Tafsir Surah Asy-Syu’ara Ayat 30-34

Tafsir Surah Asy-Syu'ara
Tafsir Surah Asy-Syu'ara

Tafsir Surah Asy-Syu’ara Ayat 30-34 berbicara mengenai pembuktian kerasulan Nabi Musa as. Fir’aun terus-menerus meminta pembuktian atas kerasulan Nabi Musa as. meski begitu Fir’aun tetap tidak mau menerimanya dan tetap ingkar.


Baca sebelumnya: Tafsir Surah Asy-Syu’ara Ayat 26-29


Ayat 30

Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa ketika Musa melihat perlakuan Fir’aun yang mengancam keselamatan jiwanya, ia terpaksa tidak mengemukakan bukti-bukti yang biasanya dapat diterima akal.

Ia beralih kepada mukjizat-mukjizat dan hal yang luar biasa. Musa berkata kepada Fir’aun, “Wahai Fir’aun, apakah engkau akan memenjarakan aku sekalipun aku mengemukakan hujah yang nyata atas kebenaran pengakuanku? Hujah itu ialah mukjizat yang membuktikan adanya Tuhan Yang Mahakuasa, dan kebenaran kenabianku.”

Ayat 31

Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa ketika Fir’aun mendengar ucapan Nabi Musa itu, ia berkata, “Wahai Musa, kalau memang engkau benar di dalam pengakuanmu bahwa engkau seorang rasul, maka datangkanlah kepada kami sesuatu yang nyata itu.

Seseorang yang mengaku dirinya seorang rasul, tentu mempunyai bukti yang membenarkan pengakuannya.” Fir’aun mengemukakan ajakan itu karena yakin bahwa Musa tidak akan dapat memenuhi permintaannya.


Baca juga: Hermeneutika dan Kontribusinya dalam Menafsirkan Al-Qur’an


Ayat 32

Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa setelah Fir’aun menge-mukakan tuntutan supaya Musa mendatangkan bukti yang nyata atas kebenaran dakwahnya, maka Musa segera melemparkan tongkatnya yang dengan tiba-tiba menjelma menjadi ular yang sesungguhnya.

Disebutkan dalam Tafsir ar-Razi bahwa setelah tongkat Musa itu berubah menjadi ular, ular itu melenting ke atas, kemudian turun kembali ke bumi langsung menuju Fir’aun. Fir’aun berkata, “Demi yang mengutusmu Musa, ambillah ular itu, kalau tidak saya sendiri akan mengambilnya.” Musa lalu mengambilnya dan kembalilah ular itu menjadi tongkat lagi seperti biasa.

Ayat 33

Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa setelah Musa selesai menunjukkan bukti yang nyata itu, Fir’aun berkata, “Apakah masih ada mukjizat selain itu?” Musa menjawab, “Ada.” Musa lalu memasukkan tangan ke dalam kantong bajunya, kemudian mengeluarkannya kembali.

Tiba-tiba tangan itu bercahaya menerangi keadaan di sekelilingnya, karena cahayanya yang sangat terang. Ibnu ‘Abbas berkata, “Ketika Musa mengeluarkan tangan dari dalam bajunya, maka tiba-tiba tangan itu menjadi putih bercahaya menyinari orang-orang yang melihatnya, bagaikan sinar matahari yang menyilaukan penglihatan.”

Ayat 34

Ketika Fir’aun melihat dan menyaksikan bukti-bukti yang diperlihatkan Musa, yang menunjukkan kebenaran dakwahnya, ia tetap mengingkari dan menentang Musa dengan keras. Ia kemudian mengemukakan tiga hal kepada para pemuka kaumnya.

Pertama, untuk melegakan hati para pembesar dan pemuka kaum yang ada di sekelilingnya, Fir’aun berkata kepada mereka, “Sesungguhnya Musa ini, benar-benar ahli sihir yang ulung, bukan rasul Tuhan seru sekalian alam sebagaimana pengakuannya. Yang dipertunjukkannya itu bukan mukjizat, tetapi sihir belaka.”


Baca setelahnya: Tafsir Surah Asy-Syu’ara Ayat 35-37


(Tafsir Kemenag)