BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Al-Kahfi ayat 39-42

Tafsir Surah Al-Kahfi ayat 39-42

Tafsir Surah Al-Kahfi ayat 39-42 masih mengisahkan Yahuza dan Qurthus sang pemilik kebun yang penuh dengan buah-buahannya.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Al-Kahfi ayat 36-38


Ayat 39

Tafsir Surah Al-Kahfi ayat 39-42 ini Yahuza meneruskan kata-katanya kepada Qurthus, “Seharusnya kamu mengucapkan syukur kepada Allah ketika memasuki kebun-kebunmu dan merasakan kagum terhadap keindahannya. Mengapa kamu tidak mengucapkan pujian kepada Allah atas segala nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepadamu, berupa harta dan anak yang banyak yang belum pernah diberikan-Nya kepada orang lain.”

“Katakanlah “Masya Allah” ketika itu, sebagai tanda pengakuan atas kelemahanmu di hadapan-Nya, dan bahwa segala yang ada itu tidak mungkin terwujud tanpa izin dan kemurahan-Nya. Di tangan-Nya nasib kebun-kebun itu, disuburkan menurut kehendak-Nya ataupun dihancurkan menurut kehendak-Nya pula.

Mengapa kamu tidak mengucapkan la quwwata illa billahi (tidak ada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah) sebagai tanda pengakuan bahwa tidak ada kekuatan yang dapat memakmurkan dan mengurusnya kecuali dengan pertolongan Allah swt.” Ayat ini mengandung pelajaran tentang zikir yang baik diamalkan. Nabi Muhammad saw berkata kepada sahabatnya, Abu Hurairah:

اَلاَ أَدُلُّكَ عَلَى كَنْزٍ مِنْ كُنُوْزِ الْجَنَّةِ تَحْتَ الْعَرْشِ قَالَ قُلْتُ نَعَمْ قَالَ: أَنْ تَقُوْلُ لاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ. (رواه أحمد عن أبي هريرة)

Maukah aku tunjukkan kepadamu salah satu perbendaharaan surga yang terletak di bawah Arasy? Aku menjawab, “Ya, saya mau.” Rasul berkata, “Kamu membaca la quwwata illa billahi.” (Riwayat Imam Ahmad dari Abu Hurairah).

Demikian pula banyak hadis-hadis Rasul saw yang mengajarkan kepada umatnya sewaktu mendapat nikmat dari Allah supaya dia mengucapkan bacaan itu, Rasulullah saw bersabda:

مَا أَنْعَمَ اللهُ عَلَى عَبْدٍ نِعْمَةً فِى أَهْلٍ أَوْ مَالٍ أَوْ وَلَدٍ فَيَقُوْلُ مَا شَاءَ اللهُ لاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ، إِلاَّ دَفَعَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ كُلَّ آفَةٍ حَتَّى تَأْتِيَهُ مَنِيَّتُهُ وَقَرَأَ وَلَوْلاَ إِذَ دَخَلْتَ، إلخ. (رواه البيهقي وابن مردويه عن أنس)

Setiap Allah swt memberikan kepada seorang hamba nikmat pada keluarga, harta, atau anak lalu dia mengucapkan “masya’ Allah, la quwwata illa billah”, tentu Allah menghindarkan dia dari segala bencana sampai kematiannya, lalu Rasulullah membaca ayat 39 Surah al-Kahf ini. (Riwayat al-Baihaqi dan Ibnu Mardawaih dari Anas r.a.)

Setelah Yahuza selesai menasehati saudaranya supaya beriman, dan sudah menjelaskan tentang kekuasaan Allah swt, mulailah dia menanggapi perkataan saudaranya yang membanggakan harta dan orang-orangnya. Yahuza berkata, “Jika kamu memandang aku lebih miskin daripada kamu, baik mengenai harta kekayaan, maupun mengenai anak buah, maka tidaklah mengapa bagiku.”

Ayat 40

“Namun aku mengharapkan agar Allah mengubah keadaanku, memberi aku kekayaan, dan menganugerahkan  kepadaku kebun yang lebih baik daripada kebunmu karena imanku kepada-Nya. Sebaliknya, Allah swt akan melenyapkan kenikmatan yang diberikan-Nya kepadamu karena kekafiranmu, dan Dia akan menghancurkan kebun-kebunmu dengan mengirim petir dari langit yang membakar habis semuanya, sehingga menjadi tanah tandus yang licin.”

Ayat 41

“Atau Allah menghancurkan kebun-kebun itu dengan bencana dari bumi dengan jalan menghisap air yang mengalirinya dan masuk ke dalam perut bumi, sehingga kamu tak dapat berbuat apa-apa untuk mencari air itu lagi.”

Demikianlah harapan Yahuza yang mukmin itu, agar Allah memperlihat-kan kekuasaan-Nya secara nyata kepada orang yang kafir dan sombong itu. Dengan turunnya hukuman itu, baik berupa bencana dari langit ataupun dari bumi, manusia yang kafir itu bisa menjadi sadar.

Ayat 42

Tafsir Surah Al-Kahfi ayat 39-42 dalam ayat ini, Allah swt menerangkan bahwa apa yang diharapkan Yahuza akan segera menjadi kenyataan. Allah swt kemudian membinasakan segala harta kekayaan Qurthus. Tadinya ia mengatakan dengan penuh kesombongan bahwa kebun-kebunnya tidak akan binasa selama-lamanya.

Tetapi setelah dia menyaksikan kehancuran harta kekayaannya, timbullah kesedihan dan penyesalan yang mendalam, sambil membolak-balikkan dua telapak tangannya sebagai tanda menyesal terhadap lenyapnya segala biaya yang dibelanjakannya untuk membangun kebun-kebunnya selama ini. Semua tanaman dan pohon anggur yang ada dalam kebun itu runtuh bersama penyangganya.

Pada saat kesedihannya memuncak, dia teringat kepada nasihat dan ajaran saudaranya, sehingga ia mengerti bahwa bencana itu datang karena kemusyrikan dan kezalimannya terhadap diri sendiri. Lalu keluarlah kata-kata penyesalan dari mulutnya, “Aduhai, kiranya aku beriman dan bersyukur, tentulah Tuhan tidak akan menghancurkan kebun-kebunku.”

Kata-kata penyesalan yang demikian lahir dari seorang yang sudah berada dalam kesulitan besar yang tak terelakkan lagi. Semua orang bila terjepit dan berada dalam bencana, dia mengeluh dan dari mulutnya keluar kata-kata yang mencerminkan penyesalannya yang mendalam. Sedangkan jika tidak terjepit atau tidak dalam kesengsaraan, dia tidak akan mengeluarkan kata-kata demikian.

Firman Allah swt:

فَلَمَّا رَاَوْا بَأْسَنَاۗ قَالُوْٓا اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَحْدَهٗ وَكَفَرْنَا بِمَا كُنَّا بِهٖ مُشْرِكِيْنَ 

Maka ketika mereka melihat azab Kami, mereka berkata, ”Kami hanya beriman kepada Allah saja dan kami ingkar kepada sembahan-sembahan yang telah kami persekutukan dengan Allah.” (al-Mu’min/40: 84)

(Tafsir Kemenag)


Baca Selanjutnya: Tafsir Surah Al-Kahfi ayat 43-46


Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

tafsir surah al-An'am ayat 116 dan standar kebenaran

Tafsir Surah Al-An’am Ayat 116 dan Standar Kebenaran

0
Mayoritas sering kali dianggap sebagai standar kebenaran dalam banyak aspek kehidupan. Namun, dalam konteks keagamaan, hal ini tidak selalu berlaku. Surah al-An'am ayat 116...