BerandaTafsir TahliliTafsir Surat Al An’am Ayat 96

Tafsir Surat Al An’am Ayat 96

Tafsir Surat Al An’am Ayat 96 berbicara mengenai perpurataran waktu antara siang dan malam. Dua kejadian tersebut memiliki kegunaan masing-masing. Waktu siang dijadikan sebagai waktu untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sedangkan malam dijadikan sebagai waktu untuk istirahat.


Baca sebelumnya: Tafsir Surat Al An’am Ayat 93-95


Allah swt dalam Tafsir Surat Al An’am Ayat 96 memerintahkan manusia untuk memikirkan kedua hal tersebut. Khususnya bagi orang yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah. Sebagaiman telah disinggung pada pembahasan lalu.

Lebih lanjut Tafsir Surat Al An’am Ayat 96 berbicara mengenai fenomena siang dan malam dari sudut pandang sains modern. Disertai pula penjelasan mengenai sistem kalender yang berlaku sampai saat ini.

Ayat 96

Allah menyuruh manusia agar memperhatikan perputaran waktu yang disebabkan oleh peredaran benda-benda langit yang berlaku menurut hukum sebab dan akibat. Allah mengajak manusia memperhatikan alam terbuka yang dapat dilihat sehari-hari. Allah menyingsingkan cahaya pagi yang menghapus kegelapan malam. Cahaya itu tampak di ufuk langit bagian timur sesudah terbitnya matahari sehingga dunia tampak bercahaya terang.

Keadaan ini mereka alami di saat-saat mereka melakukan segala macam kegiatan untuk keperluan hidup mereka. Sebagai kebalikan dari suasana tersebut, Allah mengajak manusia untuk memperhatikan keadaan malam yang gelap. Allah menciptakan malam untuk beristirahat setelah mereka penat karena bekerja di siang hari.

Keadaan ini digambarkan sebagai suasana ketenangan. Suasana yang silih berganti antara siang dan malam seperti keadaan yang mempunyai persamaan dengan perputaran hidup, agar mereka mempunyai pandangan hidup yang lebih luas.

Uraian ilmiahnya sebagai berikut:

Kata husbānā (perhitungan) dalam ayat ini dimaksudkan sebagai perhitungan kalender (penanggalan). Dalam sejarah peradaban manusia, telah terbukti bahwa matahari dan bulan digunakan untuk perhitungan penanggalan.

Penanggalan berbasis pada gerak dan posisi matahari di langit bumi, atau yang dikenal dengan Solar Calendar, telah dilakukan oleh peradaban Barat (berasal dari Romawi dan Yunani), India; sedang peradaban Yahudi, Arab, Cina, juga India menggunakan Lunar Calendar, yaitu perhitungan berbasiskan kepada gerak dan posisi bulan di langit bumi.

Dalam bahasa astronomi, Solar Calendar berbasiskan pada lintasan-orbit bumi terhadap posisi matahari, sedang Lunar Calendar berbasis pada lintasan-orbit bulan terhadap posisi bumi dan matahari.

Dalam dunia astronomi-astrofisika, bulan juga digunakan dalam perhitungan penentuan kestabilan dinamika rotasi (rotational dynamic stability) bumi. Hal ini membuktikan bahwa keberadaan bulan sangat diperlukan agar precession (perkitaran) bumi pada sumbunya stabil.


Baca juga: Tafsir At-Taubah 128; Potret Cinta Nabi Muhammad Saw pada Umatnya


Bulan memberikan kestabilan dalam dimensi waktu 10-100 tahun, sedang Venus dan Mars memberikan kestabilan dalam dimensi waktu 100-500 tahun. Sedang planet Yupiter dan Saturnus, juga ikut memberikan rotational dynamic stability terhadap bumi kita ini, juga bertindak sebagai shield (perisai) bagi bumi terhadap hamburan meteor yang akan membentur bumi.

Allah menyebutkan sebab-sebab yang mengubah suasana siang menjadi malam yaitu matahari yang beredar menurut waktu-waktu yang telah ditentukan. Sebagai bandingannya disebutkan, bahwa bulan tampak cemerlang di waktu malam. Baik matahari maupun bulan beredar di angkasa raya menurut garis edarnya secara teratur dan tertentu.

Allah menyebutkan matahari dan bulan karena kedua benda langit itulah yang paling menonjol di antara benda-benda langit yang lain, yang secara umum manusia dapat memahami secara mudah kapan matahari dan bulan itu terbit dan kapan benda langit itu terbenam, dengan maksud agar manusia dapat memahami bahwa tiap-tiap kehidupan didahului oleh tiada dan akan kembali kepada tiada pula.

Mengenai manfaat peredaran matahari dan bulan ini Allah menjelaskan selanjutnya dengan firman-Nya:

هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاۤءً وَّالْقَمَرَ نُوْرًا وَّقَدَّرَهٗ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوْا عَدَدَ السِّنِيْنَ وَالْحِسَابَ

Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan (waktu).  (Yµnus/10: 5)

Dalam ayat ini, Allah menyebutkan tiga macam nikmat-Nya yang dapat dinikmati secara langsung oleh manusia yaitu nikmat yang diperoleh mereka tanpa usaha; nikmat cahaya pagi, nikmat ketenangan malam dan nikmat sinar matahari dan bulan agar manusia secara menyeluruh dapat memahami rahmat Allah yang menyeluruh bagi semua makhluk-Nya.

Pada akhir ayat Allah menegaskan bahwa penciptaan yang sangat tinggi nilainya itu, adalah ketentuan Allah sesuai dengan keluasan ilmu-Nya, kebesaran kekuasaan dan ketinggian hikmah-Nya.

Allah berfirman:

اِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنٰهُ بِقَدَرٍ

Sungguh, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. (al-Qamar/54: 49)


Baca setelahnya: Tafsir Surat Al An’am Ayat 97-98


(Tafsir Kemenang)

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Catatan interpolasi tafsir Jami‘ al-Bayan karya Al-Ijiy pada naskah Jalalain Museum MAJT

Jami’ al-Bayan: Jejak Tafsir Periferal di Indonesia

0
Setelah menelaah hampir seluruh catatan yang diberikan oleh penyurat (istilah yang digunakan Bu Annabel untuk menyebut penyalin dan penulis naskah kuno) dalam naskah Jalalain...