BerandaTafsir TahliliTafsir Surah al-Hijr Ayat 10-13

Tafsir Surah al-Hijr Ayat 10-13

Tafsir Surah al-Hijr Ayat 10-13 menerangkan kondisi nabi yang bersedih atas sikap orang kafir terhadap dirinya. Allah pun menghibur nabi dengan kisah para rasul sebelumnya yang mengalami hal serupa dari umatnya, hingga kemudian umat tersebut dibinasakan. Namun, dalam tafsir ini dijelaskan bahwa sunnatullah itu sudah berakhir (ditiadakan) bagi umat Nabi Muhammad, sayangnya masih banyak dari umat Muhammad Saw yang tidak mau beriman.


Baca Sebelumnya : Tafsir Surah al-Hijr Ayat 9 (Part 3)


Ayat 10-11

Dengan ayat ini Allah swt menghibur hati Nabi Muhammad saw yang sedang bersedih hati dan mengalami penderitaan akibat olok-olok, cercaan, dan kezaliman orang-orang musyrik Mekah.

Beliau merasa sedih atas kebodohan kaumnya yang tidak mau memahami Al-Qur’an, bahkan menuduh dirinya orang gila. Allah swt menerangkan bahwa apa yang sedang dialami Nabi Muhammad itu telah dialami pula oleh para rasul sebelumnya yang diutus kepada umat-umat yang dahulu.

Hampir semua umat itu memperolok-olokkan para rasul bahkan di antara mereka ada yang mengadakan rencana jahat untuk membunuhnya. Mereka mengingkari seruan rasul dan tetap melaksanakan adat kebiasaan dan kepercayaan warisan nenek moyang mereka.

Hampir semua rasul diutus kepada kaumnya sendirian, tanpa teman dan pembantu yang menolongnya kecuali pembantu dan penolong dari para pengikut yang diperoleh setelah banyak berdakwah.

Pada umumnya, para rasul itu orang miskin, tanpa pembesar atau penguasa yang menyokongnya, dan tanpa harta benda yang cukup untuk membiayai dakwahnya, tetapi semua rasul adalah orang-orang yang amanah, tabah, dan sabar melaksanakan tugas-tugas yang dipikulkan kepada mereka.

Dengan ayat ini, seakan-akan Allah swt menegaskan kepada Nabi Muhammad agar tidak berputus asa disebabkan oleh sikap dan tindakan orang-orang kafir itu, karena semua rasul mengalami cobaan dan tantangan seperti itu.

Sikap orang kafir yang demikian itu adalah karena akhlak mereka telah rusak, dan nafsu telah mengalahkan semua kebenaran yang mungkin bisa masuk ke dalam hati mereka. Oleh karena itu, mereka tidak dapat menerima kebenaran ayat-ayat Al-Qur’an yang disampaikan kepada mereka.


Baca Juga: Hinaan terhadap Nabi Muhammad SAW yang Diabadikan dalam Al-Quran


Ayat 12-13

Ayat ini menerangkan tanggapan orang kafir terhadap Al-Qur’an. Mereka memperolok-olokkannya dan tidak menerimanya. Hal ini disebab-kan oleh sikap ingkar dan memperolok-olokkan itu telah tumbuh subur di dalam hati mereka, sehingga dalam diri mereka tidak ada lagi kesediaan menerima kebenaran.

Di dalam hati mereka, tidak ada lagi pelita yang memancarkan cahaya yang dapat menuntun dan menerangi jalan menuju kebenaran. Keadaan mereka itu sama dengan keadaan umat-umat yang dahulu menerima kitab Allah yang disampaikan oleh para rasul, namun tidak ada yang berbekas sedikit pun di dalam hati mereka.

Oleh karena itu, bagi umat yang telah diutus kepada mereka para rasul, namun mereka mengingkari seruan rasul itu, berlaku sunatullah, yaitu Allah akan membinasakan setiap orang yang mendurhakai rasul dan risalah yang disampaikannya, serta menolong dan memberi kemenangan kepada orang-orang yang menerima seruannya.

Pada suatu saat nanti, orang-orang kafir akan mengetahui kebenaran berita dan peringatan Al-Qur’an, sebagaimana yang ditegaskan dalam firman Allah swt:

وَلَتَعْلَمُنَّ نَبَاَهٗ بَعْدَ حِيْنٍ

Dan sungguh, kamu akan mengetahui (kebenaran) beritanya (Al-Qur’an) setelah beberapa waktu lagi. (Sad/38: 88).

Kebenaran berita-berita Al-Qur’an yang dimaksud ayat di atas ada yang terlaksana di dunia, seperti kebenaran janji Allah kepada orang-orang yang beriman bahwa mereka akan menang dalam peperangan melawan kaum musyrikin, dan ada yang terlaksana di akhirat, seperti kebenaran janji Allah tentang balasan dan perhitungan yang akan dilakukan terhadap manusia di hari akhir nanti.

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya : Tafsir Surah Al Hijr Ayat 14-16


Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...