Beranda blog Halaman 206

Tafsir Surah Al-Mulk ayat 27-28

0
Tafsir Surah Al-Mulk
Tafsir Surah Al-Mulk

Tafsir Surah Al-Mulk ayat 27-28 menerangkan perubahan hati orang-orang kafir yang menjadi ciut dan wajah meredup. Perubahan tersebut karena hati mereka mulai meyakini akan dekatnya azab yang dijanjikan kepada mereka kelak.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Al-Mulk ayat 24-26


Ayat 27

Ayat ini menerangkan bahwa hati orang-orang kafir menjadi kecut dan warna muka mereka berubah setelah meyakini akan dekatnya kedatangan azab yang dijanjikan pada hari Kiamat dan kedahsyatan yang akan menimpa mereka pada hari itu. Mereka berada dalam keadaan penuh ketakutan dan penyesalan yang tidak henti-hentinya. Pada saat itu malaikat mengatakan, “Inilah hari Kiamat dan azab Allah yang kamu dustakan sewaktu hidup di dunia dahulu, bahkan kamu selalu meminta-minta kedatangannya.”

Pada ayat yang lain, Allah berfirman:

وَبَدَا لَهُمْ سَيِّاٰتُ مَا كَسَبُوْا وَحَاقَ بِهِمْ مَّا كَانُوْا بِهٖ يَسْتَهْزِءُوْنَ  ٤٨

Dan jelaslah bagi mereka kejahatan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka diliputi oleh apa yang dahulu mereka selalu memperolok-olokkannya. (az-Zumar/39: 48)

Ayat 28

Tafsir Surah Al-Mulk ayat 27-28, Rasulullah saw menyeru orang-orang kafir agar beriman kepada Allah Yang Maha Esa dan menerangkan bahwa orang-orang yang menyembah berhala itu adalah orang yang bodoh, karena mereka menyembah sesuatu yang tidak dapat mendatangkan manfaat dan mudarat. Sebagai reaksi terhadap seruan Rasulullah itu, mereka berkata kepada teman-temannya, “Tunggu sajalah sampai saat tuhan kita membunuh atau mencelakakan Muhammad dan pengikut-pengikutnya. Jika mereka telah rusak binasa atau terbunuh semuanya, tentu mereka akan berhenti dengan sendirinya menyiarkan agama mereka. Pada waktu itu barulah kita terlepas dari gangguan dan hasutan-hasutannya.”

اَلَيْسَ اللّٰهُ بِكَافٍ عَبْدَهٗۗ وَيُخَوِّفُوْنَكَ بِالَّذِيْنَ مِنْ دُوْنِهٖۗ وَمَنْ يُّضْلِلِ اللّٰهُ فَمَا لَهٗ مِنْ هَادٍۚ  ٣٦

Bukankah Allah yang mencukupi hamba-Nya? Mereka menakut-nakutimu dengan (sesembahan) yang selain Dia. Barang siapa dibiarkan sesat oleh Allah maka tidak seorang pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya. (az-Zumar/39: 36).

Allah membantah perkataan mereka dengan memerintahkan Nabi Muhammad untuk mengatakan kepada mereka, “Wahai orang-orang musyrik, cobalah terangkan kepadaku, apakah faedah dan manfaat yang akan kamu peroleh, jika doamu itu diperkenankan oleh berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah, sementara aku dan semua orang-orang yang beriman rusak binasa dan mati semua?

Apakah kebinasaan aku dan orang-orang yang beriman bersamaku itu dapat membebaskan kamu dari azab Allah yang kamu durhakai itu? Tidaklah kamu sekalian ingat bahwa telah menjadi ketetapan-Nya, bahwa azab itu tetap diberikan kepada setiap orang yang ingkar kepada-Nya dan selalu berbuat kejahatan?

Apakah kamu tidak pernah memikirkan akibat doamu itu hai orang-orang kafir? Seandainya aku dan pengikut-pengikutku mati semua dan dimasukkan-Nya ke dalam surga yang dijanjikan-Nya kepada kami, apakah kamu akan lepas dari azab Allah, dan siapakah yang dapat melepaskan kamu dari azab Allah itu?”

Jawaban yang disampaikan oleh Rasulullah saw di atas merupakan jawaban yang sangat tepat dan mempengaruhi hati dan pikiran kaum musyrikin, karena yang menyampaikan perkataan itu kepada mereka adalah orang yang mereka percayai, segani, dan akui kepemimpinannya.

Orang itu adalah Nabi Muhammad yang pernah mereka serahi menyelesaikan perselisihan yang terjadi antar mereka, dan mereka mengakui penyelesaiannya itu adalah penyelesaian yang paling tepat dan adil. Walaupun ajaran yang disampaikan Muhammad itu berbeda dengan kepercayaan yang mereka anut, tetapi pribadi Muhammad itu adalah jawaban yang dapat diterima oleh orang yang mau mempergunakan akal pikirannya dengan benar.

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya: Tafsir Surah Al-Mulk ayat 29-30


Tafsir Surah Al-Mulk ayat 24-26

0
Tafsir Surah Al-Mulk
Tafsir Surah Al-Mulk

Orang-orang kafir menantang Rasulullah dengan menanyakan kapan azab yang dijanjikan kepada mereka itu terjadi, hal ini terangkum secara jelas dalam Tafsir Surah Al-Mulk ayat 24-26. Dengan sombongnya mereka menuding Nabi Muhammad dan umat Islam yang justru akan disiksa kelak, karena diceritakan dalam Tafsir Surah Al-Mulk ayat 24-26 ini bahwa mereka melihat Nabi Muhammad dan umat Islam telah tersiksa lebih dahulu dengan kesengsaraan dunia.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Al-Mulk ayat 22-23


Ayat 24

Allah memerintahkan agar Nabi Muhammad menyampaikan kepada orang-orang kafir bahwa Dia telah menciptakan mereka semua dalam bentuk yang berbeda-beda dan warna kulit yang bermacam-macam, menyediakan tempat bagi mereka di bumi dan menyebarkan mereka semua ke setiap penjuru bumi.

Allah pulalah yang memudahkan mereka menguasai dan mengolah bumi untuk hidup dan kehidupan mereka. Oleh karena itu, hanya kepada Allah-lah mereka kembali dan mempertanggungjawabkan segala perbuatan yang telah mereka kerjakan selama hidup di bumi. Di akhirat nanti Allah akan memberikan balasan dengan adil kepada mereka semua. Perbuatan baik dibalas dengan pahala yang berlipat ganda, sedangkan perbuatan buruk diganjar dengan siksaan api neraka setimpal dengan keburukan amalnya.

Ayat 25

Orang-orang kafir itu bertanya kepada Rasulullah saw dengan maksud mengejek dan menentang tentang kapan waktunya ditimpakan kepada mereka runtuhan tanah yang mengimpit, angin kencang yang bercampur batu yang mengembus dan melemparkan mereka, sebagai azab yang sering disebut-sebut akan menimpa orang kafir? Kapan pula datangnya hari Kiamat yang pada hari itu seluruh perbuatan manusia selama hidup di dunia akan dipertanggungjawabkan, dan mereka sebagai orang yang durhaka akan masuk ke dalam neraka? Mereka minta dijelaskan semuanya, jika Nabi termasuk orang yang dapat dipercaya perkataannya.

