BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Yunus Ayat 68-73

Tafsir Surah Yunus Ayat 68-73

Tafsir Surah Yunus Ayat 68-73 berbicara mengenai satu hal pokok, yaitu tentang keingkarang orang-orang kafir. Sebagian orang kafir yang tergolong dari orang Yahudi, Nasrani dan orang-orang Musyrik menyatakan bahwa Allah mempunyai anak. Maha Suci Allah dari segala tuduhan itu.


Baca sebelumnya: Tafsir Surah Yunus Ayat 63-67


Selain itu, Tafsir Surah Yunus Ayat 68-73 ini juga berbicara mengenai kaum Nabi Nuh yang mengingkari dakwahnya. Mereka mengingkari dakwah Nabi Nuh sebagaimana orang-orang Yahudu, Nasrani, dan Musyrik itu.

Ayat 68

Allah menjelaskan kepada kaum Muslimin bahwa orang-orang Yahudi, Nasrani, dan orang-orang musyrik mengatakan bahwa Allah mempunyai anak, seperti kepercayaan orang-orang Yahudi bahwa Uzair anak Allah, kepercayaan orang-orang Nasrani bahwa Isa Al-Masih putera Allah, dan orang-orang musyrik menduga bahwa para malaikat itu anak perempuan Allah.

Allah menyangkal anggapan-anggapan dan tuduhan-tuduhan mereka.

Bagaimana mungkin tuduhan-tuduhan itu dapat dibenarkan sebab Dialah Yang Maha mencipta, memiliki, dan berkecukupan, bahkan langit, bumi, dan benda-benda yang ada di antaranya adalah ciptaan-Nya. Dialah Yang Menguasai, Allah tidak memerlukan semua benda yang ada, malahan sebaliknya mereka itulah yang memerlukan Allah.

Apabila manusia memerlukan anak, memang sudah sepantasnya, sebab anak itulah yang melanjutkan keturunan dan menjadi kebanggaannya. Akan tetapi Allah tidak memerlukan anak sebab Dialah yang menciptakan manusia dan keturunan-nya.

Allah menandaskan bahwa orang-orang Ahli Kitab dan orang-orang musyrik yang beranggapan demikian itu, tidak mempunyai alasan sedikitpun untuk membuktikan kebenaran anggapannya, bahkan anggapan itu hanyalah menunjukkan kebodohan mereka sendiri.

Itulah sebabnya maka Allah menyatakan di akhir ayat ini, bahwa mereka menyatakan sesuatu yang mereka sendiri tidak tahu kebenarannya, itulah suatu kebodohan besar. Apalagi setelah mereka mendapat keterangan dari wahyu yang dibacakan, dan mereka masih tetap mempertahankan anggapannya, hal ini menunjukkan kebebalan mereka.

Dari ayat ini dapat diambil pelajaran bahwa orang yang mengatakan sesuatu tanpa mempunyai alasan adalah menunjukkan kepada kebodohan sendiri.

Ayat 69

Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya agar mengatakan kepada orang-orang yang mempersekutukan-Nya dengan tuhan-tuhan yang lain, atau orang-orang yang mengatakan bahwa Allah mempunyai anak, bahwa orang-orang yang mengadakan kebodohan terhadap Allah seperti mereka itu, tidak akan beruntung karena apa yang mereka harapkan seperti keselamatan mereka dari siksaan api neraka, dan kehidupan bahagia berkat pertolongan dari patung-patung yang mereka pertuhankan, tidak akan menjadi kenyataan.

Ayat 70

Allah memberikan penjelasan bahwa mereka itu memperoleh kesenangan sementara di dunia, tertipu oleh kenikmatan dunia yang fana. Kenikmatan dunia apabila dibandingkan dengan kenikmatan di akhirat tidak ada artinya sama sekali.

Kemudian pada hari kebangkitan mereka akan dikembalikan kepada Allah. Pada masa itulah mereka akan dikumpulkan di Padang Mahsyar, dan dimintai tanggung jawabnya atas semua perbuatan yang mereka lakukan di dunia. Kemudian Allah akan memberikan siksaan yang setimpal dengan perbuatan mereka, yaitu siksaan yang pedih yang tidak terperikan, disebabkan oleh keingkaran mereka terhadap ayat-ayat Allah dan kedustaan terhadap Nabi Muhammad saw.


