Dalam tafsir surat Al A’raf ayat 59-64 ini secara garis besar menceritakan kisah Nabi Nuh dan kerasulannya.
Baca Juga: Kisah Nabi Nuh As dan Keingkaran Kaumnya Dalam Al-Quran
Ayat 59
Pada ayat ini Allah menceritakan tentang kisah Nabi Nuh dan kerasulannya. Pada masa antara Nabi Adam dan Nabi Nuh dunia mulai membangun peradabannya. Manusia mula-mula masih menyembah Allah menurut agama yang dibawa oleh Nabi Adam. Tetapi lama-kelamaan karena kesibukan dalam kehidupan duniawi mereka mulai menjauhkan diri dari agama sehingga semangat beragama mulai menurun. Ajaran tauhid yang bersemi di hati sanubari mereka mulai pudar.
Patung-patung dari pemimpin-pemimpin mereka yang semula dibuat untuk menghormati dan mengenang jasa-jasa mereka, mereka jadikan sembahan atau sekutu Allah, karena menurut paham mereka patung-patung itu dapat mendekatkan diri mereka kepada Allah. Akhirnya mereka lupa kepada Allah, dan memandang bahwa patung-patung itulah tuhan yang diharapkan kebaikannya, dan dimohon nikmat anugerah dan ditakuti siksaannya.
Setelah kepercayaan manusia kepada Allah memudar di masa itu maka Allah tidak membiarkan mereka terus-menerus dalam kesesatan. Oleh karena itu, Allah mengutus Nabi Nuh kepada kaumnya. Kisah tentang kerasulan Nabi Nuh ini ditujukan kepada orang-orang Arab yang berada di Mekah dan sekitarnya yang mengingkari kerasulan Nabi Muhammad. Pengetahuan mereka tentang sejarah para rasul dan umat-umat pada masa dahulu sangat sedikit sekali karena mereka sekadar mendengar dari orang-orang Yahudi dan Nasrani yang berada di sekitar mereka.
Allah dalam ayat ini meyakinkan mereka bahwa sebenarnya Allah telah mengutus Nabi Nuh kepada kaumnya untuk memperingatkan mereka akan kemurkaan Allah disebabkan kekufuran mereka. Setelah Nuh diutus menjadi Rasul dia menyeru kaumnya yang kafir agar meninggalkan berhala dan menyembah Tuhan Yang Maha Esa dan Pencipta segala sesuatu Dialah Tuhan yang sebenarnya.
Manusia wajib menyembah-Nya dengan penuh khusyuk dan tawadhu’. Nabi Nuh mengemukakan kepada kaumnya tentang kekhawatirannya bahwa mereka akan memperoleh siksaan yang sangat pada hari pembalasan nanti jika mereka tidak mengindahkan seruannya.
Sebagian mufassirin memandang bahwa hari pembalasan yang dimaksud pada ayat ini adalah hari terjadinya taufan. Selanjutnya kekhawatiran yang dikemukakan oleh Nabi Nuh kepada kaumnya menunjukkan bahwa Nabi Nuh telah berputus-asa setelah menjalankan dakwah dalam masa yang cukup lama, namun tidak ada tanggapan dari kaumnya, sebagaimana diketahui dari ayat-ayat berikut:
قَالَ رَبِّ اِنِّيْ دَعَوْتُ قَوْمِيْ لَيْلًا وَّنَهَارًاۙ ٥ فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَاۤءِيْٓ اِلَّا فِرَارًا ٦
Dia (Nuh) berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku siang dan malam, tetapi seruanku itu tidak menambah (iman) mereka, justru mereka lari (dari kebenaran). (Nuh/71: 5-6)
Ayat 60
Allah dalam ayat ini menerangkan bahwa para pemimpin kaum Nuh berpendapat sesungguhnya Nabi Nuh, itulah yang berada dalam kesesatan, disebabkan Nabi Nuh melarang mereka menyembah berhala, yang mereka anggap sebagai penolong mereka di hadapan Allah dan sebagai perantara untuk mendekatkan mereka kepada-Nya. Demikianlah tingkah laku orang-orang kafir itu, bahkan mereka sering menuduh bahwa orang-orang yang beriman kepada Allah itu adalah orang yang sesat, sebagaimana tersebut dalam firman Allah yaitu:
وَاِذَا رَاَوْهُمْ قَالُوْٓا اِنَّ هٰٓؤُلَاۤءِ لَضَاۤلُّوْنَۙ ٣٢
Dan apabila mereka melihat (orang-orang mukmin), mereka mengatakan, “Sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang sesat”. (al-Muthaffifin/83: 32)
Firman Allah:
وَقَالَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَوْ كَانَ خَيْرًا مَّا سَبَقُوْنَآ اِلَيْهِۗ وَاِذْ لَمْ يَهْتَدُوْا بِهٖ فَسَيَقُوْلُوْنَ هٰذَآ اِفْكٌ قَدِيْمٌ ١١
Dan orang-orang yang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman, “Sekiranya Al-Qur′an itu sesuatu yang baik, tentu mereka tidak pantas mendahului kami (beriman) kepadanya.” Tetapi karena mereka tidak mendapat petunjuk dengannya, maka mereka akan berkata, “Ini adalah dusta yang lama.” (al-Ahqāf/46: 11)
Ayat 61
Ayat ini menerangkan penolakan Nabi Nuh terhadap tuduhan kaumnya dengan menegaskan bahwa dia sekali-kali tidak berada dalam kesesatan, karena ia sebenarnya adalah utusan Allah dan yang diserukannya itu bukanlah timbul dari pikirannya semata yang mungkin didorong oleh kepentingan pribadi. Tetapi apa yang dikemukakan itu adalah wahyu Allah yang pasti kebenaranya, karena itu harus disampaikan kepada mereka agar mereka dapat mencapai kebahagiaan dan terhindar dari kebinasaan akibat mempersekutukan Allah.