Dari pertanyaan orang-orang kafir ini dipahami bahwa mereka menantang kebenaran yang disampaikan Rasulullah saw, karena menurut mereka yang diancam itu tidak mungkin terjadi. Menurut mereka, mestinya Muhammad saw dan pengikut-pengikutnya yang akan diazab, dan kenyataannya mereka telah diazab Allah di dunia, berupa kesengsaraan dan siksaan yang ditimpakan kepada mereka seperti kemiskinan, kemelaratan, dan hukuman yang diberikan oleh orang-orang kafir Mekah kepada mereka.

Orang-orang kafir itu mengatakan bahwa yang akan diterima Muhammad dan pengikut-pengikutnya di akhirat nanti lebih berat dari siksaan yang mereka terima di dunia.

Ayat 26

Dalam ayat ini, Allah memerintahkan Rasulullah menjawab omongan orang kafir itu dengan mengatakan, “Wahai orang-orang kafir, hanya Allah sajalah yang mengetahui semua yang kamu tanyakan itu. Sebab, tentang kapan datangnya azab, dan terjadinya hari Kiamat termasuk pengetahuan yang gaib, hanya Allah saja yang mengetahuinya. Mengenai diriku, tidak lain hanyalah rasul dan pesuruh Allah yang diberi tugas menyampaikan agama-Nya kepada kamu sekalian, agar kamu berbahagia hidup di dunia dan di akhirat nanti. Aku diperintahkan-Nya menyampaikan berita kepadamu bahwa azab itu pasti datang menimpa orang-orang kafir dan hari Kiamat itu pasti terjadi.

Pada ayat yang lain Allah berfirman:

يَسْـَٔلُكَ النَّاسُ عَنِ السَّاعَةِۗ قُلْ اِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللّٰهِ ۗوَمَا يُدْرِيْكَ لَعَلَّ السَّاعَةَ تَكُوْنُ قَرِيْبًا   ٦٣

Manusia bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari Kiamat. Katakanlah, “Ilmu tentang hari Kiamat itu hanya di sisi Allah.” Dan tahukah engkau, boleh jadi hari Kiamat itu sudah dekat waktunya. (al-Ahzab/33: 63).

Dari jawaban itu dapat dipahami bahwa Rasulullah hanyalah manusia biasa dan mempunyai sifat-sifat dan kemampuan seperti manusia biasa pula. Kelebihannya hanyalah terletak pada tugas yang diberikan kepadanya. Di samping sifatnya seperti manusia biasa, ia diberi tugas menyampaikan agama Allah. Oleh karena itu, ia tidak mengetahui ilmu yang gaib kecuali jika Allah memberitahukan kepadanya. Tugasnya bukanlah menjadikan seseorang beriman, tetapi semata-mata menyampaikan agama Allah dan memberi penjelasan kepada manusia. Dalam ayat yang lain, Allah berfirman:

نَحْنُ اَعْلَمُ بِمَا يَقُوْلُوْنَ وَمَآ اَنْتَ عَلَيْهِمْ بِجَبَّارٍۗ فَذَكِّرْ بِالْقُرْاٰنِ مَنْ يَّخَافُ وَعِيْدِ ࣖ   ٤٥

Kami lebih mengetahui tentang apa yang mereka katakan, dan engkau (Muhammad) bukanlah seorang pemaksa terhadap mereka. Maka berilah peringatan dengan Al-Qur’an kepada siapa pun yang takut kepada ancaman-Ku. (Qaf/50: 45).

Firman Allah lainnya:

لَيْسَ عَلَيْكَ هُدٰىهُمْ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ

Bukanlah kewajibanmu (Muhammad) menjadikan mereka mendapat petunjuk, tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. (al-Baqarah/2: 272).

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya: Tafsir Surah Al-Mulk ayat 27-28


Tafsir Surah Al-Mulk ayat 22-23

0
Tafsir Surah Al-Mulk
Tafsir Surah Al-Mulk

Tafsir Surah Al-Mulk ayat 22-23 dijelaskan secara gamblang perumpamaan hidup manusia yang mengingkari Allah dan hidup yang berada dalam ridhanya Allah. Untuk lebih menegaskannya kembali dalam Tafsir Surah Al-Mulk ayat 22-23 Allah memerintahkan manusia untuk memperhatikan dirinya sendiri, mulai dari nikmat penglihatan, pendengaran, perasa dan masih banyak lagi nikmat yang telah Allah beri.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Al-Mulk ayat 20-21


Ayat 22

Pada ayat ini, Allah memberikan perbandingan kepada manusia antara perjalanan hidup yang ditempuh oleh orang-orang kafir dengan yang ditempuh oleh orang-orang yang beriman. Perbandingan ini diberikan dalam bentuk pertanyaan yang menyatakan bahwa orang yang selalu terjerembab atau tersungkur ketika berjalan dan kakinya selalu tersandung karena melalui jalan yang berbatu-batu dan berlubang-lubang, tidak mungkin akan selamat dan berjalan lebih cepat mencapai tujuan dibandingkan dengan orang yang berjalan dalam suasana yang baik dan aman, di atas jalan yang datar dan mulus, serta dalam cuaca yang baik pula.

Perbandingan dalam ayat di atas dikemukakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Kalimat pertanyaan dalam ayat ini bukanlah maksudnya untuk menanyakan sesuatu yang tidak diketahui, tetapi untuk menyatakan suatu maksud yaitu bahwa perbuatan orang-orang kafir itu adalah perbuatan yang tidak benar. Dinyatakan bahwa perjalanan hidup orang-orang kafir itu adalah perjalanan hidup menuju kesengsaraan dan penderitaan yang sangat.

Seakan-akan ayat ini menyatakan bahwa tentu orang yang berjalan tertelungkup dengan muka menyapu tanah akan mudah tersesat dalam perjalanannya mengarungi samudera hidup di dunia yang fana ini, sedang di akhirat kelak mereka akan dimasukkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. Sedangkan orang yang berjalan dengan cara yang baik, menempuh jalan yang baik dan lurus, yaitu jalan yang diridai Allah, tidak akan tersesat dalam perjalanan hidupnya di dunia ini dan pasti akan sampai kepada tujuan yang diinginkannya dan diridai Allah. Di akhirat nanti, mereka akan menempati surga yang penuh kenikmatan yang disediakan Allah bagi mereka yang bertakwa.

Selanjutnya dapat pula diambil pengertian dari ayat ini bahwa manusia dalam menjalankan usahanya, melaksanakan pekerjaan, dan menunaikan kewajibannya haruslah berdasarkan kepada ketentuan agama Islam, petunjuk ilmu pengetahuan, akal pikiran yang sehat dan pengalaman, serta hasil penelitian para ahli sebelumnya. Ini bertujuan agar usaha dan pekerjaannya membuahkan hasil yang baik. Janganlah ia membabi-buta atau bekerja dengan semaunya saja, karena yang demikian itu hanyalah akan mengundang kegagalan dan bencana, baik untuk dirinya maupun orang lain.

Ayat 23

Selanjutnya dalam ayat ini, Allah menyuruh manusia memperhatikan kejadian diri mereka sendiri. Allah memerintahkan Nabi Muhammad mengatakan kepada orang-orang kafir bahwa sesungguhnya Allah-lah yang menganugerahkan kepada manusia telinga sehingga dapat mendengarkan ajaran-ajaran agama-Nya yang disampaikan kepada mereka oleh para rasul. Allah juga menganugerahkan kepada mereka mata sehingga mereka dapat melihat, memandang, dan memperhatikan kejadian alam semesta ini.

