Setelah ayat yang lalu membahas fenomena langit agar menjadi bahan introspeksi diri bagi manusia, khusunya orang-orang menyekutukan Allah swt, Tafsir Surat Al An’am Ayat 100-103 memuat hakikat dari perilaku orang-orang musyrik.
Baca sebelumnya: Tafsir Surat Al An’am Ayat 99
Dalam Tafsir Surat Al An’am Ayat 100-103 ini Allah swt menjelaskan bahwa kemusyrikan mereka pada hakikatnya karena mengikuti bisikan jin dan setan. Padahal mereka tahu bahwa jin itu merupakan ciptaan Allah swt juga. Dan pernyataan mereka yang paling fatal adalah anggapan mereka tentang anak Allah swt (Maha Suci Allah dari segala tuduhan itu).
Pembahasan Tafsir Surat Al An’am Ayat 100-103 ini diakhiri dengan penyataan Allah swt bahwasannya Ia Maha Suci dari segala yang mereka tuduhkan. Allah yang menguasai Alam beserta isinya. Ia juga yang mengatur Alam dengan begitu runtutnya. Tidak ada sekutu bagiNya.
Ayat 100
Allah menjelaskan bahwa orang-orang musyrik menjadikan jin sekutu bagi Allah. Dikatakan demikian karena orang-orang musyrik itu meskipun kenyataannya menyembah berhala-berhala, namun pada hakikatnya mereka berbuat demikian itu lantaran mengikuti bisikan jin dan setan.
Allah berfirman:
اِنْ يَّدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِهٖٓ اِلَّآ اِنَاثًاۚ وَاِنْ يَّدْعُوْنَ اِلَّا شَيْطٰنًا مَّرِيْدًاۙ ١١٧ لَّعَنَهُ اللّٰهُ ۘ وَقَالَ لَاَتَّخِذَنَّ مِنْ عِبَادِكَ نَصِيْبًا مَّفْرُوْضًاۙ ١١٨ وَّلَاُضِلَّنَّهُمْ وَلَاُمَنِّيَنَّهُمْ وَلَاٰمُرَنَّهُمْ فَلَيُبَتِّكُنَّ اٰذَانَ الْاَنْعَامِ وَلَاٰمُرَنَّهُمْ فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ اللّٰهِ ۚ وَمَنْ يَّتَّخِذِ الشَّيْطٰنَ وَلِيًّا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ فَقَدْ خَسِرَ خُسْرَانًا مُّبِيْنًا ١١٩
Yang mereka sembah selain Allah itu tidak lain hanyalah inasan (berhala), dan mereka tidak lain hanyalah menyembah setan yang durhaka, yang dilaknati Allah, dan (setan) itu mengatakan, ”Aku pasti akan mengambil bagian tertentu dari hamba-hamba-Mu, dan pasti kusesatkan mereka, dan akan kubangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan akan kusuruh mereka memotong telinga-telinga binatang ternak, (lalu mereka benar-benar memotongnya), dan akan aku suruh mereka mengubah ciptaan Allah, (lalu mereka benar-benar mengubahnya).” Barang siapa menjadikan setan sebagai pelindung selain Allah, maka sungguh, dia menderita kerugian yang nyata. (an-Nisa′/4: 117-119)
Allah menjelaskan kesalahan perbuatan mereka karena mereka sebenarnya telah mengetahui bahwa yang menciptakan jin-jin itu ialah Allah. Itulah sebabnya maka perbuatan mereka itu dicela. Celaan Allah terhadap mereka itu adalah seperti celaan Ibrahim a.s. terhadap kaumnya.
Allah berfirman:
قَالَ اَتَعْبُدُوْنَ مَا تَنْحِتُوْنَۙ ٩٥ وَاللّٰهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُوْنَ ٩٦
”Apakah kamu menyembah patung-patung yang kamu pahat itu? Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu.” (as-Saffat/37: 95-96)
Allah mencela pula perbuatan mereka, karena mereka telah berbohong dengan mengatakan bahwa Allah mempunyai anak laki-laki dan anak-anak perempuan. Tuduhan mereka bahwa Allah mempunyai anak laki-laki adalah seperti tuduhan orang-orang Yahudi dan Nasrani.
