BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Hud Ayat 55-57

Tafsir Surah Hud Ayat 55-57

Tafsir Surah Hud Ayat 55-57 masih berbicara mengenai tantangan-tantangan Nabi Hud a.s dalam menghadapi kaumnya yang ingkar. Nabi Hud dengan sabar menjawab segala pertanyaan yang diajukan kepadanya. Bahkan Nabi Hud menantang balik kaumnya itu.


Baca sebelumnya: Tafsir Surah Hud Ayat 52-54


Ayat 55

Pada ayat ini, Allah swt menerangkan kelanjutan dari jawaban Nabi Hud a.s. kepada kaumnya dengan yang lebih keras dan dijiwai oleh keberanian yang penuh untuk mempertanggungjawabkan kebenaran dakwahnya.

Dengan nada menantang Hud a.s. menyuruh kaumnya yang sangat membangkang itu, supaya bersatu semuanya bersama dengan tuhan-tuhan mereka dalam melaksanakan segala macam tipu daya untuk membinasakan-nya seketika itu juga, tanpa memberikan kesempatan kepadanya, untuk mempersiapkan lebih dahulu guna membela diri.

Jawaban ini cukup jelas menunjukkan bahwa Hud a.s. tidak takut sama sekali kepada kaumnya yang kafir itu, apalagi kepada tuhan-tuhan mereka yang tidak dapat berbuat apa-apa. Perkataan serupa ini pernah diucapkan Nabi Nuh a.s. kepada kaumnya, sebagaimana yang diterangkan dalam firman Allah:

فَاَجْمِعُوْٓا اَمْرَكُمْ وَشُرَكَاۤءَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُنْ اَمْرُكُمْ عَلَيْكُمْ غُمَّةً ثُمَّ اقْضُوْٓا اِلَيَّ وَلَا تُنْظِرُوْنِ   ٧١

Karena itu bulatkanlah keputusanmu dan kumpulkanlah sekutu-sekutumu (untuk membinasakanku), dan janganlah keputusanmu itu dirahasiakan. Kemudian bertindaklah terhadap diriku, dan janganlah kamu tunda lagi. (Yunus/10: 71)

Ayat 56

Pada ayat ini, Allah swt menerangkan perkataan Hud a.s. dalam menjawab tantangan kaumnya, yaitu setelah ia menyuruh mereka bergabung semuanya bersama dengan tuhan-tuhan mereka dalam melaksanakan segala macam tipu daya untuk membinasakannya, lalu dinyatakannya bahwa ia sudah bertawakkal sepenuhnya kepada Allah Tuhannya, dan juga Tuhan mereka yang telah menciptakan alam semesta ini.

Tidak ada binatang satu pun yang melata di atas jagat raya ini yang tidak dikuasai-Nya, dan Allah Mahaadil membimbing hamba-Nya di atas jalan yang lurus, menolong orang-orang yang benar, dan menindas orang-orang yang zalim.

Dengan demikian, jawaban Hud a.s. kepada kaumnya yang bernada menantang dengan berani itu, bukanlah didorong oleh rasa sombong, takabur dan sebagainya, tetapi didorong oleh keimanan yang telah membaja dalam lubuk hatinya untuk mempertanggungjawabkan kebenaran dakwahnya yang disampaikan kepada kaumnya.

Hud a.s. yakin bahwa orang-orang kafir dari kaumnya itu tidak akan dapat berbuat sesuatu apa pun di luar ketentuan dan kehendak Allah. Maka timbullah tawakalnya sesuai dengan anjuran Allah, sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:

فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ

Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal. (Ali  ‘Imran/3: 159)


Baca juga: Epidemiologi Al-Qur’an (2): Virus Sampar Dalam Kisah Nabi Shalih dan Kaum Tsamud


 Ayat 57

Pada ayat ini, Allah swt menerangkan rangkaian penutup dari perkataan Hud a.s. kepada kaumnya dengan memperingatkan bahwa jika mereka berpaling dari apa yang telah disampaikannya itu, dan tetap mendustakannya sebagai rasul Allah, maka ia tidak dapat lagi berbuat lebih dari itu, karena ia telah melaksanakan dakwah yang diamanatkan Allah kepadanya.

Amanat itu telah dilaksanakan dengan ikhlas, dan tugasnya hanya sekadar menyampaikan. Oleh karena itu, jika mereka masih tetap menantang dan membangkang, maka azab Allah akan ditimpakan kepada mereka dan mereka diganti Allah dengan kaum yang lain.

Selanjutnya Hud a.s. menegaskan bahwa mereka sedikitpun tidak akan dapat membuat mudarat terhadap Allah, disebabkan berpaling dari keimanan atau dengan sebab-sebab lainnya.

Sesungguhnya Allah Maha Pemelihara segala sesuatu dengan cermat, sesuai dengan sunnah-Nya yang ditentukan oleh iradah-Nya, antara lain menolong rasul-rasul-Nya dan menimpa azab kepada musuh-musuh mereka.

Penegasan Hud a.s. kepada kaumnya bahwa mereka tidak akan dapat membuat mudarat kepada Allah, disebabkan berpalingnya mereka dari beriman dan tetap dalam kekafiran, bukanlah sekadar peringatan untuk menakut-nakuti mereka, tetapi memang demikianlah hakikat dan kenyataannya, dan ini sesuai dengan firman Allah:

اِنْ تَكْفُرُوْا فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْ ۗوَلَا يَرْضٰى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَۚ وَاِنْ تَشْكُرُوْا يَرْضَهُ لَكُمْۗ

Jika kamu kafir (ketahuilah) maka sesungguhnya Allah tidak memerlukanmu dan Dia tidak meridai kekafiran hamba-hamba-Nya. Jika kamu bersyukur, Dia meridai kesyukuranmu itu. (az-Zumar/39:7);Dan firman Allah:

فَاعْبُدُوْا مَا شِئْتُمْ مِّنْ دُوْنِهٖۗ قُلْ اِنَّ الْخٰسِرِيْنَ الَّذِيْنَ خَسِرُوْٓا اَنْفُسَهُمْ وَاَهْلِيْهِمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِۗ

Maka sembahlah selain Dia sesukamu! (wahai orang-orang musyrik). Katakanlah, ”Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari Kiamat.” (az-Zumar/39:15)


Baca setelahnya: Tafsir Surah Hud Ayat 58-61


(Tafsir Kemenag)

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...