BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Fathir Ayat 42-43

Tafsir Surah Fathir Ayat 42-43

Tafsir Surah Fathir Ayat 42-43 menerangkan awal mula doa orang kafir yang meminta seorang Rasul dan berjanji akan mentaatinya. Doa pun terkabul, alih-alih taat mereka justru ingkar terhadap Rasul itu, bersikap sombong, bahkan sampai memerangi dakwah yang ia jalankan.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Fathir Ayat 40-41


Tafsir Surah Fathir Ayat 42-43 juga menjelaskan bahwa Allah mengecam sikap demikian, bagi Allah siapapun yang berusaha memadakan cahaya yang hadir di dunia, maka Allah pun akan memusuhi mereka, kecuali mereka yang hendak bertaubat dan kembali kepada cahaya tersebut.

Ayat 42

Orang-orang musyrik itu bersumpah dengan sepenuh hati, seandai-nya Allah mengirimkan seorang rasul yang memperingatkan kesesatan jalan pikiran dan kerusakan moral masyarakatnya, pasti merekalah yang paling mudah menerima petunjuk rasul itu, dibanding dengan umat mana pun yang pernah ada sebelum mereka. Penjelasan ayat ini diperkuat pula oleh ayat lain yang berbunyi:

لَوْ اَنَّ عِنْدَنَا ذِكْرًا مِّنَ الْاَوَّلِيْنَۙ  ١٦٨  لَكُنَّا عِبَادَ اللّٰهِ الْمُخْلَصِيْنَ  ١٦٩  فَكَفَرُوْا بِهٖۚ فَسَوْفَ يَعْلَمُوْنَ  ١٧٠

Sekiranya di sisi kami ada sebuah kitab dari (kitab-kitab yang diturunkan) kepada orang-orang dahulu, tentu kami akan menjadi hamba Allah yang disucikan (dari dosa). Tetapi ternyata mereka mengingkarinya (Al-Qur’an); maka kelak mereka akan mengetahui (akibat keingkarannya itu). (As-Shaffat/37: 168-170)

Dalam tafsir al-Khazin diriwayatkan bahwa orang-orang kafir Mekah ketika mengetahui Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) mendustakan para rasul yang diutus kepada mereka, mereka pun bersumpah dengan nama Allah seandainya kepada mereka diutus pula rasul seperti yang pernah diutus kepada Bani Israil itu, tentulah mereka akan menjadi bangsa yang lebih banyak memperoleh petunjuk dibanding dengan kaum Yahudi dan Nasrani. Sikap demikian itu mereka tunjukkan sebelum Muhammad saw diutus sebagai rasul.

Tetapi, setelah beliau betul-betul diutus ke tengah mereka, mereka pun mendustakannya sebagaimana sikap Ahli Kitab terhadap rasul-Nya. Untuk memperingatkan kaum Muslimin akan sikap orang-orang kafir yang telah memperoleh kebenaran murni tentang Nabi Muhammad dan risalahnya itu, Allah menurunkan ayat-ayat di atas.

Setelah impian mereka menjadi kenyataan, yakni dengan diutusnya Muhammad saw sebagai rasul di tengah masyarakat mereka untuk menyampaikan kebenaran dari Allah, yang tercantum dalam Al-Qur’an al-Karim, maka dengan serta merta mereka mendustakannya.

Bahkan sikap keingkaran dan kesombongan mereka makin menjadi-jadi. Mereka bukannya makin dekat kepada kebenaran, bahkan semakin jauh dengan alasan menjaga kehormatan dan martabat kaumnya.

Tegasnya, para pemimpin musyrik Mekah itu enggan mengikuti ajaran Nabi Muhammad. Keadaan mereka serupa dengan unta liar yang kabur, semakin dikejar oleh pemiliknya, semakin cepat larinya dan semakin tersesat jalannya, sehingga sukar ditangkap.

Ayat 43

Ayat ini masih menjelaskan sikap orang musyrik Mekah terhadap dakwah Nabi saw. Dengan segala daya dan pikiran, dengan harta dan kekayaan yang dimiliki, mereka menentang dakwah Nabi Muhammad, bahkan beliau diboikot dan dihalangi.

