BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Yunus Ayat 80-86

Tafsir Surah Yunus Ayat 80-86

Tafsir Surah Yunus Ayat 80-86 berbicara mengenai dua hal pokok. Pertama menjelaskan tentang kedahsyatan mu’jizat Nabi Musa. Namun mu’jizat itu tidak membuat Fir’aun dan para pengikutnya bertobat.


Baca sebelumnya: Tafsir Surah Yunus Ayat 74-79


Kedua, Tafsir Surah Yunus Ayat 80-86 berbicara mengenai pengungsian yang dilakukan oleh Nabi Musa dan para pengikutnya. Pengikutnya waktu itu hanya punya satu harapan yakni mengharap pertolongan Allah dari kekejaman Fir’aun lewat perantara Nabi Musa.

Ayat 80

Kemudian sesudah ahli-ahli sihir dipanggil ke sebuah lapangan terbuka, mereka datang menemui Musa untuk menawarkan kepadanya apakah dia yang lebih dahulu melontarkan tongkatnya ataukah mereka yang memulai.

Musa mempersilahkan mereka menunjukkan sihirnya terlebih dahulu. Maka merekapun melemparkan tali-tali dan tongkat-tongkat mereka. Dengan kekuatan sihir, tali-tali dan tongkat-tongkat itu berubah menjadi ular. Mereka mempesona penglihatan manusia sehingga menakutkan hati mereka yang menyaksikannya.

Ayat 81

Setelah mereka selesai menunjukkan sihir mereka, Musa berkata kepada mereka tanpa mengindahkan sedikitpun kedahsyatan sihir yang mereka tunjukkan itu, bahwa apa yang mereka lakukan itu hanyalah sihir belaka, atau suatu usaha memutarbalikkan penglihatan manusia.

Hakikatnya tidak ada suatu perubahan yang terjadi dengan berubahnya tongkat dan tali itu menjadi ular. Sedangkan apa yang akan dilakukan oleh Musa adalah suatu mukjizat dari kekuasaan Allah. Allah akan membatalkan sulapan itu dengan mukjizat yang dibawa Nabi Musa a.s. Jelas bahwa sihir adalah perbuatan manusia, bukan peristiwa yang luar biasa.

Maka Musa melemparkan tongkatnya, dan Allah mengubah tongkat itu menjadi ular, lalu ular itu menelan ular-ular sihir yang mereka perbuat karena Allah tidak akan membiarkan perbuatan kaum penyihir itu berlangsung terus.

Ayat 82

Allah menegaskan bahwa Dia dengan kalimah-Nya mengokohkan kebenaran. Dengan kebenaran itu, umat manusia akan mencapai kesejahteraan dan terpelihara dari kezaliman.

Kalimat Allah itu adalah aturan Allah yang ditanamkan ke dalam syariat yang disampaikan kepada rasul-rasul-Nya. Dengan kalimat itu, Musa dapat mengalahkan Fir’aun dan melepaskan Bani Israil dari perbudakan Fir’aun, walaupun yang demikian itu tidak disukai oleh Fir’aun dan pemuka-pemukanya.

Ayat 83

Dalam ayat ini Allah menerangkan keadaan Musa dengan kaumnya sebelum mereka meninggalkan Mesir. Kegagalan Fir’aun bersama pemuka-pemuka kaumnya dan tukang-tukang sihir itu mendorong Fir’aun melakukan perbuatan yang lebih kejam lagi.

Dia merencanakan pembunuhan terhadap Nabi Musa dan orang-orang Bani Israil. Rencana ini menimbulkan rasa ketakutan di kalangan Bani Israil. Oleh karena itu, tidak banyak di antara mereka yang beriman kepada Nabi Musa. Mereka yang beriman itu umumnya para pemuda.

Kaum Nabi Musa merasa takut kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya yang selalu berusaha menyiksa mereka dan memaksa mereka murtad dari agama Musa a.s. Fir’aun zaman Musa a.s., termasuk raja yang sangat kejam dalam sejarah Mesir.

Karena itu dia amat ditakuti oleh rakyatnya. Dia banyak menumpahkan darah manusia dan dia pula yang menganggap dirinya sebagai Tuhan. Bani Israil dijadikan budak di bumi Mesir.

