BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Al-Kahfi ayat 101-110

Tafsir Surah Al-Kahfi ayat 101-110

Tafsir Surah Al-Kahfi ayat 101-110 menjelaskan bahwa orang-orang yang mata hatinya tertutup dari kekuasaan Allah akan disediakan Azab yang pedih. Sebagai penutup dari surah Al-Kahfi Tafsir Surah Al-Kahfi ayat 101-110 ini lebih banyak memperingati manusia untuk berperilaku baik sesuai dengan syariat dan ridha yang ditetapkan oleh Allah.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Al-Kahfi ayat 98-100


Ayat 101

Ayat ini menjelaskan bahwa azab yang pedih itu disediakan untuk orang-orang yang mata hatinya selalu tertutup dari memperhatikan tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di dunia ini. Mereka tidak pernah memikirkan bukti-bukti kekuasaan-Nya, tidak pernah bertobat kepada Tuhannya, tidak pernah mengikuti perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, seolah-olah mereka menutup telinga tidak mau mendengar peringatanperingatan dari Allah itu.

Azab yang demikian itu ditimpakan kepada mereka sebagai akibat perbuatan mereka berkecimpung (bergelimangan) dalam dosa dan pelanggaran, mengikuti godaan setan masuk dalam perangkap-perangkap yang dipasang oleh setan, sehingga hati mereka dikunci mati oleh Tuhan sehingga tidak dapat lagi mempergunakan mata dan telinganya untuk menerima petunjuk dan kebenaran. Dan Allah menjelaskan bahwa apa-apa yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memberi manfaat kepada mereka sedikit pun.

Ayat 102

Apakah orang-orang kafir yang mempersekutukan Aku dengan yang lain menyangka bahwa hamba-hamba-Ku yang ada dalam genggaman kekuasaan-Ku, seperti para malaikat, Isa putra Maryam dan berhala-berhala yang mereka sembah, dapat mereka jadikan penolong untuk menyelamatkan diri dari kemurkaan dan azab-Ku?

Sangkaan mereka itu adalah sesat dan salah belaka dan Allah dengan tegas menyatakan lagi, “Kami telah menyediakan neraka Jahannam bagi orang-orang kafir sebagai tempat tinggal dan sebagai ganti dari apa-apa yang mereka sajikan untuk sembahan-sembahannya.

Ayat 103

Ayat ini menjelaskan perintah Allah kepada Nabi Muhammad untuk mengatakan kepada orang-orang yang membantahnya di antara Ahli-ahli Kitab yaitu Yahudi dan Nasrani, “Maukah kamu diberi tahu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya yaitu orang-orang yang telah bersusah payah mengerjakan suatu perbuatan yang dengan perbuatan itu ia mengharap pahala dan karunia, tetapi yang mereka peroleh hanyalah malapetaka dan kebinasaan, seperti orang-orang yang telah membeli barang dengan mengharapkan keuntungan, tetapi yang diperolehnya hanyalah kerugian belaka.

Ayat 104

Yaitu orang-orang yang sia-sia perbuatannya dalam menghimpun kebaikan di dunia, mereka melakukan perbuatan yang bertentangan dengan perbuatan yang diridai Allah dan mereka menyangka bahwa mereka telah berbuat yang sebaik-baiknya. Kemudian ternyata mereka telah berbuat keliru dan menempuh jalan yang sesat sehingga amal perbuatan yang telah mereka kerjakan itu tidak memberi manfaat sedikit pun bagaikan debu yang terbang habis dihembus angin.

Ayat 105

Mereka yang sia-sia usahanya itu ialah orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Tuhan dan kufur pula terhadap hari kebangkitan padahal di hari itu mereka akan dihadapkan kepada hari perjumpaan dengan Allah. Oleh karena itu segala amal mereka akan hapus sehingga tidak ada lagi amal kebajikan yang akan ditimbang di atas neraca timbangan mereka. Karena yang akan memberatkan timbangan pada hari Kiamat hanyalah amal saleh yang bersih dari kemusyrikan.

Ayat 106

Balasan yang demikian itu diakibatkan kekafiran mereka kepada utusan-utusan Allah dan mukjizat-mukjizat yang dibawanya yang selalu mereka jadikan sebagai olok-olok. Mereka bukan hanya tidak percaya saja tetapi juga memperolok-olok dan menghinakan utusan-utusan Allah yang berarti pula menghinakan Allah yang mengutusnya.

