BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Asy-Syu’ara Ayat 83-84

Tafsir Surah Asy-Syu’ara Ayat 83-84

Tafsir Surah Asy-Syu’ara Ayat 83-84 berbicara mengenai dua hal. Pertama mengenai permohonan Nabi Ibrahim as agar dianugerahi ilmu hikmah. Kedua permohonan Nabi Ibrahim agar menjadi suri tauladan bagi generasi selanjutnya.


Baca sebelumnya: Tafsir Surah Asy-Syu’ara Ayat 80-82


Ayat 83

Ibrahim bermohon agar dianugerahi hikmah. Hikmah berarti ilmu pengetahuan yang diamalkan dengan baik. Dalam hubungannya dengan kepribadian orang yang saleh, hikmah diartikan sebagai petunjuk Tuhan dalam beramal, dengan taufik Allah ia terlepas dari segala perbuatan dosa besar maupun dosa kecil.

Sementara itu ahli tafsir yang lain ada yang mengartikan hikmah dengan perlakuan yang adil terhadap sesama manusia dalam memutuskan suatu perkara.

Dalam kaitannya dengan doa Ibrahim ini, hikmah ditafsirkan sebagai pengetahuan tentang sifat-sifat ketuhanan dan ilmu pengetahuan tentang kebenaran yang akan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, beliau berdoa pula agar dimasukkan ke dalam lingkungan orang-orang yang baik-baik, dan pada golongan yang senantiasa bertawakal kepada-Nya. Permohonan tersebut dikabulkan oleh Allah, sebagaimana disebutkan dalam ayat lain:

وَاِنَّهٗ فِى الْاٰخِرَةِ لَمِنَ الصّٰلِحِيْنَ;

Dan sesungguhnya di akhirat dia termasuk orang-orang saleh. (al-Baqarah/2: 130);Diriwayatkan dalam sebuah hadis, Rasulullah berdoa seperti doa Nabi Ibrahim, yakni:

اَللَّهُمَّ تَوَفَّنَا مُسْلِمِيْنَ وَأَحْيِنَا مُسْلِمِيْنَ وَأَلْحِقْنَا بِالصَّالِحِيْنَ غَيْرَ خَزَايَا وَلاَمَفْتُوْنِيْنَ (رواه أحمد عن رفاعة بن رافع) .

“Ya Allah, matikanlah kami dalam keadaan muslim, hidupkanlah kami dalam keadaan muslim, dan masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang saleh, bukan golongan orang-orang yang hina dan tertimpa musibah (fitrah).” (Riwayat Ahmad dari 161)


Baca juga: Benarkah Musibah adalah Adzab dari Allah? Gus Baha: Bukan Hak Kita Menjudge!


Ayat 84

Selanjutnya Ibrahim berdoa agar nama baik beliau menjadi buah bibir yang baik bagi orang-orang yang datang kemudian, sehingga beliau menjadi suri teladan yang utama sampai hari Kiamat, ini pun dikabulkan Allah, sebagaimana firman-Nya:

وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِى الْاٰخِرِيْنَ ۖ  ١٠٨  سَلٰمٌ عَلٰٓى اِبْرٰهِيْمَ  ١٠٩  كَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ  ١١٠  ;

Dan Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, “Selamat sejahtera bagi Ibrahim.” Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (as-Saffat/37: 108-110)

Janji Allah dalam ayat di atas dibuktikan kebenarannya dalam lembaran sejarah kenabian. Banyak sekali dari keturunan Nabi Ibrahim yang menjadi nabi dan rasul Allah, baik dari keturunan Ismail ataupun dari keturunan Ishak. Agama-agama besar di dunia (Islam, Kristen dan Yahudi) masing-masing menggolongkan agamanya kepada Nabi Ibrahim.

Oleh sebab itu, beliau dimuliakan dan dihormati oleh berbagai agama menurut caranya masing-masing. Berdasarkan keterangan ini, wajarlah andaikata mereka menganggap Ibrahim adalah seorang Yahudi (menurut pengakuan orang Yahudi).

Demikianlah pula halnya Ibrahim dipandang sebagai orang Nasrani (menurut kepercayaan agama Nasrani), sebab Isa Almasih putra Maryam juga masih keturunan Nabi Ibrahim.

Tegasnya dalam sejarah kenabian, ia dianggap sebagai bapak para nabi. Akan tetapi, semua dugaan bahwa Ibrahim penganut Yahudi atau penganut agama tertentu tidak benar. Al-Qur’an membantah keyakinan demikian:

مَاكَانَ اِبْرٰهِيْمُ يَهُوْدِيًّا وَّلَا نَصْرَانِيًّا وَّلٰكِنْ كَانَ حَنِيْفًا مُّسْلِمًاۗ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ  ;

Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, tetapi dia adalah seorang yang lurus, muslim dan dia tidaklah termasuk orang-orang musyrik.  (Ali ‘Imran/3: 67)

Adapun pengertian buah tutur yang baik dalam doa ini ialah Nabi Muhammad. Beliau memang keturunan Nabi Ibrahim (dari pihak Ismail) yang terakhir yang diangkat sebagai nabi dan rasul. Risalah Nabi Muhammad (dan juga para nabi) adalah risalah agama tauhid. Rasulullah sendiri dalam sebuah hadis mengatakan:

اَنَا دَعْوَةُ اِبْرَاهِيْمَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ (رواه مسلم عن عائشة)

Aku ini (pelaksanaan bagi terkabulnya) doa Ibrahim. (Riwayat Muslim dari ‘Aisyah);Pada hakikatnya agama yang disampaikan Nabi Muhammad merupakan lanjutan dari ajaran yang disampaikan Nabi Ibrahim.


Baca setelahnya: Tafsir Surah Asy-Syu’ara Ayat 85-87


(Tafsir Kemenag)

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...