Al-Qur’an dan Terjemahannya: Edisi Penyempurnaan 2019 merupakan edisi terbaru terjemah Al-Qur’an (selanjutnya disebut terjemahan) yang diterbitkan oleh Kemenag hingga saat ini. Terjemahan ini juga turut disertakan dalam aplikasi Qur’an Kemenag, selain terjemahan tahun 2002. Terjemahan edisi penyempurnaan ini dapat didapatkan secara gratis dengan mengunduhnya pada laman Pustaka Lajnah (pustakalajnah.kemenag.go.id).
Seperti telah dijelaskan dalam pengantarnya, Terjemahan 2019 adalah edisi penyempurnaan dan penyesuaian yang ketiga setelah diterbitkan pertama kali pada tanggal 17 Agustus 1965. Upaya penyempurnaannya dilakukan dari tahun 2016 hingga 2019 mencakup aspek redaksional, konsistensi, dan substansional.
Sementara dua edisi penyempurnaan sebelumnya adalah penyempurnaan pertama yang dilakukan pada tahun 1989 dan dicetak oleh Mujamma‘ Malik Fahd pada tahun 1990 hingga saat ini; dan edisi penyempurnaan kedua yang dilakukan dalam rentang waktu 1998 hingga 2002 dengan menekankan aspek konsistensi pilihan kata, substansi, dan transliterasi.
Dari segi teks Al-Qur’an, Terjemahan 2019 telah menggunakan teks terbaru yang juga digunakan pada Mushaf Standar Indonesia (MSI) edisi 2019 hingga saat ini. Teks ini ditulis oleh Isep Misbah yang pilihan font-nya kemudian dijadikan font resmi Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ) untuk MSI, termasuk pada aplikasi Qur’an Kemenag.
Tata letak teks Al-Qur’an Terjemahan 2019 mengikuti tata letak MSI, yakni ditulis berdasakan halaman dengan frame yang memisahkan antara halaman teks Al-Qur’an dan halaman terjemahan. Terjemahannya sendiri ditulis mengelilingi teks Al-Qur’an menggunakan dua kolom dengan penomoran ayat sesuai teks Al-Qur’an yang ada.
Layout ini cukup berbeda dengan terjemahan edisi 1989, misalnya, yang dicetak oleh Mujamma‘. Teks Al-Qur’an-nya di sini ditulis secara urut satu per satu pada bagian kanan halaman dan diikuti terjemahannya pada bagian kiri halaman.
Tata letak semacam ini memungkinkan pembaca untuk melakukan pembacaan Al-Qur’an “seperti biasa” karena tampilannya yang sama seperti mushaf Al-Qur’an lain, tanpa usaha berlebih dalam membuka halaman dikarenakan penulisan ayatnya yang satu per satu. Dengan kata lain, Terjemahan 2019 dapat difungsikan sebagai mushaf baca dan juga dapat difungsikan sebagai terjemahan.
Baca juga: Menyoal Metode Terjemah Harfiah dalam Penerjemahan Alquran
Meski demikian, ada beberapa hal yang menurut penulis mestinya dapat ditambahkan ke dalam Terjemahan 2019 ini tanpa mengurangi nilai aksentuasi fungsi dari terjemahan yang dimiliki. Di antaranya adalah halaman deskripsi mushaf atau al-ta‘rif bi al-mushhaf.
Halaman yang berisi deskripsi singkat mengenai “biografi” mushaf ini padahal sudah ditambahkan pada MSI edisi 2019 hingga 2021. Namun demikian, dalam naskah terjemahan yang penulis miliki tertanggal 2020 tidak dijumpai adanya deskripsi tersebut. Sementara jika kita bandingkan dengan terjemahan lain, terbitan Mujamma‘ misalnya, deskripsi itu tetap dicantumkan.
Mengapa deskripsi ini penting? Karena bagi kalangan yang ingin menggunakan edisi ini “murni” sebagai mushaf baca, bukan terjemahan, dia tidak perlu merujuk pada mushaf lain untuk mengetahui cara penggunaan tanda baca, misalnya, atau aspek lain yang terdapat dalam sebuah mushaf Al-Qur’an.
Perbedaan lain yang dapat dijumpai dalam Terjemahan 2019 adalah tidak dicantumkan lagi materi-materi keilmuan yang menunjang pembelajaran dan pemahaman Al-Qur’an, seperti ilmu Al-Qur’an, sejarah Nabi dan relasinya terhadap kehadiran Al-Qur’an, atau pun sejarah penerjemahan. Hal ini mungkin disebabkan banyaknya sumber pengetahuan akan hal itu yang saat ini mudah diakses sehingga dianggap tidak dibutuhkan lagi.
Meski demikian, Terjemahan 2019 unggul dengan mencantumkan Daftar Pustaka yang dijadikan sumber dalam melakukan penerjemahan. Itu berarti bahwa dalam terjemahan yang diberikan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dengan merujuk pada literatur yang kredibel.
Sementara pada masalah teknis lain, seperti kategorisasi dan distribusi tema pembahasan ayat, Terjemahan 2019 tetap mengikuti pendahulunya. Hanya saja, secara redaksional, judul-judul yang diberikan tentu memiliki perbedaan, terutama menjadi lebih ringkas, sederhana, dan lugas. Wallahu a‘lam bi al-shawab. []
Baca juga: Mengenal Proyek Terjemahan Alquran Bahasa Lokal Kemenag