BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Al-Mu’minun Ayat 70-71

Tafsir Surah Al-Mu’minun Ayat 70-71

Tafsir Surah Al-Mu’minun Ayat 70-71 menyindir sikap orang kafir yang semena-mena kepada Nabi Muhammad sebagai utusan dalam menyampaikan kebenaran. Padahal mereka memahami karakter Muhammad, selain karena akhlak yang mulia, dia adalah putra asli suku Quraish yang memiliki sanad yang baik. Namun, mereka menutup hati dari kebenaran, dan mengejek-ejek al-Qur’an, meski sadar akan ketinggian dan keindahan bahasanya.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Al-Mu’minun Ayat 65-69


Ayat 70

Penjelasan selanjutnya mengatakan bahwa mereka menganggap Muhammad saw sebagai orang gila yang tidak menyadari semua ucapannya.

Sebetulnya, mereka tahu benar bahwa Muhammad tidak gila, dan mengakui bahwa dia adalah seorang yang paling cerdas di antara mereka, seorang cendekiawan yang bijaksana.

Mereka sendiri pernah mengangkatnya sebagai hakim yang memutuskan perkara di antara mereka, ketika berselisih tentang siapa yang akan meletakkan hajar aswad di tempatnya semula setelah bangunan Ka’bah dirombak dan diperbaiki.

Pada ayat ini Allah menegaskan bahwa Muhammad adalah pembawa kebenaran dari Tuhannya, bukan seperti yang mereka tuduhkan.

Dia mengajak mereka supaya meninggalkan berbagai sembahan dan berhala serta kembali kepada agama tauhid yang murni, agama nenek moyang mereka Nabi Ibrahim.

Dia adalah pembawa agama yang mempunyai syariat dan peraturan untuk kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat. Tetapi kebanyakan mereka benci kepada kebenaran yang dia serukan, karena hati mereka telah tertutup oleh syirik, dosa, dan kedurhakaan.

Oleh sebab itu, mereka berpaling dari jalan yang benar, selalu menempuh jalan yang sesat, dan tak dapat lagi memahami kebenaran, bahkan mereka membencinya.

Memang ada di antara mereka yang sadar dan insaf, mengakui dalam hatinya bahwa agama yang dibawa Muhammad itu adalah agama yang benar dan baik, tetapi karena takut dicemooh kaumnya yang kafir mereka tidak mau beriman seperti halnya paman Nabi sendiri yaitu Abu Talib.

Ia pernah mengatakan, “Kalau tidak karena takut akan dicerca oleh pemimpin-pemimpin kabilah kami, tentulah kami benar-benar telah menjadi pengikutnya dalam segala hal.”


Baca Juga: Bom Bunuh Diri Bukan Jihad! Inilah Makna Jihad Dalam Al-Qur’an


Ayat 71

Kemudian Allah menjelaskan bahwa kalau Al-Qur’an mengikuti kemauan orang-orang yang mendustakan Allah dan Rasul-Nya, yang menye-kutukan Allah dan mengatakan bahwa Dia mempunyai anak, serta membenarkan segala perbuatan dosa dan munkar, tentulah dunia ini akan rusak binasa sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:

لَوْ كَانَ فِيْهِمَآ اٰلِهَةٌ اِلَّا اللّٰهُ لَفَسَدَتَاۚ فَسُبْحٰنَ اللّٰهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُوْنَ

Seandainya pada keduanya (di langit dan di bumi) ada tuhan-tuhan selain Allah, tentu keduanya telah binasa. Mahasuci Allah yang memiliki ‘Arsy, dari apa yang mereka sifatkan.(al-Anbiyā`/21: 22)

Kalau Al-Qur’an membolehkan perbuatan zalim, aniaya, dan mening-galkan keadilan tentu akan terjadi kekacauan dan keguncangan hebat dalam masyarakat.

Kalau Al-Qur’an membolehkan pelanggaran hak, perampasan harta sehingga si lemah menjadi santapan yang empuk bagi si kuat, tentulah dunia ini tidak akan aman dan tenteram selama-lamanya. Hal ini telah terbukti pada diri mereka sendiri.

Hampir saja masyarakat Arab pada masa Jahiliah rusak binasa, karena tidak mempunyai norma-norma akhlak yang mulia, tidak ada syariat dan peraturan yang mereka patuhi.

Mereka hanya membangga-banggakan kekayaan dan kekuatan sehingga untuk memperebutkannya mereka jatuh dalam jurang perselisihan dan peperangan yang tidak habis-habisnya.

Allah kembali menerangkan bahwa Dia telah mengaruniakan kepada mereka sesuatu yang seharusnya menjadi kebanggaan bagi mereka yaitu Al-Qur’an.

Mengapa mereka berpaling daripadanya, menolak, menganggap hina, dan memperolok-olokkannya. Kalau mereka sadar dan insaf tentulah mereka tidak akan berbuat seperti itu.

Padahal terbukti kemudian bahwa Al-Qur’an itu menjadikan mereka bangsa yang mulia dan mereka bangga karena Al-Qur’an turun pertama kali kepada mereka dan menggunakan bahasa mereka, sesuai dengan firman Allah:

وَاِنَّهٗ لَذِكْرٌ لَّكَ وَلِقَوْمِكَ ۚوَسَوْفَ تُسْـَٔلُوْنَ

Dan sungguh, Al-Qur’an itu benar-benar suatu peringatan bagimu  dan  bagi kaummu, dan kelak kamu akan diminta pertanggungjawaban.  (az-Zukhruf/43: 44)

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya : Tafsir Surah Al-Mu’minun 72-75


Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

skenario di balik pewahyuan Alquran

Skenario Tuhan di Balik Pewahyuan Alquran

Pewahyuan Alquran merupakan salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah peradaban manusia. Lebih dari sekadar kitab suci, Alquran yaitu mukjizat yang mencakup dimensi spiritual, sosial, dan intelektual. Pewahyuannya...