Tafsir Surah Al Mursalat Ayat 45-50 ditegaskan lagi bahwa Allah benar-benar akan mengutuk orang-orang yang mendustakan-Nya, sisa-sia kebahagian di dunianya hanyalah sedikit sedangkan balasan di akhirat berlangsung kekal. Kemudian Tafsir Surah Al Mursalat Ayat 45-50 khususnya ayat 48 merupakan ayat yang turun ketika Rasulullah berdakwah di Saqif, sebuah wilayah yang dekat dengan Makkah. Allah perintahkan kaum Saqif untuk rukuk dan bersujud, akan tetapi dengan keras kepala mereka menolak, oleh sebab itu dalam ayat 49-50 sebagai penutup Tafsir Surah Al Mursalat kembali Allah tegaskan akan balasan bagi mereka yang mendustakan-Nya.
Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Al Mursalat Ayat 45-50
Ayat 45
Dalam ayat ini sekali lagi Allah mengutuk orang-orang yang mendustakan-Nya, “Kecelakaan bagi orang-orang yang mendustakan (Kami) pada hari itu.” Kecelakaan bagi mereka karena mendustakan apa yang telah diberikan Allah, yaitu kemuliaan orang bertakwa dan dengan kehinaan mereka pada hari Kiamat. Sungguh sial nasib orang yang mendustakan itu.
Ayat 46
Kemudian dalam ayat ini Allah berseru dan mengancam dengan firman-Nya agar mereka makan dan menikmati sisa-sisa kesenangan hidup di dunia yang tinggal sedikit itu, sebab kelak pada waktunya Allah akan memberlakukan sunah berupa kedatangan siksa dan azab buat mereka seperti berulang-ulang dijatuhkan pada bangsa-bangsa sebelum mereka.
Ayat 47
Allah lalu mengulangi lagi celaan dan ancaman-Nya kepada orang yang mendustakan-Nya. Mereka telah melakukan suatu perbuatan yang menyebabkan diri mereka terbenam dalam azab dan kesengsaraan abadi. Padahal di dunia mereka cuma menikmati kesenangan yang sangat sedikit dan tiada lama waktunya.
Baca Juga: Gambaran Delusi Para Penolak Kebenaran dalam Surah Al-Hajj Ayat 46
Ayat 48
Diriwayatkan bahwa ayat ini turun ketika Rasulullah saw berdakwah menyuruh penduduk negeri Saqif, suatu negeri yang tidak jauh dari Mekah untuk salat menyembah Allah. Mereka menjawab dengan sombong, “Kami tak akan ruku‘ (salat) karena bukan merupakan suatu kebiasaan kami.” Nabi menjawab bahwa tidak ada kebaikan bagi suatu agama yang tidak ada padanya ruku‘ dan sujud. Ada yang mengatakan perintah ini adalah ketika orang-orang kafir disuruh sujud di hadapan Allah di hari akhirat, mereka tak sanggup melakukannya, sebab tidak biasa mengerjakan di atas dunia.
Allah menyatakan bahwa mereka diperintahkan ruku‘ (mengerjakan salat), tetapi mereka enggan. Apabila disuruh patuh dan taat serta takut kepada Allah dan pada hari yang di waktu itu semua mata tunduk karena takut, mereka bersikap keras kepala.
Ayat 49-50
Sebagai penutup dari dua ayat terakhir ini, Allah mengulang kembali kutukan-Nya terhadap orang-orang yang mendustakan perintah dan larangan-Nya. Kecelakaan besar bagi orang yang mendustakan karena tidak patuh kepada perintah-Nya dan tidak mau meninggalkan larangan-Nya.
Setelah mencela orang kafir dengan sangat keras agar mengikuti agama yang benar, maka Allah mengakhiri surah ini dengan menegaskan bahwa orang-orang musyrik itu sama sekali tidak mau mendengarkan nasihat para dai yang mengajak mereka untuk mengikuti ajaran Ilahi bagi kepentingan kehidupan mereka di dunia dan akhirat. Allah mengatakan, “Maka kepada perkataan apakah selain Al-Qur’an mereka akan beriman?” Jadi dengan keterangan-keterangan Al-Qur’an yang begitu jelas dan mudah dimengerti disertai dengan bukti-bukti yang jelas, mereka tidak juga mau beriman, maka manakah lagi kebenaran yang mampu membawa mereka kepada petunjuk Ilahi?”
Dari ayat terakhir ini jelaslah bahwa Allah telah menetapkan ajaran Al-Qur’an tentang dunia dan akhirat yang menghimpun sekalian keterangan yang ada, lengkap dengan segala seluk-beluknya sebagai alasan yang kuat. Dengan demikian, Al-Qur’an satu-satunya kitab suci yang dikenal manusia yang mengandung keterangan yang begitu jelas dan lengkap. Hanya manusia tidak mau beriman menjelang ajal datang mencabut kehidupannya.
(Tafsir Kemenag)
Baca Juga: Kisah Nabi Syuaib dan Penduduk Madyan dalam Al Quran