Firman Allah menjelaskan kekejaman Fir’aun:

وَقَالَ الْمَلَاُ مِنْ قَوْمِ فِرْعَوْنَ اَتَذَرُ مُوْسٰى وَقَوْمَهٗ لِيُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ وَيَذَرَكَ وَاٰلِهَتَكَۗ قَالَ سَنُقَتِّلُ اَبْنَاۤءَهُمْ وَنَسْتَحْيٖ نِسَاۤءَهُمْۚ وَاِنَّا فَوْقَهُمْ قَاهِرُوْنَ

Dan para pemuka dari kaum Fir’aun berkata, ”Apakah engkau akan membiarkan Musa dan kaumnya untuk berbuat kerusakan di negeri ini (Mesir) dan meninggalkanmu dan tuhan-tuhanmu?” (Fir’aun) menjawab, ”Akan kita bunuh anak-anak laki-laki mereka dan kita biarkan hidup anak-anak perempuan mereka dan sesungguhnya kita berkuasa penuh atas mereka.” (al-A’raf/7: 127)


Baca juga: Perdebatan Nabi Musa dengan Fir’aun tentang Hakikat Tuhan


Ayat 84

Setelah Musa melihat orang-orang yang beriman dalam keadaan ketakutan, maka dia menyerukan kepada mereka agar bertawakkal kepada Allah jika mereka benar-benar beriman kepada-Nya disertai dengan penyerahan diri dan ketaatan yang mutlak terhadap perintah dan larangan Allah.

Keimanan tanpa pengamalan yang nyata terhadap ajaran Allah dan Rasul-Nya, adalah keimanan yang tidak bermakna. Tawakkal kepada Allah akan lahir dari jiwa orang yang beriman dan dia taat mengamalkan ajaran agamanya dalam batas kemampuannya. Ayat ini menunjukkan bahwa tidak semua kaum Bani Israil itu beriman kepada Musa sewaktu mereka berada di Mesir.

Di samping beriman kepada Allah, hendaknya seseorang beriman kepada Rasul. Barulah ia menjadi seorang Muslim yang berserah diri dan taat terhadap perintah dan larangan agama yang dibawa Rasul itu.

Orang-orang Yahudi sesudah selamat meninggalkan bumi Mesir dan tiba di Sinai, mereka menuntut kepada Musa agar dibuatkan patung Tuhan bagi mereka.

Kemudian, ketika mereka ditinggalkan Musa yang akan menerima wahyu di bukit Sinai, mereka menjadikan anak lembu sebagai Tuhan dan menyembahnya. Peristiwa ini menunjukkan bahwa tidak seluruh orang Yahudi beriman dan taat kepada ajaran Musa a.s.

Ayat 85

Orang-orang yang beriman lagi taat ketika mendengar seruan Musa, mereka segera menyambutnya dengan penuh ketaatan, bahkan mereka hanya bertawakkal kepada Allah.

Mereka menyadari bahwa kemenangan dan kebahagiaan yang dijanjikan Tuhan kepada orang-orang yang beriman tergantung kepada iman, amal, dan tawakal mereka.

Kemudian sesudah tawakal, mereka berdoa kepada Allah agar memelihara mereka dari kejahatan orang-orang yang zalim serta melindungi mereka dari upaya orang-orang yang ingin memalingkan mereka dari agama.

Ayat 86

Ayat ini menerangkan kelanjutan doa Bani Israil ketika mereka memohon kepada Allah agar mereka dilepaskan dari kekuasaan dan kekejaman Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya. Berabad-abad lamanya mereka dalam perbudakan Fir’aun dan mereka mengalami kerja paksa dan pekerjaan kasar lainnya yang hina dan tidak berperikemanusiaan.


Baca setelahnya: Tafsir Surah Yunus Ayat 87-90


(Tafsir Kemenag)

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Catatan interpolasi tafsir Jami‘ al-Bayan karya Al-Ijiy pada naskah Jalalain Museum MAJT

Jami’ al-Bayan: Jejak Tafsir Periferal di Indonesia

0
Setelah menelaah hampir seluruh catatan yang diberikan oleh penyurat (istilah yang digunakan Bu Annabel untuk menyebut penyalin dan penulis naskah kuno) dalam naskah Jalalain...