Ayat 107

Sesungguhnya orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan membenarkan risalah para rasul dan berbuat amal saleh semata-mata untuk mencapai keridaan-Nya, bagi mereka disediakan surga Firdaus sebagai tempat tinggal. Diriwayatkan oleh al-Bukhāri dan Muslim dari Abu Hurairah ra, bersabda Rasulullah saw:

اِذَا سَأَلْتُمُ الله َفَاسْأَلُوْهُ الْفِرْدَوْسَ فَاِنَّهَا اَوْسَطُ الْجَنَّةِ وَاَعْلَى الْجَنَّةِ وَفَوْقَهَا عَرْشُ الرَّحْمٰنِ تَبَارَكَ وَتَعَالىٰ وَمِنْهُ تُفَجِّرُ اْلاَنْهَارُ. (رواه البخاري ومسلم عن ابى هريرة)

Apabila kamu memohon kepada Allah, maka mohonlah surga Firdaus, karena ia itu surga yang paling mulia dan yang paling tinggi dan di atasnya terdapat Arsy Ar Rahmàn, dan dari surga Firdaus itu mengalirlah sungai-sungai surga. (Riwayat al-Bukhāri dan Muslim dari Abu Hurairah)

Ayat 108

Mereka kekal di dalam surga dan tidak ingin pindah ke tempat lain, karena tidak ada tempat yang lebih mulia dan lebih agung pada sisi mereka kecuali surga Firdaus.

Ayat 109

Diriwayatkan bahwa orang-orang Yahudi berkata kepada Nabi Muhammad, “Engkau mengatakan bahwa kami telah diberi oleh Allah hikmah, sedang dalam kitab engkau (Al-Qur’an) terdapat ayat:

وَمَنْ يُّؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ اُوْتِيَ خَيْرًا كَثِيْرًا ۗ

Dan barangsiapa dianugerahkan al-hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. (al-Baqarah/2: 269)

Kemudian engkau mengatakan pula sebagaimana tersebut dalam Al-Qur’an:

وَمَآ اُوْتِيْتُمْ مِّنَ الْعِلْمِ اِلَّا قَلِيْلًا

Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit. (al-Isrā’/17: 85)

Mereka berpendapat, ada pertentangan antara kedua ayat ini, maka turunlah ayat ini sebagai jawaban atas kritikan mereka. Rasul diperintahkan untuk mengatakan kepada mereka, “Katakanlah kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk menuliskan (dengan pena) kalimat-kalimat Tuhanku dan ilmu-ilmu-Nya, maka akan habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku meskipun air laut itu ditambahkan sebanyak itu pula, karena lautan itu terbatas sedangkan ilmu dan hikmah Allah tidak terbatas.”

Seperti firman Allah:

وَلَوْ اَنَّ مَا فِى الْاَرْضِ مِنْ شَجَرَةٍ اَقْلَامٌ وَّالْبَحْرُ يَمُدُّهٗ مِنْۢ بَعْدِهٖ سَبْعَةُ اَبْحُرٍ مَّا نَفِدَتْ كَلِمٰتُ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ

“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan lautan (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh lautan (lagi) setelah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat-kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (Luqmān/31: 27)

Ayat 110

Dalam Tafsir Surah Al-Kahfi ayat 101-110 ini, Katakanlah kepada mereka, “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, mengakui bahwa semua ilmuku tidak sebanding dengan ilmu Allah, aku mengetahui sekedar apa yang diwahyukan Allah kepadaku, dan tidak tahu yang lainnya kecuali apa yang Allah ajarkan kepadaku. Allah telah mewahyukan kepadaku bahwa, “Yang disembah olehku dan oleh kamu hanyalah Tuhan Yang Maha Esa, yang tidak ada sekutu bagi-Nya.”

Oleh karena itu barangsiapa yang mengharapkan pahala dari Allah pada hari perjumpaan dengan-Nya, maka hendaklah ia tulus ikhlas dalam ibadahnya, mengesakan Allah dalam rububiyah dan uluhiyah-Nya dan tidak syirik baik yang terang-terangan maupun yang tersembunyi seperti riya, karena berbuat sesuatu dengan motif ingin dipuji orang itu termasuk syirik yang tersembunyi.

Setelah membersihkan iman dari kemusyrikan itu hendaklah selalu mengerjakan amal saleh yang dikerjakannya semata-mata untuk mencapai keridaan-Nya.

Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw. bersabda:

اِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَقُوْلُ: اَنَا اَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ فَمَنْ عَمِلَ عَمَلاً اَشْرَكَ فِيْهِ غَيْرِيْ تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ. (رواه مسلم عن ابي هريرة)

Sesungguhnya Allah berfirman, “Saya adalah yang paling kaya di antara semua yang berserikat dari sekutunya. Dan siapa yang membuat suatu amalan dengan mempersekutukan Aku dengan yang lain, maka Aku tinggalkan dia bersama sekutunya.” (Riwayat Muslim dari Abu Hurairah)

(Tafsir Kemenag)

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Belajar parenting dari dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

Belajar ‘Parenting’ dari Dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

0
Dalam hal parenting, Islam mengajarkan bahwa perhatian orang tua kepada anak bukan hanya tentang memberi materi, akan tetapi, juga pendidikan mental dan spiritual yang...