BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Al-Hajj Ayat 53-54

Tafsir Surah Al-Hajj Ayat 53-54

Tafsir Surah Al-Hajj Ayat 53-54 berbicara tentang usaha setan yang selalu mengajak manusia agar terjerumus dalam kesesatan, dan al-Qur’an adalah petunjuk bagi manusia untuk menghadapinya godaan tersebut.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Al-Hajj Ayat 52


Ayat 53

Allah menjelaskan berbagai usaha setan-setan beserta pengikut-pengikutnya untuk memperdayakan manusia dengan menambah pengertian yang salah dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan dalam agama Islam.

Perbuatan mereka itu menjadi cobaan bagi manusia, terutama bagi orang-orang yang beriman, orang-orang yang ingkar dan sesat hatinya serta orang-orang munafik. Godaan setan itu menambahkan sesat dan menimbulkan penyakit dalam hatinya, sehingga kekafiran dan kemunafikan mereka bertambah.

Sedang orang-orang yang kuat imannya tidak akan tertipu oleh setan, setiap godaan setan yang datang kepadanya akan menambah kuat imannya.

Sebaliknya orang-orang yang sesat hatinya dan ada penyakit di dalamnya akan jauh menyimpang dari jalan yang benar, karena itu sukar bagi mereka kembali ke jalan yang benar. Mereka tidak dapat lagi mengharapkan keridaan Allah dan tidak akan lepas dari siksaan Allah.

Ayat 54

Allah melakukan yang demikian itu agar orang-orang yang berilmu pengetahuan mengetahui dan merenungkan segala macam hukum yang telah ditetapkan Allah, pokok-pokok sunnatullah, segala macam subhat dan penafsiran ayat-ayat dengan cara yang salah yang dibuat oleh setan dan pengikut-pengikutnya.

Dengan pengetahuan dan pengalaman itu diharapkan iman mereka bertambah, meyakini bahwa Al-Qur’an itu benar-benar berasal dari Allah. sebagaimana mereka meyakini bahwa Allah menjamin keaslian Al-Qur’an dari campur tangan manusia di dalamnya dan dari penafsiran yang salah.

Karena itu hendaklah orang-orang yang beriman yang telah dapat membedakan antara yang benar dan yang salah, antara iman dan kufur menundukkan dan menyerahkan diri kepada Allah.

Membaca ayat-ayat Al-Qur’an dengan sungguh-sungguh, melaksanakan segala yang diperintahkan-Nya, menghentikan segala larangan-Nya, baik yang berhubungan dengan ibadah, muamalat, budi pekerti, hukum dan tata cara bergaul dalam kehidupan masyarakat.

Kemudian ditegaskan bahwa Allah benar-benar akan memberi petunjuk dan taufik kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan mengikuti semua rasul. Petunjuk dan taufik yang diberikan Allah kepada hamba-Nya dilakukan dengan bermacam cara. Ada cara yang langsung dan ada pula dengan cara yang tidak langsung, kadang-kadang manusia sendiri menyadari bahwa ia telah menerima petunjuk itu.

Dalam sejarah kehidupan Nabi Muhammad saw banyak didapati saat-saat Allah memberikan petunjuk yang langsung kepadanya. Di antaranya petunjuk-petunjuk Allah kepadanya adalah teguran Allah kepada Nabi, ketika Nabi melakukan perbuatan yang dianggap tidak layak dilakukan oleh rasul, misalnya teguran-Nya kepada Nabi karena meremehkan seorang sahabat yang bertanya kepadanya, Nabi sedang sibuk dengan pembesar Quriasy. Di antara contoh-contohnya ialah sebagai berikut:

Imam Ibnu Jarir meriwayatkan bahwa Ibnu Ummi Maktum, seorang sahabat Nabi yang buta dan miskin. Pada suatu hari ia datang menghadap Nabi dan ia berkata, “Ya Rasulullah, bacakan dan ajarkanlah kepadaku apa yang telah diajarkan Allah kepadamu.” Ia mengulangi perkataan itu tiga kali.


Baca Juga: Bukti Perkembangan Al-Qur’an yang Fleksibel dan Tidak Sepi dari Perdebatan


Waktu Ibnu Ummi Maktum bertanya, Rasul saw sedang menerima pembesar Quraisy, yaitu Walid bin Mugirah dan konon musuh umat Islam, sedang Ibnu Ummi Maktum tidak melihat dan mengetahui pula bahwa Rasulullah sedang sibuk menerima tamu-tamunya.

Karena itu Rasulullah saw merasa kurang senang dengan permintaan Ibnu Ummi Maktum, beliau bermuka masam dan berpaling daripadanya. Sikap Rasulullah terhadap Ibnu Ummi Maktum itu ditegur Allah dengan firman-Nya:

عَبَسَ وَتَوَلّٰىٓۙ  ١  اَنْ جَاۤءَهُ الْاَعْمٰىۗ  ٢  وَمَا يُدْرِيْكَ لَعَلَّهٗ يَزَّكّٰىٓۙ  ٣  اَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنْفَعَهُ الذِّكْرٰىۗ  ٤  اَمَّا مَنِ اسْتَغْنٰىۙ  ٥  فَاَنْتَ لَهٗ تَصَدّٰىۗ  ٦  وَمَا عَلَيْكَ اَلَّا يَزَّكّٰىۗ  ٧  وَاَمَّا مَنْ جَاۤءَكَ يَسْعٰىۙ  ٨  وَهُوَ يَخْشٰىۙ  ٩  فَاَنْتَ عَنْهُ تَلَهّٰىۚ  ١٠  كَلَّآ اِنَّهَا تَذْكِرَةٌ ۚ  ١١

Dia (Muhammad) berwajah masam dan berpaling, karena seorang buta telah datang kepadanya (Abdullah bin Ummi Maktum). Dan tahukah engkau (Muhammad) barangkali dia ingin menyucikan dirinya (dari dosa), atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, yang memberi manfaat kepadanya? Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup (pembesar-pembesar Quraisy), maka engkau (Muhammad) memberi perhatian kepadanya, padahal tidak ada (cela) atasmu kalau dia tidak menyucikan diri (beriman). Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran), sedang dia takut (kepada Allah), engkau (Muhammad) malah mengabaikannya. Sekali-kali jangan (begitu)! Sungguh, (ajaran-ajaran Allah) itu suatu peringatan. (‘Abasa/80: 1-11)

Dengan teguran Allah itu Rasulullah menjadi sadar akan kesalahannya, sejak waktu itu beliau tambah menghormati sahabat-sahabat beliau, termasuk menghormati Ibnu Ummi Maktum sendiri. Teguran Allah inilah yang membedakan posisi Nabi dengan manusia biasa.

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya : Tafsir Surah Al-Hajj Ayat 55-58


Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

tafsir surah al-An'am ayat 116 dan standar kebenaran

Tafsir Surah Al-An’am Ayat 116 dan Standar Kebenaran

0
Mayoritas sering kali dianggap sebagai standar kebenaran dalam banyak aspek kehidupan. Namun, dalam konteks keagamaan, hal ini tidak selalu berlaku. Surah al-An'am ayat 116...