Tafsir Surah Al-Qasas ayat 72-74 mengulas tentang kekuasaan Allah yang telah menciptakan siang dan malam serta fungsinya, yakni siang digunakan untuk mencari rezeki dan malam digunakan untuk istirahat dan melepaskan lelah. Sehingga Tafsir Surah Al-Qasas ayat 72-74 dibawah ini mengajak kita untuk terus mensyukuri nikmat dan rahmat yang telah Allah berikan.
Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Al-Qasas ayat 68-71
Ayat 72
Kandungan ayat ini kebalikan dari ayat sebelumnya. Pada ayat ini, Allah menyuruh Rasul-Nya menanyakan kepada orang-orang musyrik, andaikata Allah menjadikan siang itu terus menerus sepanjang masa sampai di hari Kiamat tanpa ada malam silih berganti dengannya, apakah ada tuhan selain dari Allah yang mampu mendatangkan malam? Apakah mereka tidak memperhatikan tanda-tanda kekuasaan Allah yang sempurna? Seakan-akan mereka tidak punya pikiran.
Sekiranya mereka memperhatikan dengan baik, tentu mereka akan mengambil kesimpulan bahwa tidak ada yang layak disembah kecuali Tuhan yang telah memberikan karunia dan nikmat yang tak terhingga banyaknya dan kuasa menjadikan siang dan malam itu silih berganti untuk terciptanya suatu keseimbangan.
Siang dijadikan terang untuk mencari rezeki dengan segala kemampuan yang ada. Kemudian siang itu lenyap digantikan oleh malam yang suasananya cocok digunakan untuk melepaskan dan menghilangkan kelelahan agar tenaga dan pikiran kembali pulih guna mencari rezeki pada keesokan harinya. Firman Allah:
وَهُوَ الَّذِيْ جَعَلَ الَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِّمَنْ اَرَادَ اَنْ يَّذَّكَّرَ اَوْ اَرَادَ شُكُوْرًا
Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau yang ingin bersyukur.(al-Furqan/25: 62)
Menurut kajian ilmiah, sinar matahari dalam ilmu pengetahuan fisika merupakan pancaran gelombang energi yang dihasilkan dari reaksi nuklir fusi dan fisi yang terjadi di permukaan matahari secara berkesinambungan. Ketika sinar ini dipancarkan secara terus menerus dan dalam waktu cukup lama akan menimbulkan panas
Apa yang akan terjadi sekiranya siang terus menerus sampai hari Kiamat? Sudah pasti keadaan udara dan hawa dari detik ke detik, dari menit ke menit dan dari jam ke jam akan menjadi semakin panas. Dalam waktu 100 jam saja udara bisa mencapai temperatur di atas titik didih 100ºC.
Karenanya, lautan, danau, sungai, dan sebagainya akan mendidih dan menggelegak. Dapat dibayangkan apa yang akan terjadi sekiranya seluruh sungai, danau, dan samudera mendidih airnya? Begitu juga darah yang mengalir di dalam tubuh kita juga turut mendidih. Dalam keadaan demikian, tidak ada satu pun makhluk yang dapat hidup. Semuanya akan mati dan musnah menjadi debu-debu yang beterbangan.
Allah juga menjadikan malam sebagai waktu istirahat bagi manusia. Semuanya itu bertujuan agar manusia dapat membayangkan betapa hebatnya kekuasaan Allah dan juga perlindungan yang diberikan-Nya untuk kehidupan setiap makhluk ciptaan-Nya khususnya manusia yang dikaruniai akal pikiran yang sempurna.
Baca Juga: Menilik Konsep Energi dan Klasifikasinya dalam Al-Quran
Ayat 73
Pergantian siang dan malam dengan fungsinya masing-masing, yaitu siang digunakan untuk berusaha mencari rezeki dan malam digunakan untuk istirahat dan melepaskan lelah, sehingga pulih kembali tenaga yang telah dipergunakan pada siang harinya, adalah merupakan rahmat besar dari Allah yang tak ternilai harganya dan wajib disyukuri.
Nikmat yang tak disyukuri akan hilang lenyap dicabut dan ditarik kembali oleh Allah. Sebaliknya nikmat yang disyukuri dengan memanfaatkannya sebaik-baiknya sesuai dengan perintah Allah, akan bertambah terus. Firman Allah:
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (Ibrahim/14: 7)
Ayat 74
Ayat ini menerangkan bahwa di hari Kiamat Allah akan memanggil orang-orang musyrik dan berkata kepada mereka, “Di mana sekutu-sekutu-Ku yang kalian anggap sebagai sekutu-Ku di dunia? Dapatkah mereka itu melepaskan kalian dari keadaan yang menghimpit sekarang ini.”
Sengaja orang musyrik dipanggil pada waktu itu untuk mengikrarkan suatu kesaksian atas penyembahan mereka selain dari Allah. Ini juga bertujuan supaya mereka mengetahui bahwa memper-sekutukan Allah itu adalah sebab paling utama atas kemurkaan-Nya, sebagaimana mengesakan-Nya adalah sebab utama atas rida-Nya.
(Tafsir Kemenag)