Tafsir Surah Yunus Ayat 47-50

tafsir surah yunus
tafsir surah yunus

Tafsir Surah Yunus Ayat 47-50 berbicara mengenai empat hal. Pertama mengenai adanya utusan Allah kepada setiap umat yang membutuhkan. Kedua mengenai pertanyaan ejekan yang dilontarkan kepada Nabi tentang hari kiamat.


Baca sebelumnya: Tafsir Surah Yunus Ayat 44-46


Pembicaraan ketiga dalam Tafsir Surah Yunus Ayat 47-50 adalah mengenai kuasa Allah untuk memberikan kemanfaatan atau mendatangkan kemudaratan. Terakhir mengenai tanggapan orang kafir ketika azab didatangkan secara tiba-tiba.

Ayat 47

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat, pada saat umat itu memerlukannya. Tujuan pengutusan rasul ialah untuk memberikan berbagai pedoman yang wajib mereka turuti seperti pokok-pokok akidah dan segala amal saleh yang menyelamatkan mereka dari siksaan di hari pembalasan.

Pada saat para rasul itu telah datang kepada mereka dan telah menyampaikan kepada mereka petunjuk-petunjuk yang harus mereka ketahui mengenai urusan agama, maka seharusnyalah mereka tidak membuat alasan untuk menolak dan menentangnya.

Pada hari pembalasan nanti Allah juga akan memberikan keputusan tentang apa yang harus mereka rasakan dengan seadil-adilnya, dan mereka sedikitpun tidak teraniaya, itulah pembalasan yang setimpal dengan perbuatan yang mereka lakukan, oleh karena itu mereka berhak dijatuhi siksaan yang pedih.

Ayat 48

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa mereka akan bertanya kepada Rasulullah dan pengikut-pengikutnya tentang kapan saatnya janji yang telah dijanjikan kepada mereka itu akan terjadi.

Pertanyaan itu adalah pertanyaan yang mengejek kepada Rasulullah dan pengikut-pengikutnya seolah-olah menurut penilaian mereka bahwa janji Allah itu tidak akan terjadi.

Janji Allah yang ditanyakan kepada Nabi saw dan pengikutnya ialah ancaman Allah yang akan ditimpakan kepada mereka baik siksaan di dunia ataupun siksaan di akhirat.

Allah berfirman:

حَتّٰىٓ اِذَا رَاَوْا مَا يُوْعَدُوْنَ اِمَّا الْعَذَابَ وَاِمَّا السَّاعَةَ ۗفَسَيَعْلَمُوْنَ مَنْ هُوَ شَرٌّ مَّكَانًا وَّاَضْعَفُ جُنْدًا

…Sehingga apabila mereka telah melihat apa yang diancamkan kepada mereka, baik azab maupun Kiamat, maka mereka akan mengetahui siapa yang lebih jelek kedudukannya dan lebih lemah bala tentaranya. (Maryam/19: 75)

Dan firman-Nya :

قُلْ اِنْ اَدْرِيْٓ اَقَرِيْبٌ مَّا تُوْعَدُوْنَ اَمْ يَجْعَلُ لَهٗ رَبِّيْٓ اَمَدًا

Katakanlah (Muhammad), ”Aku tidak mengetahui, apakah azab yang diancamkan kepadamu itu sudah dekat ataukah Tuhanku menetapkan waktunya masih lama. (al-Jinn/72: 25)


Baca juga: Tafsir Surat Al-Waqiah Ayat 1-6: Hari Kiamat itu Pasti, Inilah Visualisasinya


Ayat 49

Allah mengajarkan kepada Rasulullah saw jawaban yang harus dikatakan kepada mereka dengan memerintahkan kepada Rasulullah saw agar mengatakan kepada mereka bahwa Rasulullah tidak berkuasa mendatangkan kemudaratan dan tidak pula mendatangkan kemanfaatan kepada dirinya.

Sebab Rasulullah hanya utusan Allah yang tidak berkuasa untuk mempercepat ataupun memperlambat datangnya siksaan yang dijanjikan Allah kepada mereka, sebagaimana ia juga tidak dapat memperlambat datangnya pertolongan Allah yang dijanjikan oleh Allah kepada orang-orang Muslimin.

Akan tetapi datangnya manfaat dan mudarat yang ditimpakan kepada manusia, tiada lain hanyalah atas kehendak Allah semata. Itu berarti apabila Allah menghendaki terjadinya sesuatu, maka hal itu tidak ada sangkut-pautnya dengan kehendak rasul-Nya, karena kehendak itu hanyalah semata-mata milik Allah yang memelihara alam semesta.

Tugas Rasul hanyalah menyampaikan kehendak Alllah, bukan menciptakan kehendak. Apabila Rasulullah mengetahui akan hal-hal yang gaib, tidak lain hanya karena mengetahuinya dari wahyu Allah semata.

Firman Allah:

قُلْ لَّآ اَمْلِكُ لِنَفْسِيْ نَفْعًا وَّلَا ضَرًّا اِلَّا مَا شَاۤءَ اللّٰهُ ۗوَلَوْ كُنْتُ اَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِۛ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوْۤءُ ۛاِنْ اَنَا۠ اِلَّا نَذِيْرٌ وَّبَشِيْرٌ لِّقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ

Katakanlah (Muhammad), ”Aku tidak kuasa mendatangkan manfaat maupun menolak mudarat bagi diriku kecuali apa yang dikehendaki Allah. Sekiranya aku mengetahui yang gaib, niscaya aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan tidak akan ditimpa bahaya. Aku hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman.” (al-A’raf/7: 188)

Sebagai penegasan Allah menjelaskan bahwa tiap-tiap umat mempunyai ajal yang telah ditentukan waktunya oleh Allah. Ajal itu akan tiba saatnya apabila waktu yang telah ditentukan Allah telah tiba.

Waktu tibanya ajal itu termasuk pengetahuan Allah yang tidak dapat diketahui oleh siapapun juga selain-Nya. Maka apabila ajal mereka telah tiba mereka tidak mampu menundanya sesaat pun, dan mereka tidak pula mampu memajukan waktunya dari waktu yang telah ditentukan.

Demikian pula Rasulullah saw tidak akan berkuasa untuk menentukan panjang pendeknya ajal yang telah ditentukan Allah.

Ayat 50

Allah memerintahkan kepada Rasulullah saw untuk mengatakan kepada orang-orang musyrik agar mereka itu menerangkan apa yang akan mereka lakukan seandainya siksaan Allah yang dijanjikan kepada mereka itu datang dengan tiba-tiba.

Baik datangnya di waktu malam pada saat mereka tidur lelap, atau di waktu siang hari, pada saat mereka sibuk dengan urusan mereka, apakah orang-orang yang berdosa itu minta disegerakan juga, lalu apakah yang mereka inginkan, apakah mereka menginginkan siksaan akhirat yang akan ditimpakan kepada mereka pada hari pembalasan.

Maka apapun pilihan mereka, itu hanyalah menunjukkan kepicikan dan kebodohan mereka, sebab janji Allah pasti akan datang dan tidak seorang pun dapat menghalang-halanginya.

Pernyataan ini mengandung ejekan terhadap mereka karena pada umumnya orang yang berbuat jahat dan bergelimang dalam kedurhakaan merasa takut akan siksaan yang akan ditimpakan kepadanya. Lambat laun siksaan itu tentu akan datang juga, dan mereka tidak akan dapat mengelakkan diri dari siksaan itu.


Baca setelahnya: Tafsir Surah Yunus Ayat 51-54


(Tafsir Kemenag)