BerandaTafsir TematikRagam Makna Fitnah dalam Al-Quran yang Penting Diketahui

Ragam Makna Fitnah dalam Al-Quran yang Penting Diketahui

Fitnah adalah kata yang familier didengar oleh masyarakat Indonesia. Kata ini diserap dari bahasa arab fitnatun yang memiliki banyak arti sesuai konteks kalimat, di antaranya: bencana, cobaan, ujian dan siksaan. Namun harus diketahui bahwa makna fitnah dalam bahasa Indonesia berbeda dengan makna fitnah dalam Al-Quran dan bahasa Arab.

Dalam KBBI, makna fitnah ialah suatu perkataan bohong atau tanpa dasar kebenarannya yang disebarkan dengan maksud menjelekkan orang, seperti pencemaran nama baik atau dalam bentuk kehormatan lainnya. Hal senada juga dikemukakan oleh Abdul Mudjib. Ia menyatakan bahwa fitnah adalah menyiarkan berita tanpa dasar kebenaran, yang hakikatnya hendak merugikan orang lain.

Sedangkan makna fitnah dalam bahasa arab adalah cobaan dan ujian (fatana). Ibnu Manzur dalam Lisan al-‘Arabi menyebutkan bahwa makna fitnah di antaranya adalah al-ibtila (bala), al-imtihan (ujian), dan al-iktibar (cobaan). Asal kata fitnah ialah fatantu al-fiddah wa al-dzahab, yakni membakar perak dan emas dengan api untuk memisahkan antara yang palsu dan yang asli.

Baca juga: Ini Makna Fitnah Lebih Kejam daripada Pembunuhan Menurut Mufassir

Kata fitnah dan derivasinya disebutkan sebanyak 60 kali dalam Al-Quran yang tersebar pada 32 surah, mulai dari surah al-Baqarah hingga surah al-Buruj. Dari ayat-ayat tersebut, Al-Quran menggunakan beberapa bentuk kata fitnah, yakni: fitnah, fatannā, lā yaftinannakum, yaftinahum, futinū, layaftinūnaka, futūnan, futintum, linaftinahum, tuftanūn, la yuftanūn, bifātinīn, yuftanūn, maftūn, linaftinahum dan fatanū (Mu‘jam Mufradāt Alfāz al-Qurān).

Banyaknya penyebutan istilah fitnah menggambarkan kepada kita bahwa persoalan ini merupakan salah satu tema sentral Al-Quran atau setidaknya penting untuk dibicarakan secara intensif. Yang harus diperhatikan dari keragaman penyebutan tersebut adalah perbedaan makna fitnah yang terkandung pada setiap ayat sesuai dengan konteks kalimat.

Dari sekian banyak ayat-ayat yang berbicara mengenai fitnah, setidaknya ada lima makna fitnah dalam Al-Quran yang dapat penulis sampaikan, yaitu:

  1. Fitnah dalam arti azab

Makna fitnah dalam Al-Quran yang pertama adalah azab atau siksa. Hal ini disebutkan dalam surah az-Zariyat [51] ayat 13-14 yang berbunyi:

يَوْمَ هُمْ عَلَى النَّارِ يُفْتَنُوْنَ ١٣ ذُوْقُوْا فِتْنَتَكُمْۗ هٰذَا الَّذِيْ كُنْتُمْ بِهٖ تَسْتَعْجِلُوْنَ ١٤

(Hari pembalasan itu ialah) pada hari (ketika) mereka diazab di dalam api neraka. (Dikatakan kepada mereka), “Rasakanlah azabmu ini. Inilah azab yang dahulu kamu minta agar disegerakan.” (QS. Az-Zariyat [51] ayat 13-14)

Menurut al-Sa’adi dalam kitab, Taisir al-Karim al-Rahman Fi Tafsir Kalam al-Mannan, makna fitnah pada ayat ini adalah azab neraka. Hal serupa disampaikan oleh al-Maraghi dalam kitabnya, Tafsir al-Maraghi. Menurutnya, di akhirat kelak malaikat penjaga neraka akan berkata kepada penghuninya dengan ejekan, “Rasakanlah azabmu ini. Inilah azab yang dahulu kamu minta agar disegerakan.”

Baca juga: Agar Terhindar dari Fitnah Dajjal? Baca Surah Al Kahfi

  1. Fitnah dalam arti mendatangkan cobaan (menyiksa)

Makna fitnah dalam Al-Quran yang kedua adalah mendatangkan cobaan (menyiksa) atau mendatangkan bencana seperti membunuh. Hal ini disebutkan dalam surah al-Buruj [85] ayat 10 yang berbunyi:

اِنَّ الَّذِيْنَ فَتَنُوا الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنٰتِ ثُمَّ لَمْ يَتُوْبُوْا فَلَهُمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَلَهُمْ عَذَابُ الْحَرِيْقِۗ ١٠

Sungguh, orang-orang yang mendatangkan cobaan (bencana, membunuh, menyiksa) kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan lalu mereka tidak bertobat, maka mereka akan mendapat azab Jahanam dan mereka akan mendapat azab (neraka) yang membakar.” (QS. Al-Buruj [85] ayat 10).

