BerandaTafsir TahliliTafsir Surah At-Taubah Ayat 65-67

Tafsir Surah At-Taubah Ayat 65-67

Tafsir Surah At Taubah Ayat 65-67 diawali dengan asbabun nuzul ayat 65. Secara umum ayat-65-67 menerangkan bahwa Nabi mengetahui perilaku buruk kaum munafik, dan ketika ditanya perihal itu, mereka beralasan hanya bergurau. Jikapun  mereka meminta maaf, Allah tidak akan menerimanya, serta tidak ada perbedaan antara orang munafik laki-laki dan perempuan, semua sama dimata Allah Swt.


Baca Sebelumnya : Tafsir Surah At Taubah Ayat 62-64


Ayat 65

Sabab Nuzul: Turunnya ayat ini erat hubungannya dengan Perang Tabuk sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Munzir dari Qatadah, ketika Rasulullah pada Perang Tabuk melihat sekelompok manusia di hadapannya mengatakan, “Apakah laki-laki ini (Muhammad) mengharapkan akan memperoleh istana dan benteng di negeri Syam, tidak mungkin, tidak mungkin.”

Allah memberitahukan kepada Nabi-Nya apa yang dibicarakan oleh kelompok manusia tersebut, maka Muhammad berkata, “Kamu telah berkata begini-begitu.” Mereka menjawab, “Hai Nabi Allah, kami hanya bersenda-gurau dan main-main,” maka turunlah ayat ini.

Ayat ini menggambarkan kepada Nabi Muhammad tentang tingkah laku orang-orang munafik manakala Nabi bertanya kepada mereka tentang ucapan-ucapan berupa tuduhan sengaja yang dilontarkan kepad abeliau, serta pernyataan mereka bahwa Nabi itu mencari pengaruh, kekuasaan dan kekayaan, niscaya mereka akan menjawab bahwa ucapan mereka hanya senda gurau belaka.

Mereka mengira bahwa Nabi Muhammad dapat memaafkan dan menerima dalih yang mereka kemukakan. Tetapi Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad agar mengatakan kepada kaum munafik bahwa tidak patut mereka mengejek Allah dan ayat-ayat-Nya serta Rasul-Nya.

Perbuatan demikian itu melampaui batas dan tidak ada yang melakukannya kecuali orang-orang yang ingkar kepada Allah.


Baca Juga : Hobi Nge-Prank? Perhatikan Rambu-Rambu Al-Quran Seputar Prank


Ayat 66

Ayat ini menerangkan bahwa tak ada gunanya mereka meminta maaf dengan mengemukakan dalih seperti tersebut pada ayat 65 karena sesungguhnya orang-orang munafik itu telah menjadi kafir sesudah beriman, mereka mengejek Nabi dan memandang rendah beliau.

Sikap demikian itu terhadap Rasul menunjukkan kekosongan jiwa mereka dari keimanan. Mereka telah melakukan dosa yang sangat besar karena dengan sengaja menghina Nabi dan mengingkari Allah.

Namun sekiranya orang-orang munafik itu mau bertobat atas dorongan iman yang sesungguhnya, seperti Makhsyi bin Humair, tentulah Allah menerima tobatnya dan Allah tetap mengazab orang-orang munafik yang masih terus bergelimang dalam kemunafikan.

Ayat 67

Ayat ini menerangkan tentang adanya persamaan di antara orang-orang munafik, baik pria maupun wanita, baik mengenai sifat-sifat mereka maupun mengenai akhlak dan perbuatan mereka. Masing-masing saling menganjurkan kepada yang lainnya untuk berbuat kemungkaran seperti yang diterangkan oleh Nabi:

ايَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ : إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ (رواه البخاري ومسلم عن أبي هريرة)

Tanda orang munafik itu ada tiga: Apabila ia berbicara berdusta, apabila ia berjanji mungkir, dan apabila ia dipercayai berkhianat.  (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).

Orang munafik itu masing-masing saling melarang antara sesamanya berbuat baik seperti melakukan jihad dan mengeluarkan harta untuk amal-amal sosial terutama perang sabil sebagaimana firman Allah:

هُمُ الَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ لَا تُنْفِقُوْا عَلٰى مَنْ عِنْدَ رَسُوْلِ اللّٰهِ حَتّٰى يَنْفَضُّوْاۗ

Mereka yang berkata (kepada orang-orang Ansar), ”Janganlah kamu bersedekah kepada orang-orang (Muhajirin) yang ada di sisi Rasulullah sampai mereka bubar (meninggalkan Rasulullah).” (al-Munafiqun/63: 7)

Semua itu disebabkan mereka lupa kepada kebesaran Allah, lupa kepada petunjuk-petunjuk agama-Nya dan siksaan-Nya.

Lebih tegasnya mereka lupa mendekatkan diri kepada Allah dengan menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya sebagaimana tidak terlintas di hati sanubari mereka kewajiban berterima kasih atas nikmat-nikmat yang diberikan Tuhan sehingga mereka mengikuti kehendak nafsu mereka dan godaan setan.

Sudah sewajarnya jika Allah melupakan mereka dengan menjauhkan mereka dari karunia taufik-Nya di dunia dan ganjaran pahala di akhirat.

Sesungguhnya orang-orang munafik yang tetap dalam kemunafikannya itu merupakan manusia yang paling fasik di dunia ini bahkan mereka lebih rendah dari orang-orang kafir biasa, karena orang kafir menutupi hati mereka terhadap keesaan atau adanya Tuhan secara terang-terangan.

Berlainan halnya dengan orang-orang munafik yang sengaja menutupi kesalahan baik mengenai akidah atau pun mengenai akhlak dan tindak-tanduk perbuatan yang jauh menyimpang dari fitrah manusia yang murni dengan berpura-pura menjadi mukmin.

 (Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya : Tafsir Surah At Taubah 68-70


Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

tafsir surah al-An'am ayat 116 dan standar kebenaran

Tafsir Surah Al-An’am Ayat 116 dan Standar Kebenaran

0
Mayoritas sering kali dianggap sebagai standar kebenaran dalam banyak aspek kehidupan. Namun, dalam konteks keagamaan, hal ini tidak selalu berlaku. Surah al-An'am ayat 116...