BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Saba’ Ayat 31-33

Tafsir Surah Saba’ Ayat 31-33

Tafsir Surah Saba’ Ayat 31-32 menjelaskan bahwa apapun bukti yang diajukan kepada orang Kafir niscaya mereka tidak akan percaya, bebal, dan fanatik pada keyakinannya sendiri, mereka menganggap Nabi-lah yang salah karena ikut campur dalam urusan mereka.

Barulah kelak di akhirat mereka menyesal, namun tidak bisa berbuat apa-apa, mereka kemudian berdebat dengan para pendahulu yang mereka anggap sebagai biang kesalahan kesesatan mereka. Namun, Allah tidak lagi mendengar keluhan tersebut, bagi Allah kedudukan semua manusia sama, yang berbeda hanya amal kebajikan ketika hidup di dunia-lah yang menjadi penolong mereka.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Saba’ Ayat 28-30


Ayat 31

Pada ayat ini, Allah menerangkan bagaimana mendalamnya ke-ingkaran orang-orang musyrik terhadap agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad dengan agama samawi lainnya yang dibawa oleh para rasul sebelumnya. Mereka menyatakan tekad tidak akan beriman kepada Al-Qur’an dan kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada para rasul-Nya.

Bagi orang-orang yang bertekad seperti ini tidak ada suatu dalil atau bukti pun yang dapat mereka terima, walaupun bukti itu kuat, nyata, dan dapat diterima oleh akal yang sehat atau pikiran yang jernih.

Hati mereka telah dipenuhi dengan fanatisme yang keras sehingga semua yang bertentangan dengan paham mereka adalah salah, sesat, dan sama sekali tidak dapat diterima. Pernah kaum musyrikin Mekah bertanya kepada Ahli Kitab tentang bagaimana ciri-ciri dan sifat-sifat Muhammad saw dan apakah hal itu disebutkan dalam kitab mereka.

Sebagian Ahli Kitab menerangkan ciri-ciri dan sifat-sifat Muhammad saw. Mereka juga mengatakan bahwa mungkin Muhammad saw itu memang seorang rasul utusan Tuhan. Bagi orang yang hatinya bersih dan tidak dikotori oleh kesombongan dan fanatik buta, jawaban ini akan menginsafkan mereka dan menjadikan mereka berpikir.

Tetapi, jawaban itu membuat mereka menjadi marah dan menolak mentah-mentah keterangan para Ahli Kitab itu dan tidak mau memercayainya. Memang batin mereka telah ditutup untuk menerima kebenaran sebagaimana disebut dalam firman Allah:

خَتَمَ اللّٰهُ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ وَعَلٰى سَمْعِهِمْ ۗ وَعَلٰٓى اَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَّلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌ

Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka, penglihatan mereka telah tertutup, dan mereka akan mendapat azab yang berat. (al-Baqarah/2: 7)

Oleh karena tidak ada bukti yang dapat menginsafkan mereka, dan yang patut dikemukakan kepada mereka ialah ancaman yang keras, maka pada ayat-ayat ini diceritakan bagaimana keadaan orang-orang kafir itu dan para pemimpin mereka di akhirat nanti ketika berdiri di hadapan Allah.

Pada waktu itu, orang-orang kafir itu sadar bahwa mereka telah sesat. Mereka menoleh kepada pemimpin mereka dan berkata, “Kalau tidak karena tindakanmu terhadap kami di dunia, tentu kami tidak akan mengalami hal seperti ini. Kami tentu telah beriman kepada Muhammad saw dan termasuk hamba Allah yang diridai-Nya.”


Baca Juga :Surah Az-Zukhruf Ayat 32: Jawaban Al-Quran Untuk Mereka yang Menyangkal Kenabian Muhammad


Ayat 32

Ucapan dan tuduhan ini dijawab oleh para pemimpin yang telah menjerumuskan mereka karena hendak melepaskan diri dari tanggung jawab. Para pemimpin itu berkata, “Apakah kami pernah menghalangi kamu mengikuti petunjuk? Kami tidak pernah memaksa kamu supaya mengikuti kemauan kami dan mengikuti jalan yang kami tempuh.

Kami tidak pernah menghalangi kamu mengikuti ajaran yang dibawa oleh rasul Allah. Hanya kamu sendirilah dengan kemauan kamu sendiri pula yang menolak ajaran itu, dan turut mendustakannya. Kalau kamu telah sesat disebabkan tindakan kamu, janganlah kami dibawa-bawa untuk mempertanggungjawabkan perbuatanmu itu. Kamu sebenarnya termasuk orang-orang sesat.”

Kalau jawaban para pemimpin itu diucapkan pada waktu mereka masih di dunia, para pengikutnya pasti akan diam, karena pengaruhnya yang besar terhadap mereka. Tetapi, lain halnya di akhirat. Kedudukan manusia di hadapan Allah semua sama, tidak ada bawahan dan pimpinan, dan tidak ada kaum feodal atau kaum jelata.

Ayat 33

Oleh sebab itu, para pengikut itu tidak puas mendengar jawaban para pemimpinnya dan melanjutkan dakwaan bahwa para pemimpin itu selalu membujuk dan menipu mereka siang dan malam, serta memerintahkan supaya ingkar kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan yang lain. Tetapi, semuanya telah telanjur dan tidak ada waktu lagi untuk kembali kepada kebenaran atau untuk bertobat.

Semuanya, baik para pemimpin maupun pengikutnya, telah mengetahui akan mendapat balasan yang setimpal atas keingkaran dan kedurhakaan mereka. Mereka merasa sangat menyesal ketika melihat azab yang akan ditimpakan kepada mereka, tetapi penyesalan itu tidak berguna lagi. Mereka dimasukkan ke neraka dalam keadaan terbelenggu. Memang siksaan itulah yang layak ditimpakan karena sikap dan perbuatan mereka selama di dunia.

 (Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya : Tafsir Surah Saba’ Ayat 34-35


 

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Catatan interpolasi tafsir Jami‘ al-Bayan karya Al-Ijiy pada naskah Jalalain Museum MAJT

Jami’ al-Bayan: Jejak Tafsir Periferal di Indonesia

0
Setelah menelaah hampir seluruh catatan yang diberikan oleh penyurat (istilah yang digunakan Bu Annabel untuk menyebut penyalin dan penulis naskah kuno) dalam naskah Jalalain...