Secara umum, ayat ini memberitahukan bahwa Allah swt memberikan ancaman kepada orang-orang yang sering menganiaya kaum muslimin. Mereka yang suka menyiksa ini – baik laki-laki maupun perempuan – dan tidak pula bertobat atas kesalahan tersebut dengan meminta ampun kepada Allah serta meminta maaf kepada korban, maka Allah swt akan memasukkan mereka ke dalam api neraka (Tafsir al-Maraghi).

  1. Fitnah dalam arti ujian

Makna fitnah dalam Al-Quran yang ketiga adalah cobaan atau ujian. Hal ini telah disebutkan oleh Al-Quran dalam surah al-Anfal [8] ayat 28 yang berbunyi:

وَاعْلَمُوْٓا اَنَّمَآ اَمْوَالُكُمْ وَاَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ ۙوَّاَنَّ اللّٰهَ عِنْدَهٗٓ اَجْرٌ عَظِيْمٌ ࣖ ٢٨

Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar.” (QS. Al-Anfal [8] ayat 28).

Berkenaan dengan ayat di atas, az-Zamakhsyari menjelaskan bahwa harta benda dan keturunan dikategorikan sebagai fitnah (fitnatun), karena mereka – sering kali – menjadi penyebab terjerumusnya seseorang ke dalam dosa, yakni mengkhianati amanah yang diperintahkan pada ayat sebelumnya. Dengan demikian, dalam konteks ini fitnah memiliki makna ujian atau cobaan bagi manusia (Tafsir al-kasysyaf).

Baca juga: Tafsir Ayat Syifa: Al-Quran sebagai Obat Penyakit Hati Manusia

Pandangan serupa disampaikan oleh al-Sa’adi. Menurutnya, makna fitnah pada ayat ini adalah cobaan atau ujian. Jika dikaitkan dengan ayat sebelumnya, maka dapat dipahami surah al-Anfal [8] ayat 28 menjelaskan bahwa harta dan anak-anak adalah salah satu cobaan atau ujian bagi seseorang dalam menunaikan amanah. Karena itu, ia harus benar-benar berhati-hati dalam menjalankan amanah.

  1. Fitnah dalam arti penipuan, kesesatan atau penyimpangan

Makna fitnah dalam Al-Quran yang keempat adalah penipuan, kesesatan atau penyimpangan. Hal ini disebutkan oleh Al-Quran dalam surah al-A’raf [7] ayat 27 yang berbunyi:

يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْءٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ ٢٧

Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.” (QS. al-A’raf [7] ayat 27).

  1. Fitnah dalam arti bencana

Makna fitnah dalam Al-Quran yang kelima adalah syirik. Hal ini telah disebutkan dalam surah al-Maidah [5] ayat 71 yang berbunyi:

وَحَسِبُوْٓا اَلَّا تَكُوْنَ فِتْنَةٌ فَعَمُوْا وَصَمُّوْا ثُمَّ تَابَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ ثُمَّ عَمُوْا وَصَمُّوْا كَثِيْرٌ مِّنْهُمْۗ وَاللّٰهُ بَصِيْرٌۢ بِمَا يَعْمَلُوْنَ ٧١

Dan mereka mengira bahwa tidak akan terjadi bencana apa pun (terhadap mereka dengan membunuh nabi-nabi itu), karena itu mereka menjadi buta dan tuli, kemudian Allah menerima tobat mereka, lalu banyak di antara mereka buta dan tuli. Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Maidah [5] ayat 71).

Menurut Syekh Nawawi al-Bantani dalam kitabnya, Tafsir Marah Labid, makna fitnah dalam surah al-Maidah [5] ayat 71 adalah bencana. Ayat ini berbicara tentang bani Israil yang mengira bahwa mereka tidak akan ditimpa bencana atas perbuatan jahat yang mereka lakukan, yakni membunuh para nabi dengan keji dan mendustakan ajarannya.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa makna fitnah dalam Al-Quran tidaklah tunggal, tetapi bervariatif sesuai konteks kalimat di mana ia berada. Meskipun demikian, mengutip Toshihiko Izutsu, setiap kata Al-Quran – dalam konteks ini fitnah – memiliki makna denotatif atau makna dasar yang melekat padanya sekalipun dibawa pada konteks berbeda. Wallahu a’lam.

Muhammad Rafi
Muhammad Rafi
Penyuluh Agama Islam Kemenag kotabaru, bisa disapa di ig @rafim_13
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...