Menjawab tuduhan orang-orang kafir kepada Rasulullah, maka dalam Tafsir Surah At-Tur Ayat 31-35 ini menegaskan bahwa Allah mengancam datangnya kehancuran didunia dan di akhirat bagi orang-orang kafir yang sombong.
Selain itu, untuk menjawab kesombongan mereka Tafsir Surah At-Tur Ayat 31-35 menantang orang-orang kafir tersebut untuk bersatu menyusun surah yang mirip dengan Alquran. Selengkapnya baca Tafsir Surah At-Tur Ayat 31-35 di bawah ini.
Baca Juga: Tafsir Surah al-An’am Ayat 68 : Bagaimana Menyikapi Orang Yang Melecehkan Al-Qur’an ?
Ayat 31
Dalam ayat ini Allah swt menegaskan kepada Muhammad saw supaya ia mengancam mereka dengan mengajak menunggu hari kehancuran mereka. Muhammad saw juga menyatakan bahwa ia juga menunggu seperti mereka mengenai akan datangnya ketentuan dari Tuhan, supaya mereka mengetahui siapa yang berakhir dengan kebaikan dan siapa pula yang mendapat kemenangan di dunia dan di akhirat.
Sikap orang-orang kafir yang sombong memang kadang-kadang perlu dihadapi dengan tegas. Apalagi tuduhan mereka memang sudah keterlaluan dengan menyatakan Nabi sebagai tukang tenung, sebagai orang gila dan sebagainya, padahal pendapat-pendapat mereka hanya didasarkan pada prasangka yang tidak berdasar sama sekali. Maka perlu ditegaskan bahwa risalah Nabi adalah dari Allah yang Mahakuasa, oleh karena itu Nabi tidak perlu takut membuktikan semuanya sampai di hari akhirat nanti.
Ayat 32
Kemudian pada ayat ini Allah swt mempertanyakan apakah orang-orang kafir itu mempergunakan akal sehat mereka atau hanya mempertaruhkan hawa nafsu dan angan-angan belaka dalam melemparkan tuduhan-tuduhan mereka yang aneh dan tidak ada dasarnya sama sekali. Nabi memang bukan penyair, juga bukan tukang tenung dan bukan orang gila.
Tuduhan-tuduhan mereka semata-mata didasarkan pada rasa benci yang berlebih-lebihan, sehingga tidak memperhatikan akal sehat sama sekali.
Ayat 33
Pada ayat ini dengan menggunakan bentuk kalimat pertanyaan, Allah menerangkan tuduhan orang-orang kafir bahwa Nabi dianggap mengada-ada, menyatakan sesuatu yang dikarang-karang sendiri oleh Nabi Muhammad saw. Bentuk pertanyaan ini, merupakan suatu dorongan agar mereka berpikir untuk mencari jawaban dengan menggunakan akal sehat.
Ayat-ayat Al-Qur’an memang memesona mereka, baik rangkaian bahasa-nya maupun isi kandungannya, sehingga mereka mengatakan Muhammad adalah penyair atau tukang tenung bahkan mereka anggap sebagai orang gila, sebetulnya mereka terkagum-kagum pada ayat Al-Qur’an, tetapi karena mereka tidak beriman, mereka menolak dan mengingkari firman-firman Allah dan kenabian Nabi Muhammad maka mereka asal tuduh saja. Memang mereka menghadapi dilema dengan kehebatan Al-Qur’an tetapi juga benci kepada Nabi Muhammad saw.
Demikianlah jika seseorang tidak mendapat hidayah dari Allah swt, menderita batin di dunia, dan menderita lahir batin di akhirat nanti.
Baca Juga: Tantangan Alquran kepada Penentang Risalah Nabi Muhammad
Ayat 34
Kemudian dalam ayat ini, Allah menjawab berbagi tuduhan mereka terhadap Nabi Muhammad saw dengan tantangan untuk mencoba membuat seperti apa yang telah disampikan oleh Nabi. Kalau Muhammad saw itu dituduh penyair, maka di tengah-tengah mereka itu banyak penyair yang fasih. Kalau Nabi dituduh tukang tenung, bukankah di tengah-tengah mereka juga banyak tukang tenung yang ahli. Atau kalau ia dituduh mengada-adakan, bukankah di tengah-tengah mereka itu juga banyak ahli pidato, lancar berbicara dengan keindahan tutur katanya, dan sebagainya.
Maka mengapakah mereka, tidak sanggup membuat suatu ungkapan seperti Al-Qur’an bila mereka memang orang-orang yang benar dalam tuduhan mereka. Bahkan mereka mempunyai tokoh-tokoh ahli yang punya kemampuan besar dalam berpidato, bersyair, dan telah banyak pengalaman menyusun kalimat dengan menggunakan gaya bahasa puisi atau prosa. Mereka mengetahui benar sejarah bangsa Arab lebih dari pengetahuan Muhammad saw? Walaupun demikian, nyatanya mereka masih tidak mampu membuat suatu surah pun seperti Al-Qur’an, meskipun mereka semua bekerja sama secara kelompok.
Ayat 35
Dalam ayat ini Allah menegaskan apakah orang-orang kafir itu mengingkari Allah sebagai Pencipta yang menjadikan semesta alam ini, atau mereka menganggap bahwa mereka itu diciptakan sebagus itu tanpa adanya pencipta. Namun, akal menetapkan bahwa setiap yang ada berasal dari tiada. Ini menunjukkan suatu bukti bahwa ada sesuatu yang mengadakannya pasti ada yang menciptakannya.
Ataukah mereka menganggap bahwa diri mereka sendiri yang menciptakan mereka. Anggapan mereka seperti ini tentulah bertentangan dengan akal yang sehat, sebab setiap sesuatu itu harus ada yang menyebabkan adanya dan yang mengadakannya.
(Tafsir Kemenag)
Baca Juga: Tafsir Surah Alhujurat Ayat 11: Bentuk Penjagaan Lisan