Allah swt berfirman:
وَقَالَتِ الْيَهُوْدُ عُزَيْرُ ِۨابْنُ اللّٰهِ وَقَالَتِ النَّصٰرَى الْمَسِيْحُ ابْنُ اللّٰه
Dan orang-orang Yahudi berkata, ”Uzair putra Allah,” dan orang-orang Nasrani berkata, ”Al-Masih putra Allah.” (at-Taubah/9: 30)
Sedangkan tuduhan mereka bahwa Allah mempunyai anak perempuan diterangkan dalam firman Allah:
فَاسْتَفْتِهِمْ اَلِرَبِّكَ الْبَنَاتُ وَلَهُمُ الْبَنُوْنَۚ ١٤٩ اَمْ خَلَقْنَا الْمَلٰۤىِٕكَةَ اِنَاثًا وَّهُمْ شَاهِدُوْنَ ١٥٠ اَلَآ اِنَّهُمْ مِّنْ اِفْكِهِمْ لَيَقُوْلُوْنَۙ ١٥١ وَلَدَ اللّٰهُ ۙوَاِنَّهُمْ لَكٰذِبُوْنَۙ ١٥٢
Maka tanyakanlah (Muhammad) kepada mereka (orang-orang kafir Mekah), ”Apakah anak-anak perempuan itu untuk Tuhanmu sedangkan untuk mereka anak-anak laki-laki?” atau apakah Kami menciptakan malaikat-malaikat berupa perempuan sedangkan mereka menyaksikan(nya)? Ingatlah, sesungguhnya di antara kebohongannya mereka benar-benar mengatakan, ”Allah mempunyai anak.” Dan sungguh, mereka benar-benar pendusta. (as-Saffat/37: 149-152)
Mereka melemparkan tuduhan itu dengan tidak mempunyai alasan sedikit pun. Bahkan perkataan mereka menunjukkan kebodohan mereka sendiri atau semata-mata menuruti hawa nafsu.
Di akhir ayat ini Allah membersihkan diri-Nya dari tuduhan-tuduhan mereka, bahwa Dia Mahasuci dan Mahatinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan, yaitu bahwa Allah tidak mempunyai serikat dan tidak mempunyai anak.
Ayat 101
Allah menerangkan bahwa Dialah Pencipta langit dan bumi. Dalam penciptaan jagat raya dan segala isinya, Dia tidaklah meniru dari ciptaan-ciptaan sebelumnya. Dia menciptakan dari tidak ada menjadi ada.
Ini berarti bahwa Allah menciptakannya secara mutlak tidak memerlukan bantuan tenaga ataupun benda-benda lainnya. Oleh sebab itu bagaimana mungkin ia mempunyai anak seperti persangkaan orang-orang musyrik. Padahal Dia tidak memerlukan istri yang dapat melahirkan anak.
Allah menyalahkan anggapan orang-orang musyrik dengan memberikan alasan-alasan yang rasional dengan maksud agar mereka dapat menerima kebenaran. Penjelasan ini merupakan penjelasan dari ayat sebelumnya, Allah membersihkan diri-Nya dari tuduhan-tuduhan orang-orang musyrik; sedangkan keterangan-keterangan selanjutnya menandaskan bahwa dugaan-dugaan mereka itu tidak masuk akal.
Pada akhir ayat ini Allah menegaskan bahwa Dialah yang Maha Mengetahui segala sesuatu. Ilmu-Nya tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Ilmu-Nya azali dan abadi. Hal ini merupakan ketetapan Allah untuk menguatkan alasan-alasan yang dikemukakan sebelumnya serta membatalkan tuduhan orang musyrik yang tidak pada tempatnya itu.
