Tafsir Surah Fathir Ayat 23-26

Tafsir Surah Fathir
Tafsir Surah Fathir

Tafsir Surah Fathir Ayat 23-26 menjelaskan bahwa tugas Nabi hanyalah memberi peringatan, mengabarkan keagungan Tuhan, memberi kabar gembira akan syurga dan ganjarannya, sekaligus mewanti-wanti akan azab Tuhan serta pedihnya siksaan kala di neraka.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Fathir Ayat 19-22


Manakah yang akan diperoleh tergantung jalan mana yang dipilih, apakah jalan keselamatan atau kesesatan. Pun demikian, masih saja ada yang ingkar dan membangkan, sementara Nabi, tidak memiliki hak untuk memberi hidayah, sebab itu merupakan kuasa mutlak Allah Swt.

Ayat 23

Pada ayat ini, Allah menjelaskan bahwa tugas Nabi Muhammad hanyalah memberi peringatan kepada manusia yang belum mendapat petunjuk. Ia tidak dibebani perintah untuk memaksa mereka menerima petunjuk dan agama yang dibawanya, karena petunjuk itu adalah sepenuhnya berada di tangan Allah.

Oleh karena itu, tidak pada tempatnya Nabi Muhammad bersedih hati dan merasa kecewa kalau mereka itu belum mau menyambut baik seruannya. Tugas ini ditegaskan oleh Nabi Muhammad sebagaimana firman Allah:

قُلْ اِنَّمَآ اَنَا۠ مُنْذِرٌ

Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan,”  (Shad/38: 65).

Dan firman-Nya:

اِنْ يُّوْحٰىٓ اِلَيَّ اِلَّآ اَنَّمَآ اَنَا۠ نَذِيْرٌ مُّبِيْنٌ

Yang diwahyukan kepadaku, bahwa aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang nyata.” (Shad/38: 70)

Ayat 24

Ayat ini menerangkan bahwa Nabi Muhammad diutus kepada manusia agar mereka beriman kepada Allah Yang Maha Esa disertai dengan syariat yang diwajibkan kepada hamba-Nya.

Nabi saw juga di-perintahkan untuk memberi kabar gembira kepada orang yang membenarkan risalahnya dan menerima baik agama yang dibawanya dari Allah, bahwa mereka akan dimasukkan ke dalam surga yang penuh dengan kenikmatan dan kesenangan.

Juga memberi peringatan kepada orang yang mendustakannya dan menolak wahyu yang diturunkan dari Allah bahwa mereka akan dimasukkan ke dalam neraka yang penuh dengan azab dan siksa yang amat pedih. Pada ayat yang lain Allah menegaskan sebagai berikut:

وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا مُبَشِّرًا وَّنَذِيْرًا

Dan Kami mengutus engkau (Muhammad), hanya sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. (al-Isra’/17: 105).

Tidak ada suatu umat pun sejak Nabi Adam kecuali Allah mengutus kepada mereka seorang utusan yang memberi peringatan. Dengan demikian, umat itu tidak mempunyai alasan lagi untuk membantah Allah sesudah diutus-Nya para rasul itu. Firman Allah:

رُسُلًا مُّبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ لِئَلَّا يَكُوْنَ لِلنَّاسِ عَلَى اللّٰهِ حُجَّةٌ ۢ بَعْدَ الرُّسُلِ

Rasul-rasul itu adalah sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, agar tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah setelah rasul-rasul itu diutus. (an-Nisa’/4: 165)

Dan firman-Nya:

وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِيْنَ حَتّٰى نَبْعَثَ رَسُوْلًا

Kami tidak akan menyiksa sebelum Kami mengutus seorang rasul. (al-Isra’/17: 15).

Pada ayat lain ditegaskan juga sebagai berikut:

وَاِنْ يُّكَذِّبُوْكَ فَقَدْ كَذَّبَتْ قَبْلَهُمْ قَوْمُ نُوْحٍ وَّعَادٌ وَّثَمُوْدُ ۙ  ٤٢  وَقَوْمُ اِبْرٰهِيْمَ وَقَوْمُ لُوْطٍ ۙ ٤٣ وَّاَصْحٰبُ مَدْيَنَۚ وَكُذِّبَ مُوْسٰى فَاَمْلَيْتُ لِلْكٰفِرِيْنَ ثُمَّ اَخَذْتُهُمْۚ فَكَيْفَ كَانَ نَكِيْرِ   ٤٤

Dan jika mereka (orang-orang musyrik) mendustakan engkau (Muhammad), begitu pulalah kaum-kaum yang sebelum mereka, kaum Nuh, ‘Ad, dan Samud (juga telah mendustakan rasul-rasul-Nya), dan (demikian juga) kaum Ibrahim dan kaum Lut, dan penduduk Madyan. Dan Musa (juga) telah didustakan, namun Aku beri tenggang waktu kepada orang-orang kafir, kemudian Aku siksa mereka, maka betapa hebatnya siksaan-Ku. (al-Hajj/22: 42-44)


Baca Juga : Tafsir Surat Yasin Ayat 28-29: Akibat Mendustakan Rasul


Ayat 25-26

Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa setelah mereka mengingkari kedatangan rasul dan mendustakan agama yang dibawanya, Dia mengazab orang-orang kafir itu dengan azab yang pedih.

Alangkah hebatnya kemurkaan Allah kepada mereka apabila mereka tetap dalam keadaan membangkang, serta tetap mengingkari kerasulan Muhammad saw dan agama yang dibawanya.

Mereka akan mengalami seperti apa yang telah dialami umat dahulu. Demikian sunatullah tetap berlaku dan tidak akan berubah. Sebagaimana firman Allah:

سُنَّةَ اللّٰهِ فِى الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلُ ۚوَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللّٰهِ تَبْدِيْلًا

Sebagai sunnah Allah yang (berlaku juga) bagi orang-orang yang telah terdahulu sebelum(mu), dan engkau tidak akan mendapati perubahan pada sunah Allah. (al-Ahzab/33: 62)

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya : Tafsir Surah Saba’ Ayat 27