BerandaTafsir TematikPendengaran dan Penglihatan dalam Al-Quran, Bagaimana Mensyukurinya?

Pendengaran dan Penglihatan dalam Al-Quran, Bagaimana Mensyukurinya?

Allah Swt menjadikan manusia sebagai ciptaan yang paling sempurna dari makhluk lain. Allah membekali manusia dengan indera dan dilengkapi dengan akal, bagian yang tidak diberikan oleh Allah pada makhluk lainnya. Ada dua indera anugerah Allah yang disinggung dalam Alquran sebagai bekal manusia sejak lahir, yaitu pendengaran dan penglihatan. Apa isyarat yang ada di balik informasi penyebutan pendengaran dan penglihatan dalam Alquran tersebut? Allah Swt Berfirman,

وَاللهُ اَخْرَجَ كُمْ مِّنْ بُطُوْنِ اُمَّطهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْئًاۚ وَّجَعَلَ لَكُمْ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ.

“ Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur. (QS.An-Nahl:78)

Baca Juga: Anugerah Terbesar itu Menjadi Manusia

Kenapa pendengaran disebutkan paling awal?

Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam tafsirnya mengatakan bahwa awal penciptaan manusia itu dalam keadaan tidak mengetahui apapun. Kemudian Allah menciptakan pada manusia pendengaran, penglihatan, dan hati, agar dengan bekal tersebut manusia bisa mendapatkan berbagai macam pengetahuan.

Informasi pertama di balik penyebutan pendengaran dan penglihatan dalam Alquran itu berkaitan dengan urutannya. Pada ayat diatas, kita menemukan suatu redaksi dimana pendengaran mendahului redaksi penglihatan. Ini merupakan hal yang sangat unik untuk kita ketahui bersama. Quraish Shihab menjelaskan dalam Tafsir Al-Misbah, didahulukannya indera pendengaran sebelum indera penglihatan merupakan urutan yang sangat tepat.

Setelah diteliti, ilmu kedokteran mengatakan bahwa saat manusia dilahirkan, indera yang pertama kali berfungsi adalah pendengaran, lalu beberapa hari kemudian barulah penglihatannya mulai berfungsi. Hal ini dibuktikan pada saat seorang bidan mendatangi bayi yang baru lahir lalu menggerakkan jarinya dihadapan bayi itu, maka kelopak matanya akan diam saja, namun pada saat membunyikan sesuatu di dekat telinganya, maka bayi itu akan bergerak atau menangis.

Isyarat lain yang tersirat dari penyebutan pendengaran dan penglihatan dalam Alquran pada ayat di atas dapat dilihat dari bentuk lafad yang digunakan. Kita menemukan redaksi dimana kata mendengar berbentuk mufrad (tunggal), sedangkan untuk kata melihat berbentuk jamak. Alasannya karena menurut penafsiran Quraish Shihab, segala sesuatu yang didengar oleh manusia akan selalu sama, baik yang di dengar dari satu orang maupun dari banyak orang dan dari arah mana saja datangnya suara itu. Sedangkan mengenai apa yang dilihat, posisi dan tempat berpijak seseorang yang berbeda akan menghasilkan informasi pandangan yang berbeda pula.

Baca Juga: Alasan Kenapa Al-Quran Diturunkan Berbahasa Arab

Sedikit sekali orang yang mau menyukuri anugerah ini

Begitu pentingnya anugerah pendengaran dan penglihatan ini, sampai Allah Swt menghimbau kepada manusia untuk menyukuri anugerah tersebut dengan memanfaatkan keduanya semaksimal mungkin Sungguh sangat merugi ketika potensi ini tidak digunakan dengan baik. Allah Swt berfirman,

قُلْ اَرَاَيْتُمْ اِنْ اَخَذَ اللهُ سَمْعَكُمْ وَاَبْصَارَكُمْ وَخَتَمَ عَلَٰى قُلُوْبِكُمْ مَّنْ اِلٰهٌ غَيْرُ اللهِ يَأْ تِيْكُمْ بِهٖ ۗ اُنْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الاٰيٰتِ ثُمَّ هُمْ يَصْدِفُوْنَ.

