BerandaKisah Al QuranMemahami Makna Setan dan Kejahatan Dalam Al-Quran

Memahami Makna Setan dan Kejahatan Dalam Al-Quran

Kejahatan (syarr) atau kebaikan (khair) masuk dalam amal perbuatan yang diperlihatkan oleh manusia secara individual dan kolektif. Di dalam tema setan dan kejahatan ini akan dibahas prinsip dari kejahatan yang sering dipersonifikasikan oleh Al-Quran sebagai iblis atau setan.

Sa’dullah Assa’idi menyebutkan bahwa perkataan setan dan kejahatan merupakan ungkapan yang bermakna “sifat” bagi amal perbuatan manusia yang tidak memenuhi norma-norma ajaran Tuhan yang telah diwahyukan. Kata setan (Syaithan) bermakna “senantiasa jauh” dari kebaikan, “membakar kemarahan” sehingga ia dikatakan sebagai makhluk yang tercipta dari api.

Dalam Al-Quran, khususnya dalam surat-surat yang diturunkan di Makkah, berulangkali makna setan disebutkan dalam bentuk jamaknya. firman Allah SWT dalam Al-Quran:

وَاِذَا لَقُوا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قَالُوْٓا اٰمَنَّا ۚ وَاِذَا خَلَوْا اِلٰى شَيٰطِيْنِهِمْ ۙ قَالُوْٓا اِنَّا مَعَكُمْ ۙاِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِءُوْنَ

Dan apabila mereka berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata, “Kami telah beriman.” Tetapi apabila mereka kembali kepada setan-setan (para pemimpin) mereka, mereka berkata, “Sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya berolok-olok.”  (QS. Al-Baqarah [2]: 14)

Baca juga: Merasa Diganggu Setan? Amalkan Doa Ayat Kursi

Dalam surat yang lain.

وَكَذٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيٰطِيْنَ الْاِنْسِ وَالْجِنِّ يُوْحِيْ بَعْضُهُمْ اِلٰى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُوْرًا ۗوَلَوْ شَاۤءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوْهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُوْنَ

Dan demikianlah untuk setiap nabi Kami menjadikan musuh yang terdiri dari setan-setan manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah sebagai tipuan. Dan kalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak akan melakukannya, maka biarkanlah mereka bersama apa (kebohongan) yang mereka ada-adakan. (QS. Al-An’am [6]: 112)

Istilah setan dalam bentuk jamak di atas merupakan kiasan dari perbuatan seorang manusia munafiq dan tampilan orang-orang yang memusuhi sekaligus berlawanan dengan misi dari setiap ajaran para nabi. Dengan demikian istilah setan-setan tersebut merujuk secara metaforis kepada manusia.

Di samping Al-Quran menyebutkan istilah setan secara metaforis kepada manusia, maka apakah sama halnya dengan jin? Sa’dullah Assa’idi menuturkan bahwa istilah setan juga bermakna ditujukan kepada jin, sebagaimana halnya manusia, jin juga berpeluang untuk melakukan kejahatan. Perbedaannya adalah jika perbuatan jahat manusia dapat dengan mudah dipahami atau dimengerti dalam dunia empiris, maka perbuatan jahat jin tidak demikian halnya.

Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Quran:

وَّاَنَّا لَمَسْنَا السَّمَاۤءَ فَوَجَدْنٰهَا مُلِئَتْ حَرَسًا شَدِيْدًا وَّشُهُبًاۖ وَّاَنَّا كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِۗ فَمَنْ يَّسْتَمِعِ الْاٰنَ يَجِدْ لَهٗ شِهَابًا رَّصَدًاۖ

Dan sesungguhnya kami (jin) telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api, dan sesungguhnya kami (jin) dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mencuri dengar (berita-beritanya). Tetapi sekarang siapa (mencoba) mencuri dengar (seperti itu) pasti akan menjumpai panah-panah api yang mengintai (untuk membakarnya). (QS. Al-Jin [72]: 8-9)

Baca juga: Agar Terhindar dari Kejahatan? Baca Surah Muawwidzatain

Hal demikian juga sesuai dengan pernyataan-pernyataan Al-Quran yang berulangkali bahwa setan-setan (dalam bentuk jamak) dengan sembunyi-sembunyi berusaha mencuri berita dari langit akan tetapi mereka diusir.

وَحَفِظْنٰهَا مِنْ كُلِّ شَيْطٰنٍ رَّجِيْمٍۙ

Dan Kami menjaganya dari setiap (gangguan) setan yang terkutuk, (Q.S. al-Hijr [15]: 17)

وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاۤءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيْحَ وَجَعَلْنٰهَا رُجُوْمًا لِّلشَّيٰطِيْنِ وَاَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيْرِ

Dan sungguh, telah Kami hiasi langit yang dekat, dengan bintang-bintang dan Kami jadikannya (bintang-bintang itu) sebagai alat-alat pelempar setan, dan Kami sediakan bagi mereka azab neraka yang menyala-nyala. (QS. Al-Mulk/ 67: 5)

Di dalam ide bahwa manusia dapat mengikuti “jejak” setan itu terdapat dua aspek, di antaranya sebagai berikut:

  1. Setan tidak pernah memaksa manusia untuk melakukan kejahatan, akan tetapi ia berusaha untuk menggoda manusia yang menjadi sasarannya.
  2. Jejak setan hanya dapat mengantarkan manusia kepada kehancuran. Dalam hal ini penting bagi manusia untuk mengenal jejak setan itu supaya dapat terhindar dari kehancuran.

Dengan demikian maka problema yang sebenarnya adalah terletak di dalam diri manusia itu sendiri karena ia merupakan perlawanan kebaikan dengan kejahatan, kebodohan dengan pengetahuan, dan kekuatan dengan ketidakberdayaan.

Kunci pertahanan manusia terhadap godaan setan adalah taqwa. Takwa ini semacam cahaya di dalam diri manusia, api spiritual yang harus dihidupkan manusia di dalam dirinya sendiri supaya ia dapat membedakan antara yang haq dan bathil, hal-hal yang ril dari hal-hal yang khayal, dan lain sebagainya. Jika manusia menghidupkan api spiritual itu maka ia dapat. Wallahu A’lam.

Neny Muthi'atul Awwaliyah
Neny Muthi'atul Awwaliyah
Peneliti, dosen di Fakultas Adab dan Humaniora IAIN Salatiga.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Belajar parenting dari dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

Belajar ‘Parenting’ dari Dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

0
Dalam hal parenting, Islam mengajarkan bahwa perhatian orang tua kepada anak bukan hanya tentang memberi materi, akan tetapi, juga pendidikan mental dan spiritual yang...