BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Al-Anbiya’ Ayat 33-34

Tafsir Surah Al-Anbiya’ Ayat 33-34

Tafsir Surah Al-Anbiya’ Ayat 33-34 berbiacra perihal waktu, dimana Allah menciptakan waktu siang dan malam, serta mengaturnya sedemikian rupa, sehingga ada bagian yang waktunya siang, adapula yang waktunya malam, kedunya berada pada garis edar yang sudah ditetapkan. Begitupun Muhammad, meski ia seorang Nabi, namun garis hidupnya sudah ditetapkan oleh Allah, dan ada waktu dimana ia akan meninggalkan dunia.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Al-Anbiya’ Ayat 31-32


Ayat 33

Dalam ayat ini Allah mengarahkan perhatian manusia kepada kekuasaan-Nya dalam menciptakan waktu malam dan siang, serta matahari yang bersinar di waktu siang, dan bulan bercahaya di waktu malam.

Masing-masing beredar pada garis edarnya dalam ruang cakrawala yang amat luas yang hanya Allahlah yang mengetahui batas-batasnya.

Adanya waktu siang dan malam disebabkan karena perputaran bumi pada sumbunya, di samping peredarannya mengelilingi matahari.

Bagian bumi yang mendapatkan sinar matahari mengalami waktu siang, sedang bagiannya yang tidak mendapatkan sinar matahari tersebut mengalami waktu malam. Sedang cahaya bulan adalah sinar matahari yang dipantulkan bulan ke bumi. Di samping itu, bulan juga beredar mengelilingi bumi.

Ayat ini menegaskan kembali apa yang telah Allah firmankan dalam Surah Ibrahim/14:33. Secara luas telah diketahui bahwa matahari dan bulan memiliki “garis edar”.

Akan tetapi untuk “masing-masing dari keduanya (siang dan malam) beredar pada garis edarnya”, merupakan sesuatu yang baru dipahami. Mengapa siang dan malam harus beredar pada garis edar (orbit- manzilah), dan apa bentuk garis orbitnya ?

Setelah dipelajari, ternyata bahwa yang dimaksud dengan “garis edar“ ialah tempat kedudukan dari tempat-tempat di bumi yang mengalami pergantian siang ke malam, atau mengalami terbenamnya matahari (gurub).

Sepanjang garis khatulistiwa garis ini bergeser dari Timur ke Barat seiring dengan urutan tempat-tempat terbenamnya matahari atau pergantian siang ke malam.

Waktu terbenamnya matahari juga akan bergeser seiring dengan gerakan semu matahari terhadap bumi dari utara ke selatan dan sebaliknya. Pergeseran waktu magrib ini juga bergeser dan membentuk tempat kedudukannya sendiri yang dapat dikatakan sebagai garis edar tahunan dari pergantian siang ke malam.

Pada hari-hari tertentu (pada awal bulan) saat terbenam matahari itu juga merupakan awal dari terlihatnya hilal (sabit awal bulan). Sabit ini sangat tipis dan suram sehingga sangat sulit diamati (ruyah).

Waktu terbitnya hilal ini akan  bergeser dari Timur ke Barat, dan sebagaimana halnya pergantian siang ke malam, garis edarnya juga berbeda-beda dari satu tempat ke tempat lainnya di permukaan bumi.

Bila dipetakan maka tempat kedudukan tempat-tempat waktu terbitnya hilal itu sama dengan waktu terbenamnya matahari itu akan membentuk spiral yang memotong permukaan bumi dua bahkan sampai tiga

Keterangan yang terdapat dalam ayat-ayat di atas adalah untuk menjadi bukti-bukti alamiyah, di samping dalil-dalil yang rasional dan keterangan-keterangan yang terdapat dalam kitab-kitab suci terdahulu, tentang wujud dan kekuasaan Allah, untuk memperkuat apa yang telah disebutkan-Nya dalam firman-Nya yang terdahulu, bahwa “apabila” di langit dan di bumi ini ada tuhan-tuhan selain Allah niscaya rusak binasalah keduanya.


Baca Juga: Realisasi Lafadz Ishlah dalam Al-Quran: Sembilan Cara Merawat Bumi


Ayat 34

Ayat ini menegaskan bahwa Muhammad sebagai manusia adalah sama halnya dengan manusia lainnya, yaitu bahwa ia tidak akan kekal hidup di dunia ini. Allah belum pernah memberikan kehidupan duniawi yang kekal kepada siapa pun sebelum lahirnya Nabi Muhammad.

Walaupun dia adalah Nabi dan Rasul-Nya, namun ia pasti akan meninggalkan dunia yang fana ini apabila ajalnya sudah datang. Dan mereka pun demikian pula, tidak akan kekal di dunia ini selama-lamanya. Inilah salah satu segi dari keadilan Allah terhadap semua mahluk-Nya, dan merupakan Sunnah-Nya yang berlaku sepanjang masa.

Dalam ayat lain Allah berfirman:

وَمَا مُحَمَّدٌ اِلَّا رَسُوْلٌۚ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۗ

Dan Muhammad hanyalah seorang Rasul; sebelumnya telah berlalu beberapa rasul…. (Āli Imrān/3: 144)

Maka ayat ini menyatakan lebih tegas, bahwa Nabi Muhammad akan meninggalkan dunia yang fana ini, sebagaimana halnya rasul-rasul yang telah ada sebelumnya.

Akan tetapi, walaupun ia suatu ketika meninggal dunia, namun agama Islam yang telah dikembangkannnya akan tetap ada dan semakin berkembang, karena Allah telah memberikan jaminan untuk kemenangannya. Sebab itu adalah sangat keliru, bila kaum musyrikin mengharapkan bahwa dengan wafatnya Nabi Muhammad maka agama Islam akan terhenti perkembangannya, dan dakwah Islamiah akan mereda.

Kenyataan sejarah kemudian menunjukkan bahwa setelah wafatnya Nabi Muhammad dakwah Islamiah berjalan terus sehingga agama Islam berkembang jauh melampaui batas-batas jazirah Arab, baik ke Timur, Utara, maupun ke Barat dan Selatan.

(Tafsir Kemenag)

Baca Setelahnya : Tafsir Surah Al-Anbiya’ Ayat 35-37

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

tafsir surah at-Taubah ayat 122_menuntut ilmu sebagai bentuk cinta tanah air

Surah at-Taubah Ayat 122: Menuntut Ilmu sebagai Bentuk Cinta Tanah Air

0
Surah at-Taubah ayat 122 mengandung informasi tentang pembagian tugas orang-orang yang beriman. Tidak semua dari mereka harus pergi berperang; ada pula sebagian dari mereka...