Ayat 62
Ayat ini menerangkan bahwa Nabi Nuh menegaskan kepada kaumnya bahwa dia mendapat tugas dari Allah untuk menyampaikan perintah-perintah Tuhannya agar manusia beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, kepada hari kemudian, kepada Rasul-rasul yang diutus Allah, kepada malaikat-malaikat Allah dan menyampaikan juga hukum-hukum yang Allah tentukan baik yang berkenaan dengan ibadat maupun yang berkenan dengan muamalat.
Nabi Nuh dalam menyampaikan tugasnya disertai dengan ancaman halus berupa nasihat-nasihat kepada kaumnya agar takut kepada siksaan Allah sebagai balasan terhadap orang-orang yang tidak beriman kepadanya, serta mendustakan Rasul-rasul-Nya. Nabi Nuh menegaskan pula bahwa ia benar-benar mengetahui hal-hal yang tidak diketahui oleh kaumnya, semuanya itu diketahuinya dari Allah. Demikian gigihnya Nabi Nuh dalam meyakinkan kaumnya.
Ayat 63
Tafsir surat Al A’raf ayat 59-64 khususnya dalam ayat 63 ini Allah menerangkan tentang kecaman Nabi Nuh kepada kaumnya, bahwa tidaklah patut mereka itu merasa heran atau ragu-ragu terhadap kedatangan peringatan dari Tuhan yang dibawa oleh seorang laki-laki di antara mereka sendiri. Dia memperingatkan mereka tentang azab yang akan menimpa mereka, bilamana mereka tetap dalam kekafiran. Dengan peringatan itu, mereka akan dapat memelihara diri dari perbuatan syirik dan munkar sehingga mereka memperoleh rahmat Allah.
Adapun yang menyebabkan keraguan dan keheranan kaumnya tentang kerasulannya, karena Nabi Nuh tidak mempunyai kelebihan yang istimewa. Tetapi jika mereka menggunakan pikiran yang sehat bahwa kelebihan antara manusia itu di samping diperoleh dengan usaha manusia itu sendiri, juga didapat dari karunia Allah, karena Allah Yang Mahakuasa.
Dalam kenyataan hidup manusia, nampak perbedaan di antara masing-masing manusia itu, baik perbedaan jasmaniah, maupun rohaniah. Oleh karena itu semestinya mereka menyambut seruan dari salah seorang yang memiliki kelebihan dan keistimewaan sebagai rasul untuk menyelamatkan mereka dari siksa Allah akibat kekufuran dan membawa mereka kepada kebenaran dan ketakwaan kepada Allah untuk memperoleh keridaan dan rahmat-Nya.
Ayat 64
Dalam tafsir surat Al A’raf ayat 59-64, di ayat 64 ini menerangkan bahwa kebanyakan kaum Nabi Nuh masih tetap mengejek dan mendustakannya, mereka tetap menentang perintah Tuhan dan bertambah hanyut dalam kedurhakaan. Hati nurani mereka tertutup sehingga mereka tidak dapat mengambil pelajaran dari tanda-tanda kebesaran Allah dan mereka tidak dapat mengambil hikmat manfaat dari pengutusan para Rasul.
Telinga mereka pun menjadi tuli sehingga mereka tidak dapat membenarkan adanya hari kemudian, hari pembalasan yang disampaikan oleh Nabi Nuh yang semestinya diketahui oleh manusia bahwa seorang yang hidup di dunia ini harus mempertanggungjawabkan perbuatannya kepada Allah sebagai Pencipta-Nya, Nabi menunjukkan kepada adanya kehidupan pada hari kemudian. Tetapi manusia yang tidak menggunakan pikirannya menduga bahwa kehidupan manusia itu hanya di dunia saja tanpa ada pertanggungjawaban di akhirat.
Secara tidak sadar mereka telah menyamakan dirinya dengan hewan, karenanya timbullah berbagai perbuatan jahat seperti syirik di atas bumi ini. Karena keingkaran kaum Nuh inilah, azab Allah menimpa mereka, yaitu berupa angin dan banjir yang menenggelamkan mereka. Hanya sedikit dari pengikut kaum Nuh yang diselamatkan oleh Allah dari tenggelam di waktu terjadinya bencana tersebut karena mereka berada dalam perahu yang telah disiapkan jauh hari sebelumnya. Kebanyakan kaumnya tenggelam karena mereka hanyut dalam kekufuran dan kemaksiatan.
(Tafsir Kemenag)
Baca Juga: Tafsir Surat As-Shaffat Ayat 78-81: Terima Kasih Allah kepada Nabi Nuh