Ayat 102
Allah menerangkan kepada orang-orang musyrik, bahwa Allah memiliki sifat-sifat seperti disebutkan dalam ayat yang lalu. Itulah sebenarnya Tuhan yang wajib mereka sembah.
Yang menciptakan segala sesuatu, tidak ada tuhan yang lain kecuali Dia, bukan tuhan-tuhan yang mereka ciptakan seperti berhala-berhala, atau malaikat-malaikat yang dianggap sebagai anak Tuhan; karena semuanya itu adalah makhluk ciptaan Allah yang tidak pantas diperserikatkan kepada Dia.
Di akhir ayat ini Allah menegaskan bahwa Dialah pemelihara segala sesuatu yaitu menguasai segala urusan, mengurusi jagat raya dan isinya dengan ilmu, hikmat dan kekuasaan-Nya.
Baca juga: Iluminasi Mushaf Al-Bantani; Ekspresi Identitas Keislaman Masyarakat Banten
Ayat 103
Allah menjelaskan hakikat dan keagungan diri-Nya sebagai penegasan dari sifat-sifat-Nya yang telah dijelaskan pada ayat yang baru lalu, yaitu bahwa Allah di atas segala-galanya.
Zat-Nya Yang Agung itu tidak dapat dijangkau oleh indera manusia, karena indera manusia itu memang diciptakan dalam susunan yang tidak siap untuk melihat zat-Nya. Sebabnya tidak lain karena manusia itu diciptakan dari materi, dan inderanya hanya menangkap materi-materi belaka dengan perantaraan materi pula; sedangkan Allah bukanlah materi. Maka wajarlah apabila Dia tidak dapat dijangkau oleh indera manusia.
Yang dimaksud dengan Allah tidak dapat dijangkau dengan indera manusia, ialah selama manusia masih hidup di dunia. Sedangkan pada hari Kiamat, orang-orang beriman akan dapat melihat Allah.
Nabi Muhammad bersabda:
إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَمَا تَرَوْنَ الْقَمَرَ لَيْلَةَ الْبَدْرِ، وَكَمَا تَرَوْنَ الشَّمْسَ لَيْسَ دُوْنَهَا سَحَابٌ
(رواه البخاري عن جرير، صحيح البخاري 4، 283)
Sesungguhnya kamu akan melihat Tuhanmu di hari Kiamat seperti kamu melihat bulan di malam bulan purnama, dan seperti kamu melihat matahari di kala langit tidak berawan.” (Riwayat al-Bukhari dan Jarir, Sahih al-Bukhari IV: 283).
Allah berfirman:
وُجُوْهٌ يَّوْمَىِٕذٍ نَّاضِرَةٌۙ ٢٢ اِلٰى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ ۚ ٢٣
Wajah-wajah (orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Memandang Tuhannya. (al-Qiyamah/75: 22-23)
Kemungkinan melihat Tuhan di hari Kiamat, khusus bagi orang-orang mukmin sedangkan orang-orang kafir kemungkinan melihat Allah tertutup bagi mereka.
Allah berfirman:
كَلَّآ اِنَّهُمْ عَنْ رَّبِّهِمْ يَوْمَىِٕذٍ لَّمَحْجُوْبُوْنَ
Sekali-kali tidak! Sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat) Tuhannya. (al-Mutaffifin/83: 15)
Allah menegaskan bahwa Dia dapat melihat segala sesuatu yang dapat dilihat, dan ba¡³rah (penglihatan)-Nya dapat menembus seluruh yang ada, tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya, baik bentuk maupun hakikat-Nya.
Di akhir ayat ini Allah menegaskan lagi bahwa Zat-Nya Mahahalus, tidak mungkin dijangkau oleh indera manusia apalagi hakikat-Nya dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu betapa pun halusnya, tidak ada yang tersembunyi dari pengetahuan-Nya.
Baca setelahnya: Tafsir Surat Al An’am Ayat 104-107
(Tafsir Kemenag)