BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Al-Anbiya’ Ayat 43-45

Tafsir Surah Al-Anbiya’ Ayat 43-45

Tafsir Surah Al-Anbiya’ Ayat 43-45 adalah kelanjutan sebelumnya, tunjuan dari pertanyaan yang diajukan oleh Nabi adalah untuk melemahkan keyakinan mereka terhadap tuhan yang disembah, bahwa tuhan-tuhan itu tidak akan bisa menolong mereka dari hari Kiamat. Allah juga mempertegas bahwa kenikmatan yang dirasakan orang kafir selama di dunia adalah ujian dari Allah Swt, maka kaum Mukmin tidak perlu iri, sebab kenikmatan itu akan menjadi bumerang kelak di hadapan Allah Swt.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Al-Anbiya’ Ayat 38-42


Ayat 43

Ayat ini merupakan lanjutan dari ayat sebelumnya, di mana Allah menyuruh Rasul-Nya untuk mengajukan pertanyaan kepada kaum kafir, untuk menyadarkan mereka tentang kekuasaan Allah. Isi pertanyaan yang disebutkan dalam ayat ini adalah, “Apakah mereka mempunyai tuhan-tuhan yang dapat memelihara mereka dari azab Allah? Tuhan-tuhan yang mereka sembah sudah pasti tidak mampu menolong mereka, bahkan menolong dirinya sendiri pun tidak mampu. Pada akhir ayat ini Allah menegaskan kembali, bahwa tuhan-tuhan yang disembah mereka itu tidak akan luput dari azab Allah. Kalau demikian halnya, bagaimana mereka akan mampu untuk melindungi para penyembahnya?

Dengan demikian, ayat ini mengemukakan dua macam kelemahan tuhan-tuhan yang disembah kaum kafir itu, yang menyebabkan tidak pantasnya disembah dan dipertuhan. Pertama, mereka tidak mampu untuk menolong diri sendiri. Kedua, bahwa mereka pun tidak luput dari azab Allah. Dengan demikian, keadaannnya lebih lemah dari penyembahnya.

Dengan adanya dua kenyataan itu, seharusnya mereka dapat mengambil kesimpulan, bahwa benda-benda yang mereka sembah itu tidak mempunyai kemampuan apa pun untuk melindungi mereka dari azab Allah.

Ayat 44

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah memberikan kenikmatan hidup dan harta kekayaan kepada kaum kafir itu, sehingga mereka dapat hidup enak dengan usia panjang. Akan tetapi kaum Muslimin tidak perlu iri hati dan merasa silau melihat kenikmatan hidup mereka itu, karena semua kekayaan dan kemewahan itu diberikan Allah kepada mereka sebagai ujian, jika harta itu akan menyebabkan hati mereka menjadi sombong, dan tabiat mereka menjadi kasar sehingga menjerumuskan mereka kepada perbuatan-perbuatan yang tidak baik. Semuanya itu mengakibatkan dosa-dosa mereka bertambah banyak, dan azab yang akan mereka terima bertambah berat.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa Allah memberi mereka kemewahan dan kenikmatan hidup bukanlah karena Allah tidak kuasa menurunkan azab kepada mereka, tetapi sebaliknya kemewahan itu adalah ujian bagi mereka yang dapat menjerumuskan mereka kepada kebinasaan lahir batin, serta azab yang pedih.

Dalam ayat ini disebutkan pula bentuk kerugian lain yang ditimpakan Allah kepada mereka, yaitu berkurangnya jumlah para pengikut mereka lantaran banyak yang masuk Islam, dan akibatnya daerah kekuasaan mereka pun makin berkurang pula karena agama Islam telah tersebar ke daerah-daerah yang semula termasuk daerah kekuasaan mereka. Dengan susutnya jumlah pengikut dan daerah kekuasaan mereka, berarti kekuatan mereka pun semakin berkurang.

Setelah menggambarkan keadaan mereka itu yang telah menjadi rapuh karena kemewahan, dan telah menjadi lemah karena berkurangnya jumlah pengikut dan kekuasaan mereka, maka Allah pada akhir ayat tersebut mengajukan satu pertanyaan yaitu dalam keadaan semacam itu siapakah yang dapat memperoleh kemenangan, apakah mereka masih memiliki harapan?

Sudah tentu mereka tidak akan memperoleh kemenangan. Di samping keadaan mereka telah rapuh dan lemah, kekuasaan Allah adalah mutlak atas hamba-Nya, dan Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya. Tidak sesuatu pun yang dapat mengalahkan-Nya.


Baca Juga: Surah Az-Zukhruf Ayat 32: Jawaban Al-Quran Untuk Mereka yang Menyangkal Kenabian Muhammad


Ayat 45

Dalam ayat ini Allah menyuruh Nabi Muhammad saw untuk menegaskan kepada kaum kafir dan musyrik itu tugas pokoknya sebagai Rasul, yaitu sekedar menyampaikan peringatan Allah kepada mereka dengan  perantaraan wahyu, yaitu Al-Qur’an, serta menerangkan kepada mereka akibat dari kekufuran, dengan menerangkan kisah-kisah tentang umat yang terdahulu. Adapun perhitungan dan pembalasan atas perbuatan mereka adalah menjadi kekuasaan Allah, bukan kekuasaan Rasul.

Dalam ayat ini juga terdapat sindiran terhadap kaum kafir itu, bahwa mereka adalah seperti orang-orang tuli, tidak mendengarkan dan tidak memperhatikan peringatan yang disampaikan kepada mereka. Hati mereka seperti telah tertutup, dan tidak menerima kebenaran dan petunjuk Allah yang disampaikan Rasul kepada mereka. Hal ini merupakan tanda-tanda orang-orang yang ingkar pada Tuhan, sebagaimana firman Allah:

صُمٌّ ۢ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَعْقِلُوْنَ

(Mereka) tuli, bisu dan buta, maka mereka tidak  mengerti. (al-Baqarah/2: 171)

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya : Tafsir Surah Al-Anbiya’ Ayat 46-48


 

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian I)

0
Diksi warna pada frasa tinta warna tidak dimaksudkan untuk mencakup warna hitam. Hal tersebut karena kelaziman dari tinta yang digunakan untuk menulis-bahkan tidak hanya...