BerandaTafsir TematikPentingnya Menata Niat Bagi Pengajar dan Pelajar Al-Quran

Pentingnya Menata Niat Bagi Pengajar dan Pelajar Al-Quran

Mengajar dan belajar Al-Quran juga memerlukan tujuan yang benar. Tidak asal mengajar Al-Quran dengan dalih bahwa mengajarkan firman Allah dengan model apapun dan tujuan apapun sudah pasti bagus. Mengajar atau belajar Al-Quran tidak boleh untuk tujuan duniawi, seperti dijadikan modus untuk mencari jabatan atau mengundang perhatian manusia. Maka inilah pentingnya menata niat bagi pengajar dan pelajar Al-Quran. Banyak ayat maupun hadis yang menyinggung tentang hal ini.

Kesimpulan di atas disampaikan salah satunya oleh Imam An-Nawawi dalam kitab At-Tibyan, Fi Adabi Hamalatil Qur’an. Imam an-Nawawi menyatakan, tidak sepatutnya mengajar serta belajar Al-Quran dilakukan dengan niat berbau duniawi. Seperti untuk memperoleh harta, jabatan, kekuasaan, posisi di antara teman sejawat, pujian manusia atau perhatian khalayak banyak. Tidak patut pula dilakukan dengan tujuan, agar guru yang dimintai ilmu atau murid yang diajari, memiliki semacam belas kasihan sehingga mau memberi semacam hadiah (At-Tibyan/26).

Dalil Al-Quran dan Hadis

Imam An-Nawawi mengajukan beberapa dalil dari Al-Quran dan hadis yang mendorong agar memiliki niat yang benar, dalam mengajar atau belajar Al-Quran. Di antaranya:

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا

Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki. Dan Kami tentukan baginya neraka Jahanam. Ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir (QS. Al-Isra’ [17] 18).

Sedang dari hadis Nabi, diriwayatkan dari Abi Hurairah bahwa Nabi Muhammad bersabda:

 مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Barangsiapa yang mencari ilmu, yaitu sesuatu yang sepatutnya dicari karena Allah azza wa jalla semata, dengan tujuan hanya memperoleh sesuatu yang berbau duniawi, maka ia tidak akan menemukan bau surga di hari kiamat (HR. Abi Dawud dan Ibn Majah).

Baca juga: Ini Alasan Penting Belajar Ilmu Al-Quran dan Tafsirnya

Dalam hadis lain, diriwayatkan dari Anas, Khudzaifah dan Ka’ab ibn Malik, bahwa Rasulullah saw. bersabda:

مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُجَارِىَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ لِيُمَارِىَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يَصْرِفَ بِهِ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ أَدْخَلَهُ اللَّهُ النَّارَ

Barangsiapa mencari ilmu agar keilmuannya tampak di antara para ulama’, unggul diantara orang bodoh, atau mendapat perhatian khalayak banyak, maka Allah akan memasukkannya ke neraka (HR. at-Tirmidzi).

Adanya Kecenderungan Duniawi Tatkala Tujuan Sudah Benar

Berbagai hadis di atas menunjukkan, niat mengajar atau belajar haruslah benar. Tidak boleh untuk tujuan duniawi, tapi haruslah karena Allah. Seperti agar murid yang diajari dapat semakin mengenal Al-Quran dan semakin mudah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Atau mengajar tajwid agar si murid dapat membaca Al-Quran dengan baik dan benar, sebagaimana perintah Allah kepada setiap hambanya agar membaca Al-Quran dengan tartil. Lalu bagaimana bila sudah mengajar atau belajar dengan tujuan karena Allah, tapi tetap terlintas di pikiran adanya tujuan duniawi?

Imam As-Sindiy dalam syarahnya atas hadis Ibn Majah di atas berkomentar, hadis tersebut merupakan ancaman bagi orang yang tidak memiliki tujuan dalam berinteraksi dengan ilmu, kecuali hanya tujuan duniawi saja. Namun apabila ia memiliki niat memperoleh ridha Allah, dan besertaan itu ia memiliki kecenderungan terhadap duniawi, maka tidak masuk pada ancaman tersebut (Hasyiyah As-Sindiy/1/235).

Ini menunjukkan, tidak apa-apa bila di tengah mengajar atau belajar, terlintas tujuan duniawi. Yang terpenting, tujuan duniawi tersebut bukanlah tujuan utama. Melainkan kecenderungan atau keinginan yang kadang tak bisa dihindari manusia. Dan jangan sampai tujuan duniawi tersebut membuat lalai dari tujuan utama. Maka hal inilah betapa pentingnya menata niat kita dalam belajar Al-Quran.

Baca juga: 7 Etika Yang Harus Diperhatikan Ketika Bergaul dengan Al-Quran

Di antara tujuan-tujuan duniawi yang tidak boleh ada saat mengajar atau belajar Al-Quran adalah, agar keilmuannya tampak di antara para ulama’, unggul diantara orang bodoh, atau mendapat perhatian khalayak banyak. Imam al-Mubarkafuri menjelaskan, salah satu gambaran “mengajar atau belajar Al-Quran dengan tujuan agar keilmuannya tampak di antara para ulama’” adalah, seperti agar ia dapat ikut berbicara dalam perdebatan para ulama’. Sehingga ia bisa menunjukkan pada orang lain bahwa ia adalah orang yang berilmu (Tuhfatul Ahwadzi/6/454).

Sedang gambaran “mengajar atau belajar Al-Quran dengan tujuan agar mendapat perhatian khalayak banyak” adalah, seperti agar dengan itu ia memperoleh simpati orang lain sehingga mudah memperoleh harta, jabatan, atau menjadi pusat perhatian khalayak banyak (Tuhfatul Ahwadzi/6/454). Wallahu A’lam.

Muhammad Nasif
Muhammad Nasif
Alumnus Pon. Pes. Lirboyo dan Jurusan Tafsir Hadis UIN Sunan Kalijaga tahun 2016. Menulis buku-buku keislaman, terjemah, artikel tentang pesantren dan Islam, serta Cerpen.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...