BerandaTafsir TahliliTafsir Surah As-Shaffat Ayat 8-12

Tafsir Surah As-Shaffat Ayat 8-12

Tafsir Surah As-Shaffat Ayat 8-12 menjelaskan bahwa para setan tidak bisa menggali informasi dari para malaikat, sebab ada penghalang yang tidak dapat tembus, yaitu berupa panah api yang selalu siap menghantam apabila ada setan yang berusaha untuk memasukinya.

Tafsir Surah As-Shaffat Ayat 8-12 juga berbicara tentang perintah Allah kepada Nabi Muhammad agar bertanya soal hari Kebangkitan kepada orang-orang kafir. Pertanyaan yang dimaksud bukan untuk mencari jawaban, melainkan untuk memojokkan sikap ingkar mereka akan adanya hari Kebangkitan.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah As-Shaffat Ayat 1-7


Ayat 8

Pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa setan tidak dapat mendengar pembicaraan malaikat.

Setan-setan itu dilempari dari segala penjuru karena ulah mereka yang suka merusak tatanan alam dan menggoda manusia untuk berbuat maksiat kepada Allah.

Ayat 9

Lemparan itu untuk mengusir setan-setan tersebut karena mereka makhluk yang ingkar dan sesat, dan selalu berusaha menyesatkan manusia, dan membujuk manusia supaya ingkar kepada Tuhan.

Untuk mereka telah disediakan azab yang akan berlangsung selama-lamanya di neraka.

Ayat 10

Akan tetapi, bila ada di antara setan-setan yang sengaja mendengar-dengarkan pembicaraan  para malaikat, ia segera diburu dengan suluh api yang menyala-nyala. Ini menunjukkan betapa terkutuknya setan-setan itu, sehingga mereka merupakan makhluk yang paling dibenci dan diusir di mana-mana.

Oleh sebab itu, manusia tidak patut takluk kepada rayuan dan godaan mereka.


Baca Juga : Idul Yatama dan Tuntunan Al-Quran dalam Memperlakukan Anak Yatim


Ayat 11-12

Allah memerintahkan Nabi Muhammad menanyakan kepada orang-orang yang mengingkari adanya kebangkitan dari kubur tentang mana yang lebih sukar antara menjadikan manusia termasuk orang-orang yang ingkar tadi dengan menjadikan malaikat, langit, bumi, dan segala isinya, yang wujudnya lebih besar dan lebih beraneka ragam.

Allah memerintahkan rasul-Nya supaya mengajukan pertanyaan kepada mereka, dimaksudkan sebagai celaan terhadap sikap keras kepala mereka.

Sebenarnya, mereka sendiri mengakui bahwa penciptaan langit, bumi, dan segala isinya yang besar itu lebih sukar dari menciptakan manusia.

Maka bagaimana mereka dapat mengingkari kebangkitan itu, padahal mereka menyaksikan suatu yang lebih sukar dari apa yang mereka ingkari itu.

Firman Allah:

اَوَلَيْسَ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ بِقٰدِرٍ عَلٰٓى اَنْ يَّخْلُقَ مِثْلَهُمْ ۗبَلٰى وَهُوَ الْخَلّٰقُ الْعَلِيْمُ

Dan bukankah (Allah) yang menciptakan langit dan bumi, mampu menciptakan kembali yang serupa itu (jasad mereka yang sudah hancur itu)? Benar, dan Dia Maha Pencipta, Maha Mengetahui. (Yasin/36: 81).

Dalam ayat lain Allah berfirman:

لَخَلْقُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ اَكْبَرُ مِنْ خَلْقِ النَّاسِ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَ

Sungguh, penciptaan langit dan bumi itu lebih besar daripada penciptaan manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Gafir/40: 57)

Untuk menjelaskan perbandingan ini Allah memberikan tambahan penjelasan dengan menyebutkan kejadian nenek moyang mereka, yaitu Adam dari tanah liat.

Proses kejadian Adam itu menunjukkan kepada mereka tentang kesederhanaan penciptaannya jika dibandingkan dengan penciptaan alam semesta yang mahabesar ini.

Bilamana Allah kuasa menciptakan alam ini, tentulah lebih kuasa lagi menghidupkan kembali anak cucu Adam pada hari Kiamat.

Rasulullah kemudian diperingatkan Allah agar jangan terlalu mengharapkan berimannya mereka yang keras kepala.

Tidak ada manfaat bagi mereka segala keterangan dan peringatan itu karena mereka tidak tertarik.

Bahkan orang-orang kafir itu memperolok-olokkan Rasul, sehingga Rasulullah sendiri merasa heran.

Sesungguhnya hati mereka telah tertutup, dan jiwa mereka tidak dapat menjangkau keyakinan yang seperti itu.

Mereka tidak mampu lagi melihat keterangan-keterangan dan tanda-tanda yang dapat menunjukkan kebangkitan dari kubur.

Bahkan kesombongan dan pembangkangan mereka telah sampai ke puncaknya.

Mereka memperolok-olokkan apa yang telah diucapkan oleh Nabi Muhammad saw, dan meremehkan kesungguhan beliau supaya mereka meyakini hari kebangkitan itu.

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya : Tafsir Surah As-Shaffat 13-21


Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

tafsir surah al-An'am ayat 116 dan standar kebenaran

Tafsir Surah Al-An’am Ayat 116 dan Standar Kebenaran

0
Mayoritas sering kali dianggap sebagai standar kebenaran dalam banyak aspek kehidupan. Namun, dalam konteks keagamaan, hal ini tidak selalu berlaku. Surah al-An'am ayat 116...