“Katakanlah (Muhammad), ‘terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan serta menutup hatimu, siapakah tuhan selain Allah yang kuasa mengembalikannya kepadamu?’ perhatikanlah, bagaimana Kami menjelaskan berulang-ulang (kepada  mereka) tanda-tanda kekuasaan (kami), tetapi mereka tetap berpaling”(QS. Al-An’am:46)

Konteks turunnya ayat diatas berkenaan dengan orang-orang yang menyembah berhala dan meminta segala sesuatu kepada sesembahanىya tersebut. Kepada mereka, Allah mengandaikan bagaimana jika pendengaran dan penglihatan mereka dicabut? Akankah tuhan yang disembah oleh mereka dapat mengembalikan semua anugerah itu?

Seruan ini menandakan betapa besarnya anugerah telinga dan mata hingga tidak ada yang berkuasa mengembalikannya saat anugerah itu dicabut kecuali atas kekuasaan Allah Swt. tapi sayangnya banyak manusia yang tidak menyadarinya, bahkan mengingkarinya. Itulah mengapa Setelah diciptakannya pendengaran dan penglihatan, manusia diseru untuk bersyukur atas kemampuan yang telah Allah anugerahkan pada dirinya. Allah Swt berfirman,

قُلْ هُوَ الَّذِيْٓ اَنْشَاَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْـِٕدَةَۗ قَلِيْلًا مَّا تَشْكُرُوْنَ

“Katakanlah,’Dialah yang menciptakan kamu dan menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati nurani bagi kamu. (tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur.”(QS.Al-Mulk:23)

Selain fungsi utamanya yaitu mendengar dan melihat, pendengaran dan penglihatan dalam Alquran juga mengisyaratkan fungsinya sebagai sumber informasi dan juga merupakan piranti untuk memahami ayat-ayat Allah, dan dari kemampuan yang dihasilkannya itulah manusia daat mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan. Ayat diatas dapat menjadi renungan kita bersama untuk menyukuri potensi yang telah dititipkan Allah pada diri kita sebagai manusia.

Bayangkan apa yang terjadi jika seseorang tidak melihat dan mendengar. Dari mana manusia memperoleh informasi jika ia tidak dapat mendengar dan melihat? Secacat-cacatnya manusia, belum pernah ada yang lahir tanpa mata dan telinga. Meskipun ada, itupun karena beberapa sebab yang terjadi kemudian, misal mengalami kecelakaan yang akhirnya ia kehilangan salah satu fungsi dari kedua indera tersebut.

Di samping mengarahkan pendengaran dan penglihatan, Allah Swt juga memerintahkan manusia untuk mengasah akal yakni daya pikir dan mengasuh daya hati. Apabila hanya mengandalkan pendengaran dan pendengaran saja dan mengabaikan hati (al-‘af’idah), maka akan menghasilkan keputusan yang lebih banyak menimbulkan mudharat, karena pada hakikatnya hati (al-‘af’idah) menjadi panduan dalam pengambilan keputusan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang didapat dari metode pendengaran dan penglihatan tadi. Berawal al-‘af’idah inilah ilmu pengetahuan dan teknologi dapat berkembang diatas landasan nilai-nilai yang islami.

Baca Juga: 9 Sumber Rezeki Yang Disebutkan dalam Al-Quran

Kesimpulannya, marilah kita gunakan kemampuan mendengar dan melihat ini pada hal-hal yang bermanfaat bagi kehidupan. Telinga jangan digunakan untuk mendengar suara yang tidak pantas untuk didengarkan, pun mata jangan digunakan untuk melihat sesuatu yang mengandung maksiat. Gunakanlah telinga dan mata kita untuk mendengar dan melihat ayat-ayat Allah yang ada di alam semesta, karena menggunakan kedua potensi ini pada aktifitas yang baik adalah merupakan bentuk rasa syukur kita kepada Allah Swt atas anugerah yang telah diberikan-Nya. Wallahu A’lam

Harfin
Harfin
Mahasiswa Institut Pesantren KH. Abdul Chalim Mojokerto, aktif di CRIS Foundation
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Belajar parenting dari dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

Belajar ‘Parenting’ dari Dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

0
Dalam hal parenting, Islam mengajarkan bahwa perhatian orang tua kepada anak bukan hanya tentang memberi materi, akan tetapi, juga pendidikan mental dan spiritual yang...