Tafsir Surah Fathir Ayat 19-22

Tafsir Surah Fathir
Tafsir Surah Fathir

Tafsir Surah Fathir Ayat 19-22 menerangkan bahwa, tentu saja berbeda antara orang yang menutup dan membuka hatinya terhadap kebenaran, kafir dan mukmin, kebatilan dan kebaikan, yang demikian itu tidak bisa bersatu, namun bisa diubah. Sebab Islam membawa konsep hidayah, yang bisa menerangi tiap hati yang gersang dan gelap, yang dengan hidayah itu seseorang bisa kembali fitri sebagaimana awal hadirnya.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Fathir Ayat 18


Ayat 19

Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa orang-orang yang tidak mengetahui atau mengingkari agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad tidak sama dengan orang-orang yang membuka matanya lebar-lebar sehingga dapat melihat dan mengetahui dengan jelas kebenaran agama yang dibawanya, lalu mereka mengikuti dan menaatinya.

Golongan pertama termasuk orang-orang yang jahat dan tidak mengetahui, sedang golongan kedua adalah orang-orang yang baik dan mengetahui. Firman Allah:

قُلْ لَّا يَسْتَوِى الْخَبِيْثُ وَالطَّيِّبُ

Katakanlah (Muhammad), “Tidaklah sama yang buruk dengan yang baik.” (al-Ma’idah/5: 100)

Dan firman-Nya:;

قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الَّذِيْنَ يَعْلَمُوْنَ وَالَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ

Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (az-Zumar/39: 9)

Ayat 20

Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa kekafiran tidak sama dengan iman, karena kekafiran adalah kegelapan, tidak mengetahui peraturan Allah. Orang kafir berjalan dalam kegelapan, tidak dapat keluar darinya, bahkan hanyut dalam kesesatan di dunia dan akhirat.

Adapun cahaya iman menerangi orang Islam kepada jalan yang benar dan membawa kebahagiaan dunia dan akhirat.  Sebagian mufasir mengartikan “gelap gulita” di sini dengan “kebatilan”, dan “cahaya” dengan “kebenaran”, kebatilan dan kebenaran tidak sama.

Ayat 21

Selanjutnya, Allah menerangkan bahwa yang terlindung tidak sama dengan yang terkena panas. Sebagian ulama tafsir mengartikan Zhill (teduh/naungan) di sini dengan surga, karena surga itu mempunyai naungan yang menyebabkan hawa sejuk. Sebagaimana firman Allah:

مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِيْ وُعِدَ الْمُتَّقُوْنَۗ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۗ  اُكُلُهَا دَاۤىِٕمٌ وَّظِلُّهَا

Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang yang bertakwa (ialah seperti taman), mengalir di bawahnya sungai-sungai; senantiasa berbuah dan teduh. (ar-Ra’d/13: 35).

Sedang Harr (panas) diartikan dengan neraka, karena ia memang satu tempat yang amat panas dan penuh dengan api yang menyala-nyala, jauh lebih panas dari api yang dikenal di dunia. Sepercik bunga api neraka saja jatuh di dunia, maka dunia akan panas seluruhnya sebagaimana dijelaskan di dalam suatu hadis.

لَوْ اَنَّ شَرَرَةَ مِنْ شَرَرِ جَهَنَّمَ بِالْمَشْرِقِ لَوَجَدَ حَرَّهَا مَنْ بِالْمَغْرِبِ. (رواه الطبراني عن انس بن مالك)

Sekiranya sepercik api dari bunga-bunga api neraka (berada) di timur, maka akan dirasakan panasnya (oleh orang-orang yang berada) di barat. (Riwayat at-Thabrani, dari Anas bin Malik)


Baca Juga : Tafsir Surat Yasin Ayat 7-8: Orang-Orang yang Terbelenggu dalam Kekafiran


Ayat 22

Pada awal ayat ini, Allah menerangkan bahwa orang-orang yang hatinya hidup karena beriman kepada Allah dan rasul-Nya, serta mengetahui Al-Qur’an dan isinya, tidak sama dengan orang yang mati hatinya akibat ditutupi kekafiran.

Mereka yang terakhir ini tidak mau mengetahui perintah dan larangan Allah, tidak dapat membedakan antara petunjuk dan kesesatan. Ini adalah perumpamaan bagi orang-orang yang mukmin dan bagi orang-orang kafir. Firman Allah:

اَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَاَحْيَيْنٰهُ وَجَعَلْنَا لَهٗ نُوْرًا يَّمْشِيْ بِهٖ فِى النَّاسِ كَمَنْ مَّثَلُهٗ فِى الظُّلُمٰتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِّنْهَا

Dan apakah orang yang sudah mati lalu Kami hidupkan dan Kami beri dia cahaya yang membuatnya dapat berjalan di tengah-tengah orang banyak, sama dengan orang yang berada dalam kegelapan, sehingga dia tidak dapat keluar dari sana? (al-An’am/6: 122) ;Dan firman-Nya:

مَثَلُ الْفَرِيْقَيْنِ كَالْاَعْمٰى وَالْاَصَمِّ وَالْبَصِيْرِ وَالسَّمِيْعِۗ هَلْ يَسْتَوِيٰنِ مَثَلًا ۗ

Perumpamaan kedua golongan (orang kafir dan mukmin), seperti orang buta dan tuli dengan orang yang dapat melihat dan dapat mendengar. Samakah kedua golongan itu? Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran? (Hud/11: 24).

Orang mukmin itu melihat, mendengar, dan bermandikan cahaya terang-benderang ketika melintasi Shiratal Mustaqim sampai ke surga yang sejuk, mempunyai naungan, dan mata air yang banyak.

Sedangkan orang kafir buta dan tuli berjalan di dalam gelap gulita tidak dapat keluar daripadanya, bahkan selalu bersikap sombong di dalam kesesatannya di dunia dan akhirat sampai diberi keputusan masuk neraka yang sangat panas, penuh api menyala-nyala.

Allah memberi petunjuk kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya, mau mendengar hujjah atas kebenaran rasul, dan menerima agama yang dibawanya yaitu Islam dengan baik.

Sebagaimana halnya orang yang telah mati dimasukkan dalam kubur, tidak dapat mendengar nasihat-nasihat dan saran-saran yang akan membimbingnya ke jalan yang benar, begitu pula orang yang mati hatinya. Tidak akan bermanfaat baginya peringatan-peringatan Allah. Mereka  tidak dapat memahami isi Al-Qur’an dan ajaran-ajaran agama.

 

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya : Tafsir Surah Saba’ Ayat 23-26