Baca juga: Tafsir Surat al-Mulk Ayat 25-27: Balasan Bagi yang Ingkar Terhadap Ancaman Allah


Ayat 71

Allah memerintahkan Nabi Muhammad saw untuk menceritakan kepada kaum musyrikin Mekah tentang peristiwa penting dalam kisah Nabi Nuh a.s. dan kaumnya. Nabi Nuh a.s. menyatakan kepada kaumnya tentang kebulatan tekadnya untuk terus menyebarkan agama Allah seraya menyerah-kan sepenuhnya segala keputusan kepada Allah.

Tidak memperdulikan apakah kaumnya itu keberatan akan kehadirannya di tengah-tengah mereka untuk menyeru mereka menyembah Allah, ataukah mereka keberatan terhadap peringatan yang disampaikannya tentang bukti-bukti keesaan Allah.

Berkat kebulatan tekad dan ketawakkalannya itu, Nabi Nuh a.s. tidak ragu-ragu menentang kaumnya supaya mereka membulatkan keputusan mereka dengan mengikutsertakan sembahan-sembahan mereka untuk membinasakan beliau.

Bahkan dia menganjurkan kepada mereka agar dalam menetapkan rencana itu terang-terangan, tidak sembunyi-sembunyi. Kemudian bilamana rencana itu sudah matang dengan pemufakatan yang terbuka, Nabi Nuh menyerukan supaya mereka segera melaksanakan rencana pembunuhan terhadap dirinya itu dan tidak menunda-nundanya.

Ayat 72

Ayat ini menjelaskan bahwa Nabi Nuh a.s. mengatakan kepada kaumnya bahwa dia tidak akan minta imbalan apa-apa kepada mereka dan tidak akan memperoleh keuntungan duniawi dari tugas dakwah itu, kecuali pahala dan ganjaran dari Allah.

Karena itu tidak ada alasan bagi mereka untuk berpaling dari seruannya itu. Sekiranya mereka berpaling dari peringatan-peringatan dan seruan-seruan itu, sedikitpun Nabi Nuh tidak dirugikan atau disusahkan. Dia diperintahkan untuk menjadi orang yang menjunjung tinggi segala perintah Allah dan berserah diri kepada-Nya.

Ayat 73

Dalam ayat ini diterangkan bahwa meskipun Nabi Nuh a.s. sudah mengemukakan kebenaran seruan dan ajakannya dengan alasan-alasan yang logis, namun kaumnya terus mengingkarinya dan mendustakan kerasulan-nya.

Karena kemungkinan mereka beriman telah tertutup, hukuman Tuhan diturunkan kepada mereka berupa angin topan yang dahsyat serta banjir besar yang menenggelamkan mereka. Nabi Nuh dan orang-orang beriman bersamanya, diselamatkan Allah dari bencana topan itu.

Mereka naik ke sebuah bahtera yang mereka buat sebelum serangan topan itu atas petunjuk Allah. Mereka inilah yang menjadi penghuni bumi dan menggantikan kaum yang telah binasa itu yaitu mereka yang mendustakan ayat-ayat Allah. Dalam salah satu firman-Nya, Allah berkata:

وَكَمْ اَهْلَكْنَا مِنَ الْقُرُوْنِ مِنْۢ بَعْدِ نُوْحٍۗ وَكَفٰى بِرَبِّكَ بِذُنُوْبِ عِبَادِهٖ خَبِيْرًاۢ بَصِيْرًا

Dan berapa banyak kaum setelah Nuh, yang telah Kami binasakan. Dan cukuplah Tuhanmu Yang Maha Mengetahui, Maha Melihat dosa hamba-hamba-Nya. (al-Isra’/17: 17)

Allah kemudian mengajarkan kepada Nabi Muhammad saw untuk menyampaikan berita ini kepada mereka yang terus menerus ingkar kepada Rasul. Apa yang dialami umat Nabi Nuh itu tentulah akan dialami pula oleh kaumnya bilamana mereka terus menerus mengingkari kerasulannya.


Baca setelahnya: Tafsir Surah Yunus Ayat 74-79


(Tafsir Kemenag)

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Belajar parenting dari dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

Belajar ‘Parenting’ dari Dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

0
Dalam hal parenting, Islam mengajarkan bahwa perhatian orang tua kepada anak bukan hanya tentang memberi materi, akan tetapi, juga pendidikan mental dan spiritual yang...