BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Al-Anbiya’ Ayat 12-16

Tafsir Surah Al-Anbiya’ Ayat 12-16

Tafsir Surah Al-Anbiya’ Ayat 12-16

Tafsir Surah Al-Anbiya’ Ayat 12-16 menjelaskan bahwa kaum kafir berada dalam kondisi panik ketika azab Allah Swt tiba, mereka berusaha lari, namun usaha yang mereka lakukan hanyalah sia-sia. Disaat peradilan Allah, mereka dimintai pertanggung jawaban, namun mereka hanya bisa mengeluh pada diri sendiri, dan menyesal atas kelalaian semasa hidup di dunia. Tafsir Surah Al-Anbiya’ Ayat 12-16 juga menjelaskan bahwa segalam makhluk yang ALlah ciptakan tidaklah sia-sia, melainkan ada tujuan dan hikmah didalamnya.

Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Al-Anbiya’ Ayat 7-11

Ayat 12

Pada ayat ini Allah menjelaskan bagaimana keadaan kaum kafir pada waktu terjadinya malapetaka tersebut, setelah mereka yakin bahwa azab Allah pasti akan menimpa diri mereka sebagaimana yang telah diperingatkan oleh para nabi dan rasul, maka mereka lari dalam keadaan tunggang langgang, padahal dahulunya mereka dengan penuh kesombongan berkata kepada rasul-rasul mereka, “Kami pasti akan mengusir kamu dari negeri kami ini, atau kamu akan kembali kepada agama kami.” Sekarang sebaliknya merekalah yang terpaksa meninggalkan rumah dan kampung halaman mereka, melarikan diri dari azab Allah.

Ayat 13

Pada ayat ini Allah menjelaskan, bahwa ketika mereka lari untuk menyelamatkan diri dari malapetaka yang datang, mereka diperintahkan kembali ke tempat semula, di mana mereka telah merasakan nikmat Allah, untuk kemudian menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada mereka, sebagai pertanggung jawaban mereka kepada Allah.

Ayat 14

Dalam ayat ini Allah menjelaskan apa jawaban kaum kafir itu terhadap perintah di atas, ketika itu barulah mereka menyesal dan mengakui kezaliman yang telah mereka perbuat selama ini. Mereka berkata, “Aduhai, celaka sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim.” Akan tetapi, pengakuan dan penyesalan itu sudah tidak berguna lagi. Azab Allah tidak dapat dielakkan lagi. Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tidak berguna.

Ayat 15

Ayat ini menegaskan bahwa mereka senantiasa mengulangi keluhan yang semacam itu, namun azab Allah telah menimpa dan membinasakan mereka, sehingga jadilah mereka seperti tanaman yang telah dituai, rusak binasa, dan tidak mungkin hidup kembali.


Baca Juga:


Ayat 16

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah tidak menciptakan langit dan bumi serta semua yang terdapat di antara keduanya, untuk maksud yang sia-sia atau main-main, melainkan dengan tujuan yang benar, yang sesuai dengan hikmah dan sifat-sifat-Nya yang sempurna.

Pernyataan ini merupakan jawaban terhadap sikap dan perbuatan kaum kafir yang mengingkari kenabian Muhammad saw, serta kemukjizatan Al-Qur’an. Karena tuduhan-tuduhan yang dilemparkan kepadanya yaitu, bahwa Al-Qur’an adalah buatan Muhammad, bukan wahyu dan mukjizat yang diturunkan Allah kepadanya.

Sikap ini menunjukkan bahwa mereka tidak mengakui ciptaan Allah, seakan-akan Allah menciptakan sesuatu hanya untuk main-main, tidak mempunyai tujuan yang benar dan luhur. Padahal Allah menciptakan langit, bumi dan seisinya, dan yang ada di antara keduanya, adalah agar manusia menyembah-Nya dan berusaha untuk mengenal-Nya melalui ciptaan-Nya itu. Akan tetapi maksud tersebut baru dapat tercapai dengan sempurna apabila penciptaan alam itu diikuti dengan penurunan Kitab yang berisi petunjuk dan dengan mengutus para rasul untuk membimbing manusia.

Al-Qur’an selain menjadi petunjuk bagi manusia, juga berfungsi sebagai mukjizat terbesar bagi Muhammad saw, untuk membuktikan kebenaran kerasulannya. Oleh sebab itu, orang-orang yang mengingkari kerasulan Muhammad adalah juga orang-orang yang menganggap bahwa Allah menciptakan alam ini dengan sia-sia, tanpa adanya tujuan dan hikmat yang luhur, tanpa ada manfaat dan kegunaannya.

Apabila manusia mau memperhatikan semua yang ada di bumi ini, baik yang tampak di permukaannya, maupun yang tersimpan dalam perut bumi itu, niscaya ia akan menemukan banyak keajaiban yang menunjukkan kekuasaan Allah. Jika ia yakin bahwa kesemuanya itu diciptakan Allah untuk kemaslahatan dan kemajuan hidup manusia sendiri, maka ia akan merasa bersyukur kepada Allah, dan meyakini bahwa semuanya itu diciptakan Allah berdasarkan tujuan yang luhur karena semuanya memberikan faedah yang tidak terhitung banyaknya. Bila manusia sampai kepada keyakinan semacam itu, sudah pasti ia tidak akan mengingkari Al-Qur’an dan tidak akan menolak kerasulan Nabi Muhammad saw.

Senada dengan isi ayat ini, Allah telah berfirman dalam ayat-ayat yang lain.

وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاۤءَ وَالْاَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلًا ۗذٰلِكَ ظَنُّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فَوَيْلٌ لِّلَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنَ النَّارِۗ

Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dengan sia-sia. Itu anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang yang kafir itu karena mereka akan masuk neraka. (¢ād/38: 27)

Dan firman Allah lagi:

مَا خَلَقْنٰهُمَآ اِلَّا بِالْحَقِّ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ

Tidaklah Kami ciptakan keduanya melainkan dengan haq (benar), tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (ad- Dukhān/44: 39)

 

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya : Tafsir Surah Al-Anbiya’ Ayat 17-19


Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...