BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Shad Ayat 39-43

Tafsir Surah Shad Ayat 39-43

Tafsir Surah Shad Ayat 39-43 secara umum mengisahkan tentang kehidupan Nabi Ayub AS. Seorang Nabi yang dikenal sabar menghadapi ujian dari Allah Swt., dan kisahnya ini banyak diulang dalam al-Qur’an.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Shad Ayat 35-38


Ayat 39

Allah selanjutnya menjelaskan bahwa segala macam nikmat itu adalah anugerah yang diberikan-Nya kepada Sulaiman secara khusus. Nikmat itu meliputi kerajaan yang besar, kekayaan yang berlimpah dan kekuasaan yang tak pernah diberikan kepada yang lain. Nikmat-nikmat itu dianugerahkan kepadanya agar digunakan sebagaimana mestinya.

Allah menandaskan bahwa nikmat-nikmat itu diberikan kepada Sulaiman tanpa pertanggungjawaban, karena Sulaiman telah diberi kemampuan untuk mengendalikan segala macam nikmat itu.

Ayat 40

Kemudian Allah menjelaskan bahwa di samping kemuliaan yang telah dicapainya di dunia, yang sangat menakjubkan itu, ia akan dilimpahi karunia yang lebih nikmat lagi dan kedudukannya yang lebih mulia.

Allah menjanjikan kepadanya bahwa ia akan dimasukkan dalam deretan hamba-hamba-Nya yang mempunyai kedudukan yang sangat dekat kepada Allah, yaitu kedudukan yang diperoleh para rasul dan nabi, tempat kembali yang baik yaitu surga Naa’im yang penuh dengan segala macam kenikmatan.

Ayat 41

Allah memerintahkan kepada Rasulullah saw agar menceritakan kepada kaumnya kisah Ayub yang sangat sabar menghadapi cobaan hidup dan taat kepada Allah. Pada saat menghadapi cobaan yang sangat berat itu, ia berdoa kepada Allah dan mengadukan agar penderitaannya itu dihilangkan.

Beberapa ahli tafsir menyebutkan bahwa Ayub adalah seorang nabi yang sangat kaya. Ia adalah seorang petani dan pemelihara ternak. Di samping itu, juga sebagai pemimpin kaumnya di sebuah negeri yang terletak di sebelah tenggara Laut Mati.

Negerinya terletak di antara kota Adum dan padang pasir Arab, sangat subur, dialiri oleh mata air yang sangat banyak. Ia hidup di antara zaman Nabi Ibrahim dan Nabi Musa.

Semula beliau hidup makmur dan bahagia, amat taat  beragama, dan banyak sanak keluarganya. Ia sangat senang atas hasil usaha yang dicapainya, juga atas kekayaan, keluarga, dan kesehatannya.


Baca Juga : Temu Lembaga Konsultasi Syariah: Layanan Fatwa Digital Berbasis Moderasi Beragama


Allah lalu ingin menguji ketabahannya dengan menimpakan penyakit kulit yang sangat parah. Begitu berat penyakitnya dan begitu lama dideritanya hingga harta bendanya habis, dan keluarganya bertebaran ke negeri-negeri sekitarnya untuk mencari penghidupan.

Di tengah-tengah penderitaannya itu, ia merasa sangat lelah dan menderita. Ia merasa ada setan yang mengusik jiwanya ketika beribadah kepada Allah. Lalu ia mengadukan kepada Allah agar diberi petunjuk untuk melepaskan dirinya dari penderitaan dan siksaan yang dialaminya.

Allah berfirman:

۞ وَاَيُّوْبَ اِذْ نَادٰى رَبَّهٗٓ اَنِّيْ مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَاَنْتَ اَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ

Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya, “(Ya Tuhanku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang.” (al-Anbiya’/21: 83)

Ayat 42-43

Ayat ini menjelaskan bahwa karena ketaatan dan kesabaran Ayub menghadapi cobaan, Allah mengabulkan doanya dengan memerintahkan kepadanya agar menghentakkan kakinya ke bumi.

Kemudian dari bumi itu memancar mata air yang sejuk. Lalu Ayub diperintahkan agar mandi dan minum dengan air itu. Seketika itu, Allah menyembuhkan penyakitnya seakan-akan tidak pernah sakit sebelumnya.

Kemudian ia menghimpun kembali keluarganya yang telah terpencar, dan mereka akhirnya dapat menyebarkan keturunan yang banyak, sebagai rahmat Allah kepadanya dan kepada keturunannya.

Pada akhir ayat, Allah menegaskan bahwa ketaatan dan kesabaran Ayub itu merupakan pelajaran bagi orang-orang yang berakal dan menjadi petunjuk bagi seluruh manusia bahwa rahmat Allah itu dekat sekali pada orang-orang yang senantiasa melakukan perbuatan yang baik.

Hal ini juga menjadi contoh bahwa setiap perjuangan itu meskipun pada mulanya terasa sangat melelahkan, tetapi bila dilakukan dengan penuh ketabahan, niscaya segala kesulitan pasti dapat diatasi, dan kemenangan pasti dapat diraih.

Pengalaman berharga yang dapat dipetik dari kisah Ayub ini ialah bahwa orang tidak boleh berputus asa untuk mencari jalan ke luar dalam menghadapi rintangan, hingga ia mendapatkan jalan untuk mengatasi rintangan itu, dengan memohon petunjuk kepada Allah agar diberi limpahan hidayah-Nya.

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya : Tafsir Surah Shad 44-46


Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...