BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Maryam ayat 34-37

Tafsir Surah Maryam ayat 34-37

Tafsir Surah Maryam ayat 34-37 ini Allah menegaskan bahwa Nabi isa adalah seorang hamba Allah bukanlah keturunannya, karena Allah Maha Kuasa hingga tidak memerlukan keturunan yang akan merawatnya di masa tua sebagaimana halnya manusia. Tafsir Surah Maryam ayat 34-37 ini merupakan penjelasan mendalam dari tafsir surah Maryam ayat 30-33 sebelumnya.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Maryam ayat 27-33


Ayat 34

Pada ayat ini Allah menegaskan bahwa Isa adalah seorang hamba Allah yang akan menjadi nabi dan akan diturunkan kepadanya Al-Kitab, yang mempunyai sifat-sifat dan akhlak yang mulia bukan sebagaimana yang dituduhkan oleh kaumnya, bukan anak zina dan bukan pula anak Allah sebagaimana yang diucapkan dan dipercayai oleh kaumnya di belakang hari.

Apa yang diucapkannya sewaktu ia masih bayi dalam gendongan itulah ucapan yang benar dan tak dapat diragukan lagi meskipun kaumnya masih meragukan ucapan-ucapan itu dan menuduhnya sebagai tukang sihir. Dia bukan tukang sihir sebagaimana dikatakan orang Yahudi, bukan putra Allah sebagaimana didakwahkan oleh kaum Nasrani dan bukan pula Tuhan sebagaimana dikatakan golongan yang lain. Dia adalah hamba Allah yang akan diangkat menjadi nabi dan rasul.

Ayat 35

Pada ayat ini Allah menegaskan kembali bahwa Isa itu bukan anak Allah. Tidak wajar dan tidak mungkin Allah mempunyai anak karena Allah tidak memerlukan keturunan seperti manusia yang di masa tuanya sangat membutuhkan pertolongan dan perawatan dan membutuhkan orang yang akan melanjutkan dan memelihara hasil usahanya atau mengharumkan namanya sesudah ia meninggal.

Allah tidak memerlukan semua itu karena Dia Mahakuasa, senantiasa berdiri sendiri tidak membutuhkan bantuan orang lain sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:

اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُۗ

Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, Yang terus menerus mengurus (makhluk-Nya). (Āli ‘Imrān/3: 2)

Mahasuci Allah dari segala sifat kekurangan dan dari segala tuduhan yang diucapkan oleh kaum kafir. Apabila Dia hendak menciptakan sesuatu, cukuplah Dia menfirmankan “Kun” (jadilah) maka terciptalah dia.

Baginya tidak sulit untuk menciptakan seorang anak tanpa bapak atau menciptakan manusia tanpa ibu dan bapak seperti menciptakan Adam dan Allah berfirman:

اِنَّ مَثَلَ عِيْسٰى عِنْدَ اللّٰهِ كَمَثَلِ اٰدَمَ ۗ خَلَقَهٗ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ

Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) Isa bagi Allah, seperti (penciptaan) Adam. Dia menciptakannya dari tanah, kemudian Dia berkata kepadanya, ”Jadilah!”  Maka jadilah sesuatu itu.  (Āli ‘Imrān/3: 59)

Allah Yang Maha Sempurna dan demikian besar kekuasaan-Nya tidaklah mungkin membutuhkan seorang anak karena yang demikian itu menunjukkan kepada kelemahan dan sifat-sifat kekurangan.

Ayat 36

Pada ayat ini Allah menerangkan lagi ucapan Isa di waktu dia masih bayi dalam buaian di samping ucapan-ucapannya pada ayat 30-33 Surah ini yaitu, “Bahwa sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyembah-Nya.” Isa menegaskan kepada kaumnya bahwa dia hanya hamba Allah seperti mereka juga meskipun dia dilahirkan dengan cara yang luar biasa tanpa bapak.

Hal ini tidak menunjukkan bahwa dia adalah putra Allah, atau dia adalah Tuhan yang patut disembah. Dia hanya manusia biasa diciptakan Allah. Oleh sebab itu dia mengajak kaumnya supaya menyembah Allah Yang menciptakannya dan menciptakan semua makhluk. Yang patut mereka sembah hanyalah Allah Pencipta segala sesuatu.

Selanjutnya Isa menerangkan kepada mereka, bahwa manusia sepatutnya menyembah Allah bukan menyembah setan dan berhala. Inilah jalan yang lurus yang akan membawa mereka pada kebahagiaan di dunia dan akhirat. Ini pula jalan yang ditunjukkan oleh nabi-nabi sebelum dia. Barangsiapa yang menempuh jalan itu ia akan berbahagia dan barangsiapa yang menempuh jalan selain itu akan sesat dan celaka.

Ayat 37

Kemudian pada ayat ini Allah menerangkan bahwa kaum Nabi Isa tidak mengindahkan petunjuk-petunjuk yang diberikan kepada mereka. Mereka telah jatuh ke dalam lembah kesesatan dan perselisihan yang hebat. Mereka terpecah-pecah menjadi beberapa golongan;

Golongan “Yakubiyah” yaitu golongan yang mengikuti ajaran seorang pendeta bernama Yakub, yang mengatakan bahwa Isa adalah tuhan yang diturunkan ke bumi tetapi kemudian naik lagi ke langit.

Golongan “Nasturiah” yang mengikuti ajaran seorang pendeta bernama Nastur yang mengatakan bahwa Isa adalah putra Tuhan yang diturunkan ke bumi kemudian diangkat-Nya kembali ke langit. Golongan ini mengatakan bahwa Isa adalah salah satu dari oknum yang tiga yaitu: Bapak, putra dan Ruhulkudus.

Golongan lain mengatakan bahwa Isa adalah salah satu dari Tuhan yang tiga, yaitu: Allah, Isa anak-Nya dan Maryam ibu Isa. Di samping golongan-golongan yang sesat itu, ada pula golongan yang benar dan beriman sesuai dengan ajaran dan petunjuk Isa yang beriman bahwa Isa adalah hamba Allah dan Rasul-Nya, golongan ini bernama “Malakania”.

Terhadap golongan-golongan yang sesat itu Allah mengancam mereka bahwa mereka akan menyaksikan sendiri bagamana dahsyatnya hari kiamat nanti dan bagaimana pedihnya siksaan yang disediakan untuk mereka. Semua anggota badan mereka akan menjadi saksi atas kekufuran dan keingkaran mereka.

Allah menangguhkan siksaan terhadap mereka sampai hari Kiamat dan tidak menyegerakan siksaan mereka semata-mata karena rahmat dan kasih sayang-Nya sebagaimana tersebut dalam sabda Nabi saw:

اِنَّ الله َلَيُمْلِى لِلظَّالِمِ حَتىَّ اِذَا اَخَذَهُ لمَ ْيُفْلِتْهُ (رواه البخاري ومسلم عن ابى موسى)

Sesungguhnya Allah menangguhkan penyiksaan bagi orang zalim sehingga apabila Dia menyiksanya, dia tidak akan dapat lepas dari siksaan itu. (Riwayat al-Bukhāri dan Muslim dari Abu Musa)

Mengenai sikap kaum Nabi Isa ini Nabi Muhammad saw bersabda:

لاَاَحَدَ اَصْبَرَ عَلَى اَذًى سَمِعَهُ مِنَ اللهِ، اِنَّهُمْ يَجْعَلُوْنَ لَهُ وَلَدًا وَهُوَ يَرْزُقُهُمْ وَيُعَافِيْهِمْ (رواه البخارى عن عبد الله بن قيس)

Tak ada seorang pun yang tahan, mendengar kata-kata yang menyakitkan kecuali Allah. Mereka mengatakan bahwa Allah mempunyai anak sedang Allah tetap memberi mereka rezeki dan kesehatan. (Riwayat al-Bukhāri dari Abdullah bin Qais)

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya: Tafsir Surah Maryam ayat 38-40


Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Belajar parenting dari dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

Belajar ‘Parenting’ dari Dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

0
Dalam hal parenting, Islam mengajarkan bahwa perhatian orang tua kepada anak bukan hanya tentang memberi materi, akan tetapi, juga pendidikan mental dan spiritual yang...