Tetapi, segala rencana jahat guna mematahkan dakwah Islam itu pada akhirnya menjadi bumerang bagi mereka. Kegagalan kaum kafir Mekah mencegah tersiarnya dakwah Islam telah tertulis dengan tinta emas dalam sejarah Islam.

Setiap usaha dan rencana jahat untuk memadamkan cahaya agama Allah di bumi ini, pasti akan gagal, sebab Allah selalu akan memelihara eksistensi agama-Nya di bumi ini, sampai akhir zaman, biarpun tidak disukai oleh orang-orang musyrik, sebagaimana disebutkan dalam ayat:;

يُرِيْدُوْنَ لِيُطْفِـُٔوْا نُوْرَ اللّٰهِ بِاَفْوَاهِهِمْۗ وَاللّٰهُ مُتِمُّ نُوْرِهٖ وَلَوْ كَرِهَ الْكٰفِرُوْنَ

Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir membencinya. (as-Shaf/61: 8)


Baca Juga : Matahari Juga Sebagai Sumber Energi Cahaya, Berikut Penjelasan Tafsirnya


Dalam Aisar at-Tafasir disebutkan satu riwayat bahwa Ka’ab berkata kepada Ibnu ‘Abbas, “Dalam Taurat diterangkan bahwa siapa yang menggali lubang untuk kawannya, dialah yang masuk ke dalamnya.”

Ibnu ‘Abbas menjawab, “Hal itu aku temukan dalam Al-Qur’an.” Ka’ab bertanya, “Di mana?” Ibnu ‘Abbas menjawab, “Bacalah wa la yahiqul-makrus-sayyi’ illa bi ahlih (Rencana yang jahat itu hanya akan menimpa orang yang merencanakannya sendiri.)”

Seperti diuraikan di atas, kadang-kadang Allah menunda kedatangan siksa sebagai bukti kasih sayang-Nya kepada orang-orang kafir. Tetapi, jangan dikira bahwa Allah tidak akan menyiksa mereka bila mereka tidak tobat, sebab bila mereka di dunia belum merasakan siksaan, di akhirat kelak pasti akan mereka alami juga.

Di akhirat nanti baru mereka yakini ke mana orang yang zalim itu ditempatkan Allah sesuai dengan ancaman Allah ketika mereka masih di dunia.

وَسَيَعْلَمُ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْٓا اَيَّ مُنْقَلَبٍ يَّنْقَلِبُوْنَ

Dan orang-orang yang zalim kelak akan tahu ke tempat mana mereka akan kembali. (asy-Syu’ara’/26: 227)

Sekalipun azab itu sudah pasti datang, orang-orang yang tidak meng-imaninya masih saja menentang kedatangannya dengan tidak menghentikan segala perbuatan jahatnya.

Dalam ayat ini, Allah mengungkapkan nasib mereka kelak dengan mengatakan bahwa tidak ada yang mereka tunggu-tunggu itu melainkan siksaan seperti apa yang telah menimpa manusia dahulu kala disebabkan keingkaran mereka terhadap risalah para rasul.

Tetapi, ujung ayat ini menegaskan bahwa sunah Allah menentukan bahwa setiap orang yang mendustakan ajaran-Nya pasti akan disiksa dengan azab yang tidak akan berubah dan tidak akan dipindahkan kepada orang lain. Allah tidak akan melimpahkan rahmat-Nya pada seseorang yang sudah tercatat sebagai pembangkang dan pendosa, serta tidak akan memikulkan dosanya kepada diri orang lain.

وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِّزْرَ اُخْرٰى

Dan seseorang tidak akan memikul beban dosa orang lain. (al-An’am/6: 164)

(Tafsir Kemenag)

Baca Setelahnya : Tafsir Surah Saba’ Ayat 44-45

 

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

penamaan surah Alquran

Penamaan Surah Alquran: Proses Penamaan Nonarbitrer

0
Penamaan merupakan proses yang selalu terjadi dalam masyarakat. Dalam buku berjudul “Names in focus: an introduction to Finnish onomastics” Sjöblom dkk (2012) menegaskan, nama...