BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Al-Hajj Ayat 18

Tafsir Surah Al-Hajj Ayat 18

Sebelumnya telah dijelaskan bahwa Allah adalah Dzat yang MahaAdil, dan tidak tebang pilih ketika menjatuhkan hukuman bagi mereka yang tidak taat atas pertintah-Nya. Salah satu bukti ketaatan adalah senantiasa untuk sujud kepada-Nya, lalu bagaimanakah maksud sujud dalam al-Qur’an? Adakah sujud hanya dimaknai dengan menempelkan jidat ke lantai/tanah? Atau ada makna lain yang mengitarinya? Berikut ini penjelasan para ulama terkait makna sujud dalam Tafsir Surah Al-Hajj Ayat 18 yang akan dibahas.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Al-Hajj Ayat 16-17


Ayat 18

Sujud dalam ayat ini berarti mengikuti kehendak dan mengikuti hukum-hukum yang telah digariskan dan ditetapkan Allah. Dapat pula berarti menghambakan diri, beribadat dan menjalankan segala yang diperintahkan Allah dan menjauhi semua yang dilarang.

Sujud bila dihubungkan dengan makhluk Tuhan selain dari manusia, jin dan malaikat berarti tunduk mengikuti kehendak dan hukum-hukum atau kodrat yang ditentukan Allah, mereka tidak dapat lepas dari ketentuan-ketentuan itu, baik secara sukarela maupun terpaksa.

Sedang bagi manusia, jin dan malaikat, sujud berarti taat dan patuh kepada hukum-hukum Allah, taat melaksanakan perintah-perintah Allah dan menghentikan larangan-larangan-Nya.

Pada ayat ini Allah menegaskan lagi kekuasaan-Nya terhadap semua makhluk, yaitu semua yang di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang- bintang, gunung-gunung, tumbuh-tumbuhan dan semua binatang melata tunduk dan mengikuti aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang di-berikan-Nya.

Allah menciptakan jagat raya ini dan mengaturnya dengan hukum dan ketentuan-Nya. Seperti adanya garis edar pada tiap-tiap planet yang ada di ruang angkasa. Tiap-tiap planet mengikuti garis edar yang telah ditentukan.

Jika ia keluar dari garis edarnya itu maka ia akan berbenturan dengan planet-planet yang lain. Demikian pula tumbuh-tumbuhan, binatang-binatang tumbuh menjadi besar dan berkembang mengikuti ketentuan-ketentuan Allah.

Dalam tafsir al-Marāgi disebutkan bahwa dalam ayat ini disebut matahari, bulan, bintang-bintang dan sebagainya secara khusus adalah untuk mengingatkan bahwa makhluk-makhluk itu termasuk makhluk yang disembah manusia selain Allah, seperti penduduk Himyar menyembah matahari, Bani Kinanah menyembah bulan, bintang Syi`ra disembah oleh Bani Lahm, bintang Surayya disembah oleh orang Thayyai, penduduk Mesir kuno menyembah patung anak sapi atau burung Ibis.

Seakan-akan ayat ini menegaskan bahwa semuanya itu tidak pantas disembah karena semuanya itu termasuk makhluk-makhluk Tuhan yang mengikuti kehendak dan hukum-hukum Allah. Hanya Allah saja yang berhak disembah.


Baca Juga : Benarkah Malaikat Sujud Kepada Nabi Adam? Begini Pendapat Mufassir


Allah menerangkan bahwa banyak manusia yang beriman, taat dan patuh kepada Allah dengan benar, karena merasakan kebesaran dan kekuasaan atas diri mereka. Karena itu mereka beribadat dengan sungguh-sungguh, melaksanakan semua perintah Allah dan menghentikan semua larangan-Nya.

Mereka melakukan semua perbuatan yang menyebabkan Allah sayang kepada mereka, sehingga Allah memberikan pahala dan memuliakan mereka. Ada pula manusia yang tidak beriman dengan benar kepada Allah atau tidak mau merasakan kebesaran dan kekuasaan-Nya, ia melakukan perbuatan-perbuatan yang menyebabkan Allah marah kepadanya, karena itu mereka pantas mendapat kemurkaan dan kehinaan dari Allah.

Siapa yang mendapat kehinaan dan murka Allah akan masuk neraka, tidak ada seorang pun yang dapat membela dan melepaskannya dari azab Allah, karena segala kekuasaan berada di tangan Allah. Sebaliknya Allah memuliakan orang yang beriman dengan benar, berbuat baik, Allah akan memasukkan mereka ke dalam surga.

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya : Tafsir Surah Al-Hajj Ayat 19-22


Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

0
Dapat kita saksikan di berbagai negara, khususnya Indonesia, pembangunan infrastruktur seringkali diposisikan sebagai prioritas utama. Sementara pembangunan kualitas Sumber Daya Manusia seringkali acuh tak...