Pada Tafsir Surah An-Najm Ayat 39 ini membahas tentang ganjaran yang akan diterima oleh seseorang sesuai dengan apa yang diusahakannya selama di dunia ini. Dalam Pada Tafsir Surah An-Najm Ayat 39 dijelaskan bahwa tidak sah seseorang menghadiahkan pahala untuk orang lain berdasarkan pendapat Imam Malik dan Syafi’i.
Baca Sebelumnya: Tafsir Surah An-Najm Ayat 36-38
Ayat 39
Atas perbuatan yang baik, manusia hanya memperoleh ganjaran dari usahanya sendiri maka dia tidak berhak atas pahala suatu perbuatan yang tidak dilakukannya. Dari ayat tersebut, Imam Malik dan Imam Syafi’i memahami bahwa tidak sah menghadiahkan pahala amalan orang hidup berupa bacaan Al-Qur’an kepada orang mati, karena bukan perbuatan mereka dan usaha mereka.
Begitu pula seluruh ibadah badaniah, seperti salat, haji dan tilawah, karena Nabi saw tidak pernah mengutarakan yang demikian kepada umat, tidak pernah menyuruhnya secara sindiran dan tidak pula dengan perantaraan na¡ dan tidak pula para sahabat menyampaikan kepada kita. Sekiranya tindakan itu baik, tentu mereka telah terlebih dahulu mengerjakannya. Ada pun mengenai sedekah, maka pahalanya sampai kepada orang mati, sebagaimana oleh Muslim dan al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Nabi saw bersabda:
اِذَا مَاتَ ابْنُ ﺁدَمَ إِنْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ وَصَدَقَةٍ جَارِيَةٍ مِنْ بَعْدِهِ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ. (رواه مسلم عن أبي هريرة)
Apabila seorang anak Adam meninggal dunia putuslah semua amal perbuatan (yang menyampaikan pahala kepadanya) kecuali tiga perkara, anak yang saleh yang berdoa kepadanya, sedekah jariah (wakaf) sesudahnya dan ilmu yang dapat diambil manfaatnya. (Riwayat Muslim dari Abu Hurairah)
Baca Juga: Surah al-Isra’ [17] Ayat 7: Hakikat Perbuatan Baik Bagi Manusia
Sebenarnya ini semua termasuk usaha seseorang, jerih payahnya, sebagaimana tersebut dalam hadis:
إِنَّ أَطْيَبَ مَا أَكَلَ الرَّجُلُ مِنْ كَسْبِهِ وَإِنَّ وَلَدَ الرَّجُلِ مِنْ كَسْبِهِ .) رواه النسائي وابن حبان)
Sesungguhnya sebaik-baik yang dimakan oleh seseorang adalah hasil usahanya sendiri dan anaknya termasuk usahanya juga.(Riwayat an-Nasa’i dan Ibn Ḥibban)
Sedekah jariah seperti wakaf adalah bekas usahanya, Allah berfirman:
اِنَّا نَحْنُ نُحْيِ الْمَوْتٰى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوْا وَاٰثَارَهُمْ
“Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan)”. (Yasin/36: 12)
Ilmu yang disebarkan lalu orang-orang mengikutinya dan mengamalkannya termasuk juga usahanya. Dan telah diriwayatkan di antaranya hadis sahih:
مَنْ دَعَا اِلىَ هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ اْلأَجْرِ مِثْلُ اُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ ينَْقُصُ ذٰلِكَ منِْ اُجُوْرِهِمْ شَيْئًا. (رواه مسلم)
Orang yang mengajak kepada suatu petunjuk, maka baginya pahala yang serupa dengan pahala orang yang mengikuti petunjuk itu, tanpa mengurangi pahala orang yang mengikutinya sedikit pun. (Riwayat Muslim) ;Imam Ahmad bin Hanbal dan sebagian besar pengikut Syafi’i berpendapat bahwa pahala bacaan sampai kepada orang mati, bila bacaan itu tidak dibayar dengan upah. Tetapi bila bacaan itu dibayar dengan upah, sebagaimana biasa terjadi sekarang, maka pahalanya tidak sampai kepada orang mati, karena haram mengambil upah untuk membaca Al-Qur’an, meskipun boleh mengambil upah mengajarinya.Termasuk ibadah yang pahalanya sampai kepada orang lain adalah doa dan sedekah.
(Tafsir Kemenag)
Baca Setelahnya: Tafsir Surah An-Najm Ayat 40-46