BerandaTafsir TematikAsal-Usul Kata Amin Menurut Pandangan Islam

Asal-Usul Kata Amin Menurut Pandangan Islam

Asal-usul kata Amin menurut pandangan Islam ternyata masih ditemukan perselisihan. Begitu sering kita mendengar umat Muslim mengucapkan kata “amin”. Salah satu fungsi dari kata amin yaitu diucapkan setelah berdoa.

Menurut Quraish Shihab, pada umumnya kata ini diperselisihkan asal-usulnya. Ada yang mengatakan bahwa asal-usul kata amin berasal dari bahasa Arab. Kemudian sebagian Ulama menganggap asal-usul kata amin berasal dari serapan lain. Anggapan itu berdasarkan kaidah bahasa arab yang menyatakan bahwa sebuah kata bisa dibentuk dengan aneka bentuk antara lain memiliki kata kerja.


Baca Juga: Kepada Semua Yang Ingin Mempelajari Al Quran


Sedangkan, kata amin tidak dikenal dengan kata kerjanya. Quraish Shihab dalam bukunya Kosakata Keagamaan memberikan sebuah contoh surat dalam al Quran yang memiliki redaksi kata amin.

Pertama, surat al-Maidah Ayat 2

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُحِلُّوا شَعَائِرَ اللَّهِ وَلَا الشَّهْرَ الْحَرَامَ وَلَا الْهَدْيَ وَلَا الْقَلَائِدَ وَلَا آمِّينَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنْ رَبِّهِمْ وَرِضْوَانًا وَإِذَا حَلَلْتُمْ فَاصْطَادُوا وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ أَنْ صَدُّوكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَنْ تَعْتَدُوا وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ.

 

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi’ar-syi’ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu.

Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.  Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya siksa Allah amatlah pedih.

Kedua, Surat Yusuf Ayat 54.

وَقَالَ الْمَلِكُ ائْتُونِي بِهِ أَسْتَخْلِصْهُ لِنَفْسِي فَلَمَّا كَلَّمَهُ قَالَ إِنَّكَ الْيَوْمَ لَدَيْنَا مَكِينٌ أَمِينٌ

Artinya: “Dan raja berkata: “Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang yang rapat kepadaku”. Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan dia, dia berkata: “Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercayai pada sisi kami”.

Kedua ayat di atas memang memiliki kata amin pengucapan yang sama, namun dilihat dari maknanya sangat jauh dengan makna amin yang diucapkan setelah selesai berdoa.

Makna amin yang pertama memiliki arti orang-orang yang mengunjungi Baitullah. Sedangkan makna amin pada ayat kedua diartikan sosok yang dipercayai. Jelaslah keduanya tidak masuk dalam makna amin yang sebagaimana dijelaskan.

Kata Amin Dipakai Semua Agama

Quraish Shihab menegaskan dalam bukunya Kosakata Keagamaan bahwa asal-usul kata amin diambil dari bahasa non arab yang kemudian ia terserap dalam bahasa Arab. Hal ini karena kata “amin” sering diucapkan oleh kalangan non muslim.

Redaksi kata “amin” dikenal dan diucapkan oleh para penganut agama Yahudi dan Nasrani bahkan ditemukan dalam beberapa naskah kitab suci mereka. Pelu diketahui juga, dari sekian redaksi hadis yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat diperintahkan untuk mengucapkan amin setelah memanjatkan dan mengucapkan doa dari orang lain.

Bahkan, jika ada seseorang yang menjawab kata amin setelah  dipanjatkannya doa, meskipun ia tidak berdoa, seseorang itu telah dinilai ikut berdoa. Hal ini selaras dengan al-Quran surat Yunus (10):88-89 berbunyi:

وَقَالَ مُوسَى رَبَّنَا إِنَّكَ آتَيْتَ فِرْعَوْنَ وَمَلَأَهُ زِينَةً وَأَمْوَالًا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا رَبَّنَا لِيُضِلُّوا عَنْ سَبِيلِكَ رَبَّنَا اطْمِسْ عَلَى أَمْوَالِهِمْ وَاشْدُدْ عَلَى قُلُوبِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُوا حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الْأَلِيمَ (88) قَالَ قَدْ أُجِيبَتْ دَعْوَتُكُمَا فَاسْتَقِيمَا وَلَا تَتَّبِعَانِّ سَبِيلَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ (89)

Artinya: “Musa berkata: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, ya Tuhan Kami, akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau.

Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih”., Allah berfirman: “Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua, sebab itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus dan janganlah sekali-kali kamu mengikuti jalan orang-orang yang tidak mengetahui”.

Dua ayat diatas diuraikan bahwa Nabi musa telah berdoa kepada Allah Swt dan dinyatakan bahwa doa keduanya (Nabi Musa dan Nabi Harun) telah diterima oleh Allah padahal dalam ayat tersebut hanya Nabi Musa sendiri yang berdoa.


Baca Juga: Tafsir Surat An-Nisa’ ayat 164: Apakah Benar Jumlah Nabi ada 25?


Ini disebabkan karena kendati Nabi Harun tidak melakukann doa yang sama dengan Musa, melainkan ia menyetujui dan mengaminkan doa yang telah dipanjat oleh Nabi Musa AS.

Imam an-Nawawi dalam kitabnya an-Tibyan Fi Adabi Hamalati al-Quran mengungkapkan bahwa para ulama memiliki perbedaan pendapat tentang makna “amin”.

6 makna “amin” diantaranya:

  1. “Yaa Allah perkenankanlah!”, pendapat ini dipegang oleh mayoritas Ulama
  2. “Yaa Allah! Lakukanlah!”
  3. “Demikian itu Yaa Allah. Semoga Engkau mengabulkannya.”
  4. “Jangan kecewakan kami,Yaa Allah!”
  5. Amin adalah salah satu nama Allah Swt.
  6. Amin berfungsi sebagai stempel bagi sebuah do’a.

Dengan begitu, meskipun makna dari kata amin dalam al Quran tidak selaras dengan makna “amin” yang telah dipaparkan, namun dianjurkan untuk mengucapkannya. Kita dianjurkan untuk meneladani dan mengikuti tuntunan Rasulullah Saw dalam shalat maupun sebaliknya.

Rifa Tsamrotus Saadah
Rifa Tsamrotus Saadah
Aktif kajian islamic studies, alumni Uin Syarif Hidayatullah Jakarta dan pernah mengenyam kajian seputar Hadis di Darussunah International Institute For Hadith Sciences.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Belajar parenting dari dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

Belajar ‘Parenting’ dari Dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

0
Dalam hal parenting, Islam mengajarkan bahwa perhatian orang tua kepada anak bukan hanya tentang memberi materi, akan tetapi, juga pendidikan mental dan spiritual yang...