Diberi-Nya mereka hati, akal, dan pikiran untuk memikirkan, merenungkan, menimbang, dan membedakan mana yang baik bagi mereka dan mana yang tidak baik, mana yang bermanfaat dan mana pula yang tidak bermanfaat. Sebenarnya dengan anugerah Allah itu, manusia dapat mencapai semua yang baik bagi diri mereka sebagai makhluk-Nya.

Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati merupakan satu kesatuan. Pendengaran dan penglihatan adalah piranti yang digunakan oleh manusia untuk dapat memahami ayat-ayat Allah, sunatullah, yang dapat digunakan (diaplikasikan) dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia.

Metode observasi (pengamatan) dalam penemuan-penemuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sangat bergantung kepada penggunaan piranti pendengaran dan penglihatan. Namun apabila hanya piranti pendengaran dan penglihatan yang dipakai, dan mengabaikan hati (al-af’idah) dalam keputusan penerapannya, maka hasilnya akan counter productive, yaitu akan memberikan hasil yang lebih banyak mudaratnya dibanding manfaatnya.

Pada hakikatnya, hati (al-af’idah) harus dijadikan panduan dalam pengambilan keputusan untuk penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang dihasilkan dengan metode pendengaran dan penglihatan tadi. Dari al-af’idah ini dapat dikembangkan etika ilmu pengetahuan dan teknologi (science ethics) yang didasarkan kepada nilai-nilai Islami.

Sedikit sekali manusia yang mau bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat yang telah diberikan-Nya itu. Sangat sedikit manusia yang menyadari ketergantungan mereka kepada nikmat itu, padahal apabila sedikit saja nikmat itu ditangguhkan pemberiannya kepadanya atau dicabut oleh Tuhan, mereka merasa mendapat kesulitan yang sangat besar. Di saat itulah mereka ingat kepada-Nya. Akan tetapi, bila nikmat itu mereka peroleh kembali dan kesukaran itu telah berlalu, mereka kembali kafir kepada Allah.

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya:  Tafsir Surah Al-Mulk ayat 24-26


 

Tafsir Surah Al-Mulk ayat 20-21

0
Tafsir Surah Al-Mulk
Tafsir Surah Al-Mulk

Tafsir Surah Al-Mulk ayat 20-21 merupakan celaan terhadap orang-orang yang menyembah selain kepada Allah, seperti orang-orang yang menyembah berhala. Dijelaskan dalam Tafsir Surah Al-Mulk ayat 20-21 ini bahwa berhala yang mereka sembah tidak dapat menolong dan mengabulkan segala keinginan mereka.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Al-Mulk ayat 19


Ayat 20

Allah mencela orang-orang kafir yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah dengan bentuk pertanyaan yang menyatakan tak ada orang yang akan datang menolong mereka serta melepaskannya dari siksa Allah. Mereka telah tertipu oleh bisikan-bisikan setan yang menanamkan kepercayaan dalam hati mereka bahwa berhala-berhala itu dapat menolong dan mengabulkan permintaan mereka. Dalam kenyataannya tidaklah demikian. Berhala-berhala itu sendiri tidak dapat berbuat apa-apa sama sekali, malah sebaliknya manusialah yang menentukan segala sesuatu bagi dirinya. Orang-orang kafir itu tertipu oleh bisikan setan. Oleh karena itu, Allah berfirman:

وَيَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ مَا لَا يَنْفَعُهُمْ وَلَا يَضُرُّهُمْۗ وَكَانَ الْكَافِرُ عَلٰى رَبِّهٖ ظَهِيْرًا   ٥٥

Dan mereka menyembah selain Allah apa yang tidak memberi manfaat kepada mereka dan tidak (pula) mendatangkan bencana kepada mereka. Orang-orang kafir adalah penolong (setan untuk berbuat durhaka) terhadap Tuhannya. (al-Furqan/25: 55)

Perkataan “min dunir-rahman” (selain dari Allah Yang Maha Pemurah) mengandung pengertian bahwa rahmat Allah itu dilimpahkan kepada seluruh makhluk yang ada di alam ini, baik yang beriman kepada Allah maupun yang kafir. Demikian pula kepada hewan, tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya, sehingga semuanya dapat hidup dan berkembang. Akan tetapi, di akhirat nanti rahmat itu hanya diberikan kepada orang-orang yang beriman saja. Allah berfirman:

قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِيْنَةَ اللّٰهِ الَّتِيْٓ اَخْرَجَ لِعِبَادِهٖ وَالطَّيِّبٰتِ مِنَ الرِّزْقِۗ قُلْ هِيَ لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَّوْمَ الْقِيٰمَةِۗ  كَذٰلِكَ نُفَصِّلُ الْاٰيٰتِ لِقَوْمٍ يَّعْلَمُوْنَ   ٣٢

Katakanlah (Muhammad), “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah disediakan untuk hamba-hamba-Nya dan rezeki yang baik-baik? Katakanlah, “Semua itu untuk orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, dan khusus (untuk mereka saja) pada hari Kiamat.” Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu untuk orang-orang yang mengetahui. (al-A‘raf/7: 32)

Ayat 21

Kepada orang-orang kafir yang mengingkari rezeki Allah, disampaikan pernyataan dalam bentuk pertanyaan bahwa tak seorang pun dapat memberi rezeki, bila Allah menahan untuk tidak memberikan rezeki itu kepada mereka. Mereka diminta merenungkan seandainya Allah tidak lagi menurunkan hujan, mematikan segenap tumbuh-tumbuhan sehingga seluruh permukaan bumi kering dan tandus, mematikan semua hewan ternak yang dapat dimakan, menjadikan matahari berhenti terbit di ufuk timur dan menjadikan hari terus menerus terang-benderang tanpa berganti dengan gelap, bagaimana dan dari manakah mereka akan beroleh rezeki?

Kemudian diterangkan bahwa sebenarnya orang-orang kafir itu percaya akan keesaan dan kekuasaan Allah. Mereka mempersekutukan Allah hanya didorong oleh kesombongan serta keengganan mereka menerima kebenaran karena takut kehilangan kedudukan dan pengaruh di dalam masyarakatnya. Kesombongan dan keingkaran itu timbul dan disuburkan oleh tipu daya serta godaan setan yang selalu menumbuhkan perasaan dalam pikiran dan angan-angan mereka bahwa perbuatan mereka yang buruk itu adalah perbuatan baik dan terpuji. Memang demikianlah tujuan setan hidup di dunia ini.

Allah berfirman:

قَالَ فَاهْبِطْ مِنْهَا فَمَا يَكُوْنُ لَكَ اَنْ تَتَكَبَّرَ فِيْهَا فَاخْرُجْ اِنَّكَ مِنَ الصّٰغِرِيْنَ   ١٣  قَالَ اَنْظِرْنِيْٓ اِلٰى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ   ١٤  قَالَ اِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِيْنَ   ١٥

(Allah) berfirman, “Maka turunlah kamu darinya (surga); karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya. Keluarlah! Sesungguhnya kamu termasuk makhluk yang hina.” (Iblis) menjawab, “Berilah aku penangguhan waktu, sampai hari mereka dibangkitkan.” (Allah) berfirman, “Benar, kamu termasuk yang diberi penangguhan waktu.” (al-A‘raf/7: 13-15)

(Tafsir Kemeang)


Baca Setelahnya: Tafsir Surah Al-Mulk ayat 22-23


Belajar Menjadi Pendidik Profesional Melalui Kisah Dakwah Nabi Yunus

0
Belajar Menjadi Pendidik Profesional Melalui Kisah Dakwah Nabi Yunus
Belajar Menjadi Pendidik Profesional Melalui Kisah Dakwah Nabi Yunus

Seorang pendidik memiliki tugas mulia dan sangat penting dalam mencetak generasi yang unggul. Pendidik tidak hanya sekadar memberikan pengetahun kepada peserta didik, melainkan pendidik juga bertugas membimbing dan mengawasi peserta didiknya. Upaya bimbingan dan pengawasan ini bertujuan agar peserta didik dapat mengimplementasikan pengetahuan yang didapat menjadi sebuah perilaku dalam kehidupan.

Peserta didik disebut belajar terlihat dari perubahan tingkah laku. Ketika terjadi perubahan, maka pengajaran yang disertai pendidikan dapat dikatakan berhasil. Perubahan yang dimaksud tentunya adalah perubahan ke arah yang positif. Sebaliknya, ketika tidak terjadi perubahan, proses belajar tersebut dianggap gagal.

Oleh sebab itu, dalam proses pendidikan ada tahap evaluasi yang berfungsi untuk mengukur tingkat keberhasilan dan sebagai dalih dalam melakukan perbaikan. Maka tugas seorang pendidik menjadikan hasil evaluasi tersebut sebagai acuan untuk meningkatkan kinerjanya dalam mengajar dan mendidik. Meskipun ketidakkeberhasilan peserta didik dalam menerima pelajaran tidak serta merta disebabkan oleh guru atau pendidik.

Terlepas dari berhasil atau tidaknya pendidikan itu diberikan, seorang guru tetap harus profesional dalam menjalankan tugasnya. Pendidik tidak boleh menyerah atau putus asa ketika siswa yang diajarkannya tidak mudah menyerap pembelajaran yang disampaikan.

Terkait hal tersebut, ternyata terdapat sebuah pesan berharga yang disematkan oleh Allah dalam al-Qur’an mengenai sepenggal kisah perjuangan dakwah Nabi Yunus as. Hal ini sebagaimana termaktub dalam QS. Al-Anbiya’ [21]: 87-88 sebagai berikut:

وَذَا ٱلنُّونِ إِذ ذَّهَبَ مُغَٰضِبٗا فَظَنَّ أَن لَّن نَّقۡدِرَ عَلَيۡهِ فَنَادَىٰ فِي ٱلظُّلُمَٰتِ أَن لَّآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنتَ سُبۡحَٰنَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ فَٱسۡتَجَبۡنَا لَهُۥ وَنَجَّيۡنَٰهُ مِنَ ٱلۡغَمِّۚ وَكَذَٰلِكَ نُ‍ۨجِي ٱلۡمُؤۡمِنِينَ

Terjemah: “Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: “Bahwa tidak ada Allah selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim”. Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Anbiya’ [21]: 87-88).

Baca juga: Kisah Teladan Nabi di Bulan Muharram; Nabi Yunus Keluar dari Perut Ikan Paus

Tafsir QS. Al-Anbiya’ [21]: 87-88 tentang Perjuangan Dakwah Nabi Yunus as

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa peristiwa yang terdapat dalam ayat tersebut adalah ketika Nabi Yunus diutus oleh Allah untuk berdakwah di suatu daerah bernama Ninawa, yaitu daerah di negeri Mousul. Dia menyeru penduduk di sana untuk menyembah Allah, tetapi mereka enggan untuk menerima seruan tersebut dan tetap dalam kekufuran. Lalu Nabi Yunus keluar dari daerah tersebut dengan penuh kemurkaan dan mengancam mereka dengan siksaan setelah tiga hari.

Setelah itu, Nabi Yunus pergi menaiki sebuah kapal atau perahu. Namun di tengah laut terjadi ombak yang sangat dahsyat yang mengharuskan salah satu dari penumpang perahu tersebut dilempar ke laut. Mereka pun melakukan pengundian dan hasil undian tersebut menyatakan Nabi Yunus sebagai orang yang dilempar. Allah menyatakan itu dalam QS. Ash-Shaffat ayat 141: “Kemudian dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian…”

Al-Qurthubi menjelaskan bahwa kata Dzun Nun dalam ayat tersebut adalah julukan yang diberikan kepada Nabi Yunus karena ia telah ditelan oleh Nun. An-Nun merupakan al-huut yang bermakna ikan paus. Ayat ini menjelaskan tentang cerita Nabi Yunus yang telah pergi dari kaumnya dan menaiki sebuah kapal kemudian karena beberapa hal menyebabkan ia dilempar ke laut lalu Allah kirimkan ikan paus untuk menelannya dengan tujuan menyelamatkannya.

Kepergian Nabi Yunus disebabkan karena ia marah terhadap kaumnya sebab mereka terus menerus membangkang dan keras kepala. Ia pun pergi melarikan diri karena tidak sabar terhadap penganiayaan mereka, padahal Allah telah memerintahkan untuk tetap bersama dan menyeru mereka. Maka kesalahan yang dibuat oleh Nabi Yunus adalah kepergiannya dari kaumnya tanpa seizin Allah Swt.

Hamka dalam tafsirnya menambahkan bahwa dengan kemurahan Allah, Nabi Yunus dapat bertahan hidup meski berada dalam perut ikan paus, karena secara logika sangat tidak masuk akal seorang berada dalam ikan paus tetapi masih hidup. Nabi Yunus kemudian bertobat dan mengakui kesalahannya. Permohonannya dikabulkan oleh Allah. Dia pun dilepaskan dan dikeluarkan dari dalam perut ikan.

Berkat tobatnya akan kesalahan yang diperbuat, Nabi Yunus termasuk orang-orang pilihan Allah yang dinaikkan martabatnya. Menurut Nabi Yunus, kesalahan ini sangat berfaedah bagi dirinya, karena dengan itu beliau mendapatkan kepribadiannya kembali.

Baca juga: Pendidikan Moral dan Etika Sosial dalam Kisah Nabi Musa as. Dalam Q.S. al-Qashshash: 23-28

Meneladani Kisah Nabi Yunus untuk Menjadi Pendidik Profesional

Perjalanan dakwah Nabi Yunus yang penuh lika-liku cukup menggambarkan tantangan yang dihadapinya begitu berat. Sebagai seorang manusia, Nabi Yunus diuji dengan ujian yang begitu berat oleh Allah dengan penolakan kaum yang didakwahinya. Namun ternyata kesabaran yang dimiliki Nabi Yunus saat itu ada batasnya. Ia kemudian pergi meninggalkan orang-orang yang tidak beriman tersebut.

Melalui kisah ini, dapat kita petik hikmah bahwa ketika berdakwah ataupun mengajarkan sebuah ilmu, hendaknya selalu melapangkan dada dalam menerima hasilnya. Implementasi dari kisah ini dapat diterapkan ketika menjadi seorang pendidik. Seorang pendidik dituntut untuk gigih dan sabar dalam mengajarkan ilmunya.

Ia tidak boleh menyerah dengan berbagai respon yang diberikan oleh anak didiknya. Tugas utamanya adalah menyampaikan pengetahuan, masalah diterima atau tidaknya adalah urusan lain yang tidak bisa dipaksakan. Pendidik hanya berikhtiar memberikan pembelajaran yang terbaik baik dari segi pemahaman maupun pengamalan.

Simpulan

Melalui kisah Nabi Yunus as, Allah mengajarkan tentang pentingnya memupuk sikap profesionalisme dalam menjalankan misi mulia menyampaikan risalah kebenaran. Berbagai ujian dan cobaan yang ada semestinya dihadapi dengan penuh kesabaran, sebab sejatinya proses menjadi bagian yang lebih penting daripada hasil.

Begitu pula ketika menjadi seorang pendidik, hasil belajar yang tidak memuaskan bukan berarti menurunkan semangat pendidik untuk menjalankan tugasnya dengan baik. Namun bagaimana hasil tersebut menjadi bahan evaluasi untuk menciptakan sesuatu yang lebih baik ke depannya.

Demikian bahwa kesabaran menjadi kunci dalam mempertahankan profesionalisme ketika menjalankan tugas-tugas mulia. Kesabaran itu kemudian dibarengi dengan ikhtiar yang maksimal dan memasrahkan segala urusan kepada Allah Swt. Sebab tugas manusia sesungguhnya adalah berusaha, bersabar, dan bertawakkal dalam setiap urusanya. Wallahu A’lam.

Baca juga: Hari Guru Sedunia: Inilah 3 Artikel Serial Tafsir Tarbawi Tentang Guru dan Pendidik

Bukti Adanya Karamah, Ini 5 Cerita Karamah Para Wali Dalam Al-Qur’an

0
Bukti Adanya Karamah, Ini 5 Cerita Karamah Para Wali Dalam Al-Qur’an
5 Cerita Karamah Para Wali Dalam Al-Qur’an

Sebuah kisah yang utuh, dengan prolog yang menceritakan adegan awal, serta epilog yang memberikan gambaran akan konklusi yang diberikan, akan sangat menarik perhatian siapa pun yang mendengarnya. Terlebih jika ada maksud tertentu yang coba disembunyikan oleh penuturnya. Siapa pun akan tambah penasaran dibuatnya.

Itu lah salah satu alasan mengapa kadang Al-Qur’an memilih cara bertutur cerita alih-alih ‘khutbah’ langsung atas pesan yang ingin disampaikannya. Ini Al-Qur’an, bukan buku cerita, novel atau bahkan komik bergambar yang menceritakan kisah fiktif dengan visualisasi adegan dramatis. Kisah yang disajikan adalah fakta dan benar adanya.

Kisah-kisah dalam Al-Qur’an disajikan sebagai ibrah atas nilai-nilai yang terkandung dari setiap unsur di dalamnya: adegan peristiwa, karakter tokoh, alur, hingga keterulangan penceritaannya. Bahkan dalam kadar yang sangat sederhana, disebutnya sebuah kisah dalam Al-Qur’an dapat dijadikan bukti sebagai keabsahan cerita berikut hal-hal yang terangkum di dalamnya.

Yang disebutkan terakhir ini adalah apa yang hendak penulis bagikan dalam tulisan kali ini. Berkaitan dengan karamah para wali-wali Allah, kemunculan kisahnya di dalam Al-Qur’an menjadi argumentasi sekaligus bukti atas keabsahan konsep karamah. Buntut perdebatan di kalangan para ulama atas lahirnya konsep wilayah (kewalian).

Baca juga: Siapakah yang Dimaksud Auliya’ dalam Surah Yunus Ayat 62?

Hakikat Karamah

Meski sama-sama diartikan sebagai sesuatu yang khariq li al-‘adah atau peristiwa aneh, menakjubkan, di luar kemampuan dan nalar manusia biasa, karamah berbeda dari mukjizat. Satu-satunya perbedaan di antara keduanya adalah klaim kenabian (da‘wah al-nubuwwah) pemiliknya. Jika sebelum kemunculannya didahului dengan adanya klaim kenabian maka disebut dengan mukjizat. Jika tidak, maka disebut dengan karamah.

Dengan perbedaan ini, maka dimungkinkan bagi seorang wali memiliki karamah yang sama dengan mukjizat para nabi dari segi wujud dan penampakannya, selama tidak didahului dengan klaim kenabian. Kebalikannya, kemunculan karamah bagi para nabi juga mungkin terjadi, yakni pada saat di mana mereka belum menunjukkan klaim kenabian. Meskipun tidak semua ulama menyetujui konsep yang disebutkan terakhir ini. Peristiwa khariq li al-‘adah yang muncul dari para nabi sebelum melakukan klaim kenabian lebih lazim disebut dengan irhash.

Karamah juga berbeda dari sihir (sihr) dari tingkat kesalehan pemiliknya. Jika sesuatu khariq li al-‘adah keluar dari seorang yang saleh maka disebut dengan karamah. Jika tidak, maka disebut dengan sihir. Sehingga unsur pembeda dari keduanya adalah murni tingkat kesalehan yang dimiliki.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa sesuatu yang khariq li al-‘adah dapat dibedakan menjadi empat macam sesuai dengan kapasitas pemiliknya; Mukjizat, manakala didahului dengan klaim kenabian, sehingga dimiliki oleh para nabi dan rasul. Irhash, ketika muncul dari para nabi sebelum menunjukkan klaim kenabian. Karamah, ketika keluar dari seorang yang saleh yang bukan nabi. Dan sihir, ketika keluar dari seorang fasik lagi tidak saleh.

Baca juga: Dua Dimensi Makna Wali Menurut Imam Al-Qusyairiy

Beberapa Cerita Karamah dalam Al-Qur’an

Berdasarkan identifikasi perbedaan konsep khariq li al-‘adah sebelumnya, maka dalam Al-Qur’an yang masuk dalam kategori karamah sekaligus menjadi bukti keabsahannya ada setidaknya lima kisah.

Kisah yang pertama adalah kisah karamah Maryam binti ‘Imran ‘alaiha al-salam. Seperti yang telah diketahui, ia merupakan ibu dari Nabi Isa as. Ada dua karamah yang dimiliki Maryam yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an. Pertama, pada rangkaian ceritanya dalam surah Ali Imran ayat 33-51, di mana Nabi Zakaria yang kala itu mendapatkan penghormatan sebagai orang yang merawat Maryam selalu menjumpai rezeki ketika ia memasuki mihrab, tempat Maryam tinggal (surah Ali Imran [3]: 37).

Kedua adalah kehamilannya atas Nabi Isa as., yang tanpa melalui proses sebagaimana umumnya manusia biasa. Kemudian berlanjut sampai pada masa melahirkan, ketika Allah memberikan rezeki kepadanya berupa kurma dari sebatang pohon yang telah kering dan layu serta minum dari mata air yang keluar di sampingnya. Cerita karamah ini diabadikan dalam surah Maryam [19] ayat 25.

Karamah berikutnya adalah kisah dari shahib Nabi Sulaiman as. bernama Ashif bin Barkhaya. Ia merupakan seorang alim yang memiliki ‘ilm min al-kitab (pengetahuan dari kitab suci). Beberapa tafsir menyebutkan bahwa ia mengetahui al-ism al-a‘dzam (nama agung), yang dengannya ia mampu memenuhi permintaan Nabi Sulaiman untuk mendatangkan singgasana Bilqis hanya dalam waktu sekejap. Dan karena seorang hamba yang saleh, ia tidak lantas menjadi sombong. Ia justru berkata, “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya)” (surah Al-Naml [27]: 40).

Selanjutnya kisah karamah dari ibu Nabi Musa as., yang muncul sejak Nabi Musa masih berada dalam kandungan hingga dikembalikan lagi ke dalam pangkuannya, karena ia begitu percaya akan janji yang telah diberikan Allah Swt., “Sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu” (surah Al-Qashash [28]: 7).

Kemudian ada kisah Dzulqarnain, seorang raja yang adil nan saleh bernama ‘Abdullah bin al-Dlahhak, menurut pendapat yang sahih. Seorang raja yang diberikan keluasan kekuasaan sehingga mampu menyatukan berbagai wilayah di bawah kekuasaannya. Selain itu juga telah ditundukkan baginya awan-awan di langit dari timur hingga barat, utara hingga selatan, seperti yang telah Allah katakan, “Dan Kami telah memberikan jalan kepadanya (untuk mencapai) segala sesuatu” (surah Al-Kahfi [18]: 84).

Dan yang terakhir, kisah tentang Ashab al-Kahfi, sekelompok pemuda putra pembesar dan raja-raja yang dibukakan hatinya oleh Allah untuk tidak mengikuti ajaran kaumnya menyembah berhala. Kisah karamahnya begitu masyhur, di mana mereka tertidur di dalam gua selama 309 tahun setelah melarikan diri dari kejaran raja zalim, “Dan mereka tinggal dalam gua selama tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun” (surah Al-Kahfi [18]: 25).

Penutup

Dituturkannya kisah-kisah ini dalam Al-Qur’an oleh beberapa ulama seperti Al-Nawawi dalam Bustan al-‘Arifin atau Amin al-Kurdi dalam Tanwir al-Qulub dijadikan sebagai bukti atas keabsahan karamah bagi para wali-wali Allah. Sebuah argumentasi naqliy yang mereka gunakan atas counter terhadap pendapat lain yang berseberangan. Wallahu a‘lam bi al-shawab. []

Baca juga: Ashabul Kahfi: Representasi Perjuangan Pemuda dalam Al-Quran

Tafsir Surah Al-Mulk ayat 19 part 2

0
Tafsir Surah Al-Mulk
Tafsir Surah Al-Mulk

Tafsir Surah Al-Mulk ayat 19 part 2 merupakan lanjutan dari part 1 yang membahas lebih detail bagaimana kuasa Allah akan keindahan warna-warni pada bulu burung, kekuatan burung saat terbang di malam hari pada udara yang berubah-ubah. Selain itu dalam Tafsir Surah Al-Mulk ayat 19 part 2 ini juga disebut beberapa jenis burung yang tersebar di seluruh penjuru dunia dengan keunikan mereka.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Al-Mulk ayat 19 part 1


Dengan gerakan mengembangkan dan mengatupkan sayapnya, maka sesungguhnya burung-burung itu sedang mengepakkan sayapnya untuk membangkitkan aerodynamic force (gaya aerodinamika), yaitu mengumpulkan tekanan udara yang cukup di bawah sayapnya, yang akan memberikan gaya angkat dan gaya dorong kepada burung-burung untuk dapat terbang. Gaya angkat ini untuk melawan berat burung, sedang gaya dorong untuk melawan hambatan udara.

Kedua gaya ini dibangkitkan oleh gerakan kepakan sayap burung dengan siklus ke atas, ke bawah, dan ke belakang secara kontiniu dan periodik. Sungguh Maha Pemurah Allah. Jika Dia berkehendak menghilangkan udara, pasti burung-burung itu tidak mungkin dapat terbang.

Bulu sayap adalah ciptaan Tuhan yang sangat indah. Ringan, namun kuat, lentur, serba guna, mudah dirawat, berfungsi sebagai penyekat panas, kedap air, dan dapat diganti. Warna bulu sangat penting bagi burung. Beberapa burung mempunyai warna yang sesuai dengan lingkungannya sehingga berfungsi untuk kamuflase. Jenis lainnya menggunakan warnanya untuk menarik lawan jenisnya.

Banyak jenis burung melakukan migrasi dan melakukan perjalanan yang sangat jauh. Dalam melakukan ini, mereka mempunyai berbagai cara untuk menyimpan tenaga dalam perjalanan jauh ini. Bentuk formasi terbang berkelompok yang menyerupai huruf V pada kebanyakan bebek atau belibis saat bermigrasi, ternyata mempunyai maksud tertentu. Formasi ini ternyata menghemat energi untuk seluruh kelompok. Hal ini disebabkan karena formasi V ini menghasilkan aliran udara yang menguntungkan. Pada posisi tertentu dalam formasi ini, individu burung dapat beristirahat karena ditopang oleh pola aliran udara yang memungkinkan untuk beristirahat. Siapakah yang mengajar mereka?


Baca Juga: Tafsir Surat al-Mulk Ayat 19: Hikmah di Balik Penciptaan Seekor Burung


Sekarang kita tahu bahwa burung menghilang dari satu tempat karena mereka berpindah ke tempat lain. Kita tahu kapan mereka pergi, ke mana mereka menuju, dan rute mana yang mereka pilih.

Kadang-kadang perjalanan mereka sangat jauh, seperti burung sandpiper. Burung ini bermigrasi dari Canada (di utara benua Amerika) ke Tierro del-Fuego (di ujung selatan benua Amerika). Beberapa jenis walet terbang sejauh 10.000 km dari Alaska ke Patagonia, Cile. Burung-burung walet yang ada di Skandinavia (Eropa utara) terbang ke selatan Afrika di musim dingin. Burung warbler yang sangat kecil, beratnya kurang dari satu ons, terbang pada malam hari dari Jerman ke Afrika pada menjelang musim dingin. Uniknya, burung ini terbang secara individu. Tidak terbang berkelompok seperti jenis burung lainnya.

Burung tern artic adalah juara terbang jarak jauh. Mereka kawin dan membesarkan anaknya di Kutub Utara pada saat musim panas, dan menghabiskan musim dingin di Kutub Selatan. Allah berfirman:

اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ يُسَبِّحُ لَهٗ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَالطَّيْرُ صٰۤفّٰتٍۗ كُلٌّ قَدْ عَلِمَ صَلَاتَهٗ وَتَسْبِيْحَهٗۗ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌۢ بِمَا يَفْعَلُوْنَ   ٤١

Tidakkah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (an-Nur/24: 41).

Kita tahu bahwa burung dapat terbang, karena Allah ‘memegangnya’ di udara. Mereka melakukan migrasi sepanjang jalur yang misterius karena melaksanakan rencana Allah. Mereka terbang sebagai bagian dari tasbih kepada Allah Sang Pencipta. Burung perkutut tidak ingin menjadi burung elang. Burung gagak tidak peduli bahwa warna bulunya tidak seindah burung nuri. Burung pemakan madu tidak akan mencoba untuk menangkap ikan sebagai ganti madu. Itu adalah pelajaran bagi kita semua yang dapat berpikir.

Siapakah yang mengajar burung itu terbang mengembangkan sayapnya? Bahkan, siapakah yang menciptakan burung itu dengan bentuk tertentu, serta dilengkapi dengan organ-organ (alat-alat) sehingga ia mampu terbang dan tidak jatuh ke bumi? Kenapa kuda tidak dapat terbang seperti burung? Bila manusia mau memikirkan semua yang disebutkan itu akan yakinlah ia bahwa sesungguhnya Allah Maha Pencipta, Mahakuasa, Maha Pemurah, dan Maha Mengetahui segala yang diciptakan-Nya.

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya: Tafsir Surah Al-Mulk ayat 20


Tafsir Surah Al-Mulk ayat 19 part 1

0
Tafsir Surah Al-Mulk
Tafsir Surah Al-Mulk

Tafsir Surah Al-Mulk ayat 19 part 1 menerangkan tentang kekuasaan Allah akan segala sesuatu di muka bumi ini dengan menjelaskan mukjizat burung yang dapat terbang tinggi di angkasa tanpa jatuh ke bumi. Selengkapnya Tafsir Surah Al-Mulk ayat 19 part 1 di bawah ini….


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Al-Mulk ayat 18


Ayat 19

Tafsir Surah Al-Mulk ayat 19 part 1, Allah menerangkan bahwa Dia Mahakuasa lagi Maha Menentukan segala sesuatu. Sebagai salah satu buktinya ialah kekuasaan-Nya menahan burung yang sedang berada di angkasa, sehingga tidak jatuh ke bumi. Burung-burung yang sedang berada di angkasa kadang-kadang terbang melayang dengan mengembangkan sayapnya.

Ia terbang meninggi atau menukik ke bawah, seakan-akan ia akan terhempas ke bumi. Kadang-kadang dia mengatupkan kedua sayapnya. Siapakah yang menahan burung itu dari kejatuhan pada waktu dia mengembangkan dan mengatupkan sayapnya? Bukankah ini bertentangan dengan hukum alam bahwa barang yang berat itu akan jatuh ke bumi disebabkan daya tarik (gravitasi) bumi?

Hal yang senada juga dapat dilihat pada ayat di bawah ini.

اَلَمْ يَرَوْا اِلَى الطَّيْرِ مُسَخَّرٰتٍ فِيْ جَوِّ السَّمَاۤءِ ۗمَا يُمْسِكُهُنَّ اِلَّا اللّٰهُ ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ   ٧٩

Tidakkah mereka melihat burung-burung yang ditundukkan terbang di angkasa bebas. Tidak ada yang menahannya selain Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang beriman. (an-Nahl/16: 79).

Secara saintifik dapat dijelaskan bahwa burung bisa terbang adalah keunikan. Untuk dapat terbang, burung seharusnya sangat ringan. Untuk dapat lepas landas dan terus terbang di udara, burung-burung semestinya harus cukup ringan. Pada saat yang sama, ia juga harus sangat kuat dan tangguh. Kekuatan diperlukan untuk dapat tetap terbang dalam waktu yang lama, dan bermanuver untuk menangkap mangsa atau saat turun ke tempat mereka hinggap.


Baca Juga: Tafsir Surat al-Mulk Ayat 19: Hikmah di Balik Penciptaan Seekor Burung


Tulang leher burung harus kuat sekaligus lentur. Jumlah ruas tulang leher bervariasi, ada yang 11 ada yang lebih. Kelenturan leher diperoleh dari sekelompok otot yang bekerja dengan sangat efisien. Kelenturan diperlukan untuk berbagai keperluan. Seperti pada burung laut yang menyambar ikan dengan kecepatan sangat tinggi.

Tulang burung umumnya berlubang di tengahnya, dan berdinding tipis. Berat tubuh burung diletakkan di bagian tengah tubuh. Di bagian dada terdapat tulang dada yang besar yang melekat pada otot dada besar. Otot dada inilah yang menggerakkan sayap. Otot dada meliputi sekitar 25-30% dari keseluruhan berat badan burung.

Otot dada yang bekerja keras untuk menggerakkan sayap cukup mengganggu kerja paru-paru. Untuk menanggulanginya, burung mempunyai sistem pernapasan yang berbeda. Sistem pernapasan yang digunakan adalah dengan tersebarnya kantung-kantung udara di seluruh bagian tubuhnya. Kantung demikian ini juga dapat ditemui di tulang bagian tengah yang berlubang. Udara dialirkan ke semua bagian tubuh burung dan diserap darah dengan cepat. Penyerapan berjalan cepat karena denyut jantung yang sangat kuat.

Penglihatan yang tajam merupakan syarat utama. Burung merupakan binatang yang paling mengandalkan penglihatan dalam kehidupannya. Pada beberapa burung, bahkan besar matanya melebihi besar otaknya. Burung dapat melihat ke kejauhan delapan kali lebih jelas dari manusia. Matanya dapat beradaptasi dengan cepat untuk berpindah dari melihat dekat ke melihat jauh, begitu juga sebaliknya.

Hal terpenting agar burung dapat terbang adalah terdapatnya organ sayap dan bulu. Sayap adalah semacam tangan yang mempunyai sendi peluru yang besar dan kuat di bagian bahu. Sendi ini sangat khusus, dan digunakan untuk melakukan mobilitas yang sangat rumit. Kegunaannya adalah agar burung dapat bermanuver dengan baik di udara. Sendi peluru yang demikian ini dapat memposisikan sayap sehingga burung dapat berputar dengan cepat, berganti arah, memperlambat terbang, terbang ke belakang, menukik dengan kecepatan tinggi, dan mendarat dengan anggun.


Baca Setelahnya: Tafsir Surah Al-Mulk ayat 19 part 2


Tafsir Surah Al-Mulk ayat 16-18

0
Tafsir Surah Al-Mulk
Tafsir Surah Al-Mulk

Tafsir Surah Al-Mulk ayat 16-18 ini merupakan peringatan terhadap orang-orang kafir tentang azab yang menimpa mereka kelak, padahal mereka juga telah diperlihatkan bagaimana kisah kaum nabi Lut dan juga Karun yang terbuai dengan kenikmatan dunia. Selain itu Tafsir Surah Al-Mulk ayat 16-18 ini juga menganjurkan kita untuk memperhatikan bagaimana siksaan yang menimpa umat terdahulu seperti umat Nabi Nuh.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Al-Mulk ayat 15


Ayat 16

Dalam ayat ini, Allah memperingatkan orang-orang kafir tentang azab yang akan menimpa mereka, apabila tetap dalam kekafiran. Peringatan ini diberikan Allah karena mereka seakan-akan merasa akan terhindar dari siksa Allah yang akan ditimpakan kepada mereka, bahkan mereka merasa telah mendapat rahmat yaitu kesenangan duniawi yang sedang mereka rasakan. Tanda-tanda kekafiran itu terlihat pada sikap, tindakan, dan tingkah laku mereka.

Oleh karena itu, Allah memperingatkan mereka dengan mengatakan, “Hai orang-orang kafir apakah kamu sekalian merasa aman dan akan terhindar dari azab Allah, padahal azab itu pasti akan menimpa kamu? Apakah kekuasaan dan kesenangan yang kamu peroleh itu tidak mungkin dilenyapkan Allah padahal kekuasaan dan kesenangan itu semata-mata berasal dari rahmat-Nya? Apakah tidak mungkin bahwa itu adalah ujian dari Allah kepadamu? Ingatlah, Allah telah menimpakan azab yang dahsyat kepada orang-orang dahulu, seperti azab yang ditimpakan kepada Karun dan pengikut-pengikutnya. Mereka telah dibenamkan ke dalam bumi. Pada saat Allah akan membenamkan mereka ke dalam bumi, maka terjadilah gempa yang dahsyat yang mengguncangkan bumi.”

Ayat 17

Pada ayat ini, Allah melanjutkan peringatan-Nya, “Demikian pula apakah kamu merasa aman dan akan terhindar dari azab Allah yang sewaktu-waktu dapat mengembuskan angin bercampur batu yang dapat menghancurkan kamu sekalian seketika? Ingatlah, azab yang seperti ini telah menimpa kaum Lut, karena mereka telah mendustakan Nabi Lut yang diutus kepada mereka. Pada saat kedatangan azab itu, kamu semua akan menyaksikan betapa dahsyatnya azab Kami, tetapi pengetahuan kamu pada waktu itu tidak ada gunanya.”

Pada ayat lain, Allah berfirman:

قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلٰٓى اَنْ يَّبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِّنْ فَوْقِكُمْ اَوْ مِنْ تَحْتِ اَرْجُلِكُمْ اَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَّيُذِيْقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍۗ  اُنْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الْاٰيٰتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُوْنَ   ٦٥

Katakanlah (Muhammad), “Dialah yang berkuasa mengirimkan azab kepadamu, dari atas atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kamu keganasan sebagian yang lain.” Perhatikanlah, bagaimana Kami menjelaskan berulang-ulang tanda-tanda (kekuasaan Kami) agar mereka memahami(nya). (al-An‘am/6: 65).

Firman Allah yang lain:

اَفَاَمِنْتُمْ اَنْ يَّخْسِفَ بِكُمْ جَانِبَ الْبَرِّ اَوْ يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا ثُمَّ لَا تَجِدُوْا لَكُمْ وَكِيْلًا ۙ   ٦٨

Maka apakah kamu merasa aman bahwa Dia tidak akan membenamkan sebagian daratan bersama kamu atau Dia meniupkan (angin kencang yang membawa) batu-batu kecil? Dan kamu tidak akan mendapat seorang pelindung pun. (al-Isra’/17: 68)

Ayat 18

Kemudian Allah memerintahkan agar orang-orang kafir memperhatikan penderitaan yang telah dialami umat-umat yang terdahulu, karena telah mendustakan para rasul yang telah diutus kepada mereka. Di antaranya seperti kaum Nuh yang telah ditenggelamkan banjir yang mahadahsyat, kaum Syuaib yang telah dibinasakan dengan petir, serta Fir‘aun dan kaumnya telah ditenggelamkan di Laut Merah. Mereka semua baru menyesali perbuatan yang mereka lakukan pada saat azab itu datang menimpa. Semuanya bisa menjadi pelajaran untuk direnungkan dan diperhatikan betapa dahsyat siksa Allah yang ditimpakan kepada orang-orang yang durhaka kepada-Nya.

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya: Tafsir Surah Al-Mulk ayat 19


Tafsir Surah Al-Mulk ayat 15 part 2

0
Tafsir Surah Al-Mulk
Tafsir Surah Al-Mulk

Tafsir Surah Al-Mulk ayat 15 part 2 merupakan lanjutan dari part 1 yang membahas keesaan Allah swt dalam mencukupi kebutuhan makhluk hidup di alam semesta ini. Akan tetapi dalam Tafsir Surah Al-Mulk ayat 15 part 2 ini Allah menegaskan kepada manusia akan pentingnya mencari rezeki untuk kelangsungan hidup terutama rezeki yang halal.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Al-Mulk ayat 15 Part 1


Dengan memahami ayat ini, dapat dikemukakan hal-hal yang berikut:

  1. Allah memerintahkan agar manusia berusaha dan mengolah alam untuk kepentingan mereka guna memperoleh rezeki yang halal. Hal ini berarti bahwa tidak mau berusaha dan bersifat pemalas bertentangan dengan perintah Allah.
  2. Karena berusaha dan mencari rezeki itu termasuk melaksanakan perintah Allah, maka orang yang berusaha dan mencari rezeki adalah orang yang menaati Allah, dan hal itu termasuk ibadah. Dengan perkataan lain bahwa berusaha dan mencari rezeki itu bukan mengurangi ibadah, tetapi memperkuat dan memperbanyak ibadah itu sendiri.

Diriwayatkan oleh Ahmad dari Umar bin Khathab, sesungguhnya ia mendengar Rasulullah bersabda:

لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُوْنَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُوْ خِمَاصًا وَتَرُوْحُ بِطَانًا. (رواه الترمذي وأحمد والبيهقي وأبو داود عن عمر بن الخطاب)

Jika kalian benar-benar bertawakal kepada Allah sebenar-benar tawakkal, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana Allah memberikan rezeki-Nya kepada burung. Pergi mencari rezeki dengan perut yang kosong, dan petang hari ia kembali ke sarangnya dengan perut yang berisi penuh. (Riwayat at-Tirmidzi, Ahmad, al-Baihaqi, dan Abµ Dawud dari ‘Umar bin al-Khathaab).

Hadis ini menunjukkan bahwa waktu sejak pagi hari sampai petang adalah waktu untuk mencari rezeki, seperti yang telah dilakukan burung. Jika manusia benar-benar mau berusaha sejak pagi sampai petang pasti Allah memberinya rezeki. Mereka tidak akan kelaparan. Dari hadis ini juga dapat dipahami bahwa orang yang tidak mau berusaha tidak akan diberi rezeki oleh Allah.

Diriwayatkan oleh al-Hakim dan at-Tirmidzi dari Mu’awiyah bin Qurrah, ia berkata, “Pada suatu hari Umar bin Khathab lewat di perkampungan suatu kaum, lalu beliau bertanya kepada kaum itu, “Siapakah kamu?” Mereka menjawab, “Kami adalah orang-orang yang bertawakal kepada Allah.” Umar berkata, “Kamu bukanlah orang-orang yang bertawakal kepada Allah, melainkan orang-orang yang telah dimakan karat. Adapun orang yang bertawakal kepada Allah ialah orang yang menanamkan benih ke dalam tanah, lalu ia bertawakal kepada Allah.”

Dalam mencari rezeki ajaran Islam memberikan beberapa pedoman:

  1. Agar setiap manusia berusaha mencukupkan keperluan dirinya dan keluarganya. Oleh karena itu, orang yang berangkat dari rumahnya pagi hari untuk mencari rezeki, termasuk orang yang didoakan oleh Nabi Muhammad agar diberkahi Allah.

َقالَ الَّنِبيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ :اَللَّهُمَّ بَارِكْ ِلاُمَّتِىْ فِى بُكُوْرِهَا. (رواه الترمذي عن صخر الغامدي)

Bahwa Nabi Muhammad saw berkata, “Wahai Allah, berkatilah umatku yang berangkat berusaha pagi-pagi.” (Riwayat at-Tirmidzi dari Sakhr bin al-Gamidi)

  1. Dalam berusaha itu hendaklah mencari yang halal. Maksudnya ialah mencari rezeki dengan cara-cara yang halal, tidak dengan mencuri, menipu, korupsi, dan sebagainya. Rezeki yang dicari itu adalah rezeki yang halal, bukan yang haram, seperti khamar, bangkai, dan sebagainya, sesuai dengan hadis:

عَنْ عَلِيٍّ أََنَّّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قاَلَ: إِِنَّ اللهَ تَعَالَى يُحِبُّ اَنْ يَرَى عَبْدَهُ يَعْنِى فِى طَلