BerandaTafsir TahliliTafsir Surat Adz-Dzariyat Ayat 24-29

Tafsir Surat Adz-Dzariyat Ayat 24-29

Pada Tafsir Surat Adz-Dzariyat Ayat 24-29 ini secara keseluruhan menceritakan kisah Nabi Ibrahim a.s tentang tamu yang datang kepada Nabi Ibrahim. Tamu tersebut adalah malaikat yang diutus untuk mengabarkan berita bahwa Nabi Ibrahim akan memiliki anak serta cucu dari istrinya bernama Sarah padahal ia adalah seorang perempuan yang mandul. Dari Tafsir Surat Adz-Dzariyat Ayat 24-29 dapat kita ambil hikmahnya betapa Allah Mahakuasa atas segala sesuatunya. Tidak ada yang tidak mungkin ketika Allah telah berkehendak.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surat Adz-Dzariyat Ayat 20-23


Ayat 24

Allah mengisahkan Nabi Ibrahim dengan bentuk pertanyaan agar lebih diperhatikan. Allah bertanya, “Apakah sudah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tamu Ibrahim (yaitu beberapa malaikat) yang dimuliakan?”

Para malaikat yang bertemu dengan Nabi Ibrahim itu sebenarnya dalam perjalanan menuju tempat kediaman kaum Nabi Luth di dekat kampung Sodom dan Gomorah, akan menyampaikan berita kepada Nabi Luth bahwa kaumnya yang durhaka dan melakukan homoseksual itu akan dibinasakan oleh Allah dengan azab yang pedih. Dalam perjalanan itu mereka mampir ke rumah Nabi Ibrahim untuk menyampaikan kabar gembira bahwa beliau akan mendapat seorang anak laki-laki yang alim dan saleh bernama Ishak dari istrinya Sarah walaupun beliau sudah lanjut usianya dan menyangka dirinya sudah mandul. Setibanya di rumah Nabi Ibrahim, mereka disambut oleh tuan rumah dengan penuh penghormatan.

Ayat 25

Ayat ini mengungkapkan bahwa ketika tamu para malaikat itu masuk ke tempat Nabi Ibrahim lalu menyampaikan ucapan salam dan Nabi Ibrahim menjawab dengan salam pula, beliau memperlihatkan sikap bertanya karena belum mengenal mereka. Tamu terhormat itu baru pertama kali masuk ke rumah Nabi Ibrahim. Oleh karena itu, beliau memperlihatkan sikap ingin mengenal dahulu. Tetapi beliau tidak menunggu kesempatan untuk berkenalan itu, bahkan secara diam-diam masuk ke dapur untuk menyiapkan hidangan.


Baca Juga: Kisah Nabi Ibrahim Mencari Tuhan Melalui Matahari dalam Al-Quran


Ayat 26-27

Ayat ini menerangkan bahwa Nabi Ibrahim dengan diam-diam pergi menemui keluarganya yaitu Sarah, lalu menyembelih seekor anak sapi yang gemuk dan setelah dibakar, hidangan itu dibawanya sendiri ke hadapan tamu-tamunya seraya berkata dengan hormat, lalu mempersilakan mereka makan.

Ayat 28

Ayat ini mengungkapkan bahwa tamu Nabi Ibrahim tidak menyentuh makanan itu karena mereka itu bukan dari manusia, melainkan malaikat yang tidak makan dan tidak minum. Maka Nabi Ibrahim merasa takut terhadap mereka karena menurut kebiasaan, jika tamu tidak mau memakan hidangan yang disodorkan kepadanya, itu berarti ada bahaya yang terselubung (berselimut) di belakangnya, atau akan terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. Dalam ayat lain yang sama maksudnya Allah berfirman:

فَلَمَّا رَاٰىٓ اَيْدِيَهُمْ لَا تَصِلُ اِلَيْهِ نَكِرَهُمْ وَاَوْجَسَ مِنْهُمْ خِيْفَةً ۗقَالُوْا لَا تَخَفْ اِنَّآ اُرْسِلْنَآ اِلٰى قَوْمِ لُوْطٍۗ   ٧٠

Maka ketika dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, dia (Ibrahim) mencurigai mereka, dan merasa takut kepada mereka. Mereka (malaikat) berkata, “Jangan takut, sesungguhnya kami diutus kepada kaum Luth.” (Hµd/11: 70);Setelah malaikat-malaikat menenteramkan hati Nabi Ibrahim, mereka menyampaikan kabar gembira bahwa Ibrahim akan mendapat anak laki-laki yang bernama Ishak dan di belakang Ishak ada lagi cucunya yaitu Nabi Yakub seperti diterangkan dalam ayat lain.

Ayat 29

Ayat ini mengungkapkan bahwa istrinya Sarah setelah mendengar berita tersebut, ia datang dengan pekikan suara yang kuat lalu menepuk mukanya sendiri seraya mengatakan, bagaimana mungkin aku akan melahirkan seorang anak, padahal aku adalah seorang perempuan tua yang mandul?

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya: Tafsir Surat Adz-Dzariyat Ayat 30-36


Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Catatan interpolasi tafsir Jami‘ al-Bayan karya Al-Ijiy pada naskah Jalalain Museum MAJT

Jami’ al-Bayan: Jejak Tafsir Periferal di Indonesia

0
Setelah menelaah hampir seluruh catatan yang diberikan oleh penyurat (istilah yang digunakan Bu Annabel untuk menyebut penyalin dan penulis naskah kuno) dalam naskah Jalalain...