BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Al Infithar Ayat 10-19

Tafsir Surah Al Infithar Ayat 10-19

Pembahasan yang lalu telah berbicara mengenai anugerah Allah kepada manusia, Tafsir Surah Al Infithar Ayat 10-19 ini berbicara mengenai peringatan terhadap orang-orang yang tidak percaya adanya hari kebangkitan.


Baca juga: Tafsir Surah Al Infithar Ayat 7-9


Orang-orang yang dimaksud dalam Tafsir Surah Al Infitar Ayat 10-19 ini adalah orang-orang kafir yang lalai dan ingkar terhadap hari kebangkitan. Ayat ini dimaksudkan agar mereka insaf dari perilaku tersebut.

Ayat 10-12

Ayat-ayat ini memberi peringatan kepada orang-orang kafir yang tidak mempercayai hari kebangkitan agar mereka tidak terus-menerus lalai dan ingkar serta tidak bersiap-siap menyediakan bekal untuk menghadapi hari perhitungan karena menyangka tidak ada yang mengawasi tingkah laku dan perbuatan mereka.

Allah menjelaskan dalam ayat ini bahwa ada malaikat-malaikat yang diberi tugas mengawasi dan mencatat semua perbuatan manusia, baik yang buruk maupun yang baik, dan yang dilakukan dengan terang-terangan atau sembunyi-sembunyi.

Malaikat yang mulia ini mencatat semua amal manusia. Dalam Alquran, para malaikat itu disebut Raqib dan ‘Atid. Allah berfirman:

اِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيٰنِ عَنِ الْيَمِيْنِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيْدٌ   ١٧  مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ   ١٨

(Ingatlah) ketika dua malaikat mencatat (perbuatannya), yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri. Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat). (Qaf/50: 17-18)

Para malaikat mengetahui apa yang dilakukan manusia dan mencatatnya. Tidak ada informasi dalam Alquran bagaimana para malaikat itu mencatatnya, namun kita percaya Allah punya sistem dan cara yang melampaui kemampuan manusia dalam pencatatan data tersebut.

Ayat 13-14

Ayat ini menjelaskan hasil atau akibat dari pencatatan amal manusia, yaitu adanya pahala dan surga bagi orang-orang yang berbuat kebajikan, dan azab bagi orang-orang yang berbuat maksiat dan dosa. Surga adalah balasan bagi orang-orang bertakwa dan beramal saleh. Allah berfirman:

وَاَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهٖ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوٰىۙ  ٤٠  فَاِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوٰىۗ  ٤١

Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya, maka sungguh, surgalah tempat tinggal(nya). (an-Nazi’at/79: 40-41)

Sedangkan orang-orang yang durhaka diazab Allah dalam api neraka. Allah berfirman:

فَاَمَّا مَنْ طَغٰىۖ  ٣٧  وَاٰثَرَ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَاۙ  ٣٨  فَاِنَّ الْجَحِيْمَ هِيَ الْمَأْوٰىۗ  ٣٩

Maka adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sungguh, nerakalah tempat tinggalnya. (an-Nazi’at/79: 37-39)

Ayat 15-16

Allah menjelaskan sekali lagi bahwa orang-orang yang durhaka itu akan dimasukkan ke dalam neraka pada hari kiamat kelak. Itulah tempat kembali yang paling buruk. Allah berfirman:

وَلِلَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِرَبِّهِمْ عَذَابُ جَهَنَّمَۗ وَبِئْسَ الْمَصِيْرُ  ٦

Dan orang-orang yang ingkar kepada Tuhannya akan mendapat azab Jahanam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. (al-Mulk/67: 6)

Mereka kekal di dalam neraka selama-lamanya. Mereka tidak punya kemampuan untuk mengeluarkan diri mereka dari tempat itu karena tidak ada lagi penolong yang dapat membantu mereka. Allah berfirman:

يُرِيْدُوْنَ اَنْ يَّخْرُجُوْا مِنَ النَّارِ وَمَا هُمْ بِخَارِجِيْنَ مِنْهَا ۖوَلَهُمْ عَذَابٌ مُّقِيمٌ  ٣٧

Mereka ingin keluar dari neraka, tetapi tidak akan dapat keluar dari sana. Dan mereka mendapat azab yang kekal. (al-Ma’idah/5: 37)


Baca juga: Ayat-Ayat Jihad dalam Al-Quran: Klasifikasi dan Kontekstualisasinya Di Era Kekinian


Ayat 17-19

Dalam ayat 17 dan 18, Allah bertanya kepada Nabi dan kaumnya apakah mereka tahu apa hari pembalasan itu? Pertanyaan ini bukan meminta jawaban, tetapi celaan bagi orang-orang yang tidak mau percaya pada hari pembalasan ini. Apakah semua informasi dan tanda yang dipaparkan Alquran belum cukup untuk membuat mereka percaya?

Allah kemudian menjelaskan dalam ayat 19 bahwa di hari perhitungan tidak ada manusia yang bisa menolong orang lain. Orang tua tidak bisa menolong anaknya dan begitu juga sebaliknya.

Suami tidak bisa menolong istrinya, dan teman atau sahabat tidak bisa menolong temannya. Semua sibuk dengan diri masing-masing. Segala urusan pada hari itu berada di tangan Allah. Yang bisa menolong manusia hanyalah amalnya. Firman Allah:

وَاَنْ لَّيْسَ لِلْاِنْسَانِ اِلَّا مَا سَعٰىۙ    ٣٩  وَاَنَّ سَعْيَهٗ سَوْفَ يُرٰىۖ  ٤٠

Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya, dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). (an-Najm/53: 39-40)

Dan firman-Nya lagi:

وَلَمْ تَكُنْ لَّهٗ فِئَةٌ يَّنْصُرُوْنَهٗ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَمَا كَانَ مُنْتَصِرًاۗ    ٤٣

Dan tidak ada (lagi) baginya segolongan pun yang dapat menolongnya selain Allah; dan dia pun tidak akan dapat membela dirinya. (al-Kahf/18: 43)


Baca setelahnya: Tafsir Surah Al Mutaffifin Ayat 1-3


(Tafsir Kemenag)

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Konsep Kepemimpinan Berdasarkan Sila Kelima Pancasila

0
Dalam Pancasila terdapat nilai-nilai yang dapat menginspirasi terkait konsep kepemimpinan yang sesuai dengan semestinya, yakni sila yang kelima “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat  Indonesia”....