ لِيَذَرَ الْمُؤْمِنِيْنَ عَلٰى مَآ اَنْتُمْ عَلَيْهِ حَتّٰى يَمِيْزَ الْخَبِيْثَ مِنَ الطَّيِّبِ ۗ وَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى الْغَيْبِ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ يَجْتَبِيْ مِنْ رُّسُلِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُ ۖ فَاٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرُسُلِهٖ ۚ وَاِنْ تُؤْمِنُوْا وَتَتَّقُوْا فَلَكُمْ اَجْرٌ عَظِيْمٌ
Allah tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman sebagaimana dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia membedakan yang buruk dari yang baik. Allah tidak akan memperlihatkan kepadamu hal-hal yang gaib, tetapi Allah memilih siapa yang Dia kehendaki di antara rasul-rasul-Nya. Oleh karena itu, berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Jika kamu beriman dan bertakwa, maka kamu akan mendapat pahala yang besar.(Ali ‘Imran/3:179)
(Tafsir Kemenag)
Baca Setelahnya: Tafsir Surah Al-‘Ankabut ayat 12-15