BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Ahqaf Ayat 7-8 (1)

Tafsir Surah Ahqaf Ayat 7-8 (1)

Tafsir Surah Ahqaf Ayat 7-8 (1) secara umum berbicara tentang kemukjizatan al-Qur’an untuk membantah anggapan orang-orang musyrik yang mengatakan bahwa al-Qur’an adalah sihir karya Muhammad Saw.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Ahqaf Ayat 4-6


Ayat 7 (1)

Ayat ini menerangkan sikap orang-orang musyrik ketika Rasulullah saw membacakan ayat-ayat Al-Qur’an kepada mereka.

Mereka mengatakan bahwa ayat-ayat Al-Qur’an itu adalah sihir yang dibacakan oleh tukang sihir, yaitu Muhammad saw.

Menurut mereka, tukang sihir memang biasa mengada-adakan kebohongan dan menyihir orang lain untuk mencapai maksudnya.

Dalam ayat yang lain diterangkan tuduhan orang-orang musyrik terhadap Al-Qur’an bahwa Al-Qur’an adalah mimpi yang kacau yang diada-adakan, dan Muhammad saw adalah seorang penyair. Allah berfirman:

بَلْ قَالُوْٓا اَضْغَاثُ اَحْلَامٍۢ بَلِ افْتَرٰىهُ بَلْ هُوَ شَاعِرٌۚ فَلْيَأْتِنَا بِاٰيَةٍ كَمَآ اُرْسِلَ الْاَوَّلُوْنَ   ٥

Bahkan mereka mengatakan, “(Al-Qur’an itu buah) mimpi-mimpi yang kacau, atau hasil rekayasanya (Muhammad), atau bahkan dia hanya seorang penyair, cobalah dia datangkan kepada kita suatu tanda (bukti), seperti halnya rasul-rasul yang diutus terdahulu.” (al-Anbiya’/21: 5).

Orang-orang musyrik menuduh Muhammad sebagai tukang sihir karena menurut mereka, Abµ al-Wal³d bin al-Mug³rah pernah disihirnya. Karena pengaruh sihir itu, ia menyatakan kekagumannya terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang dibacakan Rasulullah saw kepadanya.

Kisah ini bermula ketika pada suatu waktu, sebelum Rasulullah saw hijrah ke Medinah, para pemimpin Quraisy berkumpul untuk merundingkan cara menundukkan Rasulullah.

Setelah bermusyawarah, akhirnya mereka sepakat mengutus Abu al-Walid, seorang sastrawan Arab yang tak ada bandingannya waktu itu untuk datang kepada Rasulullah, meminta kepada beliau agar berhenti menyampaikan risalahnya.

Sebagai jawaban, Rasulullah membaca Surah 41 (Fusshilat) dari awal sampai akhir. Abu al-Walid terpesona mendengar bacaan ayat itu; ia termenung memikirkan ketinggian isi dan keindahan gaya bahasanya.

Kemudian ia langsung kembali kepada kaumnya, tanpa mengucapkan sepatah kata pun kepada Rasulullah.

Setelah Abu al-Walid kembali, ia ditanya oleh kaumnya tentang hasil usahanya. Mereka heran, mengapa Abu al-Walid bermuram durja.


Baca Juga: Mengenal Abu Ja’far al-Nahhas, Salah Satu Tokoh Awal Tafsir Lughawi di Mesir


Abu al-Walid menjawab, “Aku telah datang kepada Muhammad dan ia menjawab dengan membacakan ayat-ayat Al-Qur’an kepadaku. Aku belum pernah mendengar kata-kata yang seindah itu. Tetapi perkataan itu bukanlah syair, bukan sihir, dan bukan pula kata-kata ahli tenung.”

“Sesungguhnya Al-Qur’an itu ibarat pohon yang daunnya rindang, akarnya terhujam ke dalam tanah, susunan kata-katanya runtun dan enak didengar. Al-Qur’an itu bukanlah kata-kata manusia. Ia sangat tinggi dan tidak ada yang dapat menandingi keindahan susunannya.”

Mendengar jawaban Abu al-Walid  itu, kaum Quraisy menuduhnya telah berkhianat dan cenderung tertarik kepada agama Islam karena telah terkena pengaruh sihir Nabi Muhammad.

Dari sikap Abu al-Walid setelah mendengar ayat-ayat Al-Qur’an dan sikap orang-orang musyrik Mekah itu kepada Abu al-Walid, dapat diambil kesimpulan bahwa sebenarnya hati mereka telah mengakui kebenaran Al-Qur’an, telah mengagumi isi dan gaya bahasanya, namun ada sesuatu yang menghalangi mereka untuk mengucapkan dan menyatakan kebenaran itu.

Abu al-Walid seorang yang mereka banggakan keahliannya dalam sastra dan bahasa Arab selama ini, tidak berkutik sedikit pun dan terpesona mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an.

Bagaimana halnya dengan mereka yang jauh lebih rendah pengetahuannya daripada Abu al-Walid? Karena tidak ada satu alasan pun yang dapat mereka kemukakan, dan untuk menutupi kelemahan mereka, maka mereka langsung menuduh bahwa Al-Qur’an adalah sihir yang berbentuk syair, dan Muhammad itu adalah tukang sihir yang menyihir orang dengan ucapan-ucapan yang berbentuk syair.

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya : Tafsir Surah Ahqaf 7-8 (2)


Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

tafsir surah al-anfal ayat 46_cara menjaga persatuan

Surah al-Anfal Ayat 46: Cara Menjaga Persatuan

0
Rasa persatuan amat dibutuhkan dalam keberlangsungan hidup manusia sebagai makhluk sosial. Salah satu kasus yang muncul akibat ketidak mampuan seseorang dalam menjaga rasa persatuan...