Tafsir Surah Al-Anbiya’ Ayat 4-6

tafsir surah al-anbiya'
tafsir surah al-anbiya'

Tafsir Surah Al-Anbiya’ Ayat 4-6 menjelaskan bahwa Allah mengetahui kejahatan kaum musyrik, meski mereka menyembunyikannya. Diantaran kejahatan mereka adalah menetang adanya al-Qur’an,dan menilai bahwa al-Qur’an hanyalah buatan Muhammad semata. Mereka mengajukan bukti kebanaran al-Qur’an, namun Allah tidak mengabulkannya, sebab Allah tau, meski bukti itu tewujud pun tidak akan merubah keangkuhan mereka, dan mereka tidak akan berbalik beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Al-Anbiya’ Ayat 1-3


Ayat 4

Ayat ini menjelaskan bahwa dalam menanggapi tuduhan dan serangan kaum musyrikin, Rasulullah saw menegaskan bahwa Allah mengetahui semua perkataan yang diucapkan makhluk-makhluk-Nya, baik yang ada di langit maupun yang ada di bumi, baik kata-kata yang diucapkan dengan terang-terangan maupun yang dirahasiakan, karena Dialah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.

Oleh sebab itu walaupun kaum musyrik itu merahasiakan rencana jahat mereka, Allah tetap mengetahuinya dan Dia akan memberikan balasan kepada mereka berupa azab dan siksa. Dengan demikian ayat ini berisi ancaman terhadap kaum musyrikin.

Ayat 5

Dalam ayat ini Allah menjelaskan, bahwa kejahatan kaum musyrikin itu tidak hanya sekedar mengatakan bahwa Muhammad bukan Rasul dan       Al-Qur’an itu adalah sihir, tetapi mereka juga mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah merupakan mimpi-mimpi yang kacau.

Bahkan yang lain berkata bahwa Al-Qur’an hanyalah sesuatu yang diada-adakan oleh Muhammad sendiri. Bahkan di antara mereka ada pula yang mengatakan, bahwa Muhammad adalah seorang penyair. Mereka juga menuntut Muhammad saw untuk mendatangkan mukjizat selain Al-Qur’an, seperti yang diperlihatkan oleh rasul-rasul yang terdahulu. Padahal Al-Qur’an itulah mukjizat terbesar Nabi Muhammad.

Dengan demikian mereka tidak mengetahui bahwa Al-Qur’an adalah wahyu Allah kepada Muhammad saw. Dan mereka tidak mengakui bahwa   Al-Qur’an adalah mukjizat yang dikaruniakan Allah kepadanya sebagai bukti kebenaran kenabian dan kerasulannya.

Barangsiapa yang berhati jujur serta mempunyai pengetahuan tentang bahasa Arab dan sastranya yang tinggi, niscaya akan mengakui bahwa bahasa dan isi ayat-ayat Al-Qur’an sangat menakjubkan. Akan tetapi, kaum musyrikin telah memutarbalikkan kenyataan ini.


Baca Juga : Mengenal Sinonim dan Homonim dalam Al-Quran, Konsep Kebahasaan yang Mesti Diketahui Mufassir


Ayat 6

Ayat ini menegaskan bahwa andaikata tuntutan mereka dikabulkan, mereka tetap tidak akan beriman. Kenyataan ini telah terjadi pada kaum musyrikin pada masa-masa sebelumnya. Mereka juga tidak beriman kendati pun tuntutan mereka dikabulkan.

Itulah sebabnya Allah telah membinasakan mereka. Lalu apa alasannya untuk mengabulkan tuntutan kaum musyrikin yang ada sekarang. Allah telah mengetahui bahwa mereka juga tidak akan beriman. Dan sunnatullah tidak akan berubah, siapa yang zalim, pasti akan binasa. Maka kaum musyrikin Quraisy yang tidak beriman kepada Muhammad, dan yang berlaku zalim, juga pasti akan binasa.

Ayat 7

Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa Allah sejak dahulu tidak pernah mengutus rasul kecuali selalu dari kalangan manusia biasa yang diberi-Nya wahyu. Kalau mereka benar-benar tidak mengetahui bahwa para rasul yang diutus Allah adalah manusia bukan malaikat, mereka bisa bertanya kepada orang-orang yang mengetahui baik dari kalangan kaum Yahudi maupun Nasrani, sebab mereka itu mengetahui masalah tersebut, dan tidak pernah mengingkarinya.

Dalam ayat yang lain Allah menyuruh Nabi Muhammad mengatakan kepada kaum musyrikin bahwa dia adalah manusia. Allah berfirman:

قُلْ اِنَّمَآ اَنَا۠ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوْحٰٓى اِلَيَّ اَنَّمَآ اِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌۚ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ رَبِّهٖ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَّلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖٓ اَحَدًا

Katakanlah (Muhammad), ”Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya, maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatupun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (al-Kahf/18:110)

Jadi Nabi Muhammad bukanlah pengecualian dari para rasul se-belumnya.

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya : Tafsir Surah Al-Anbiya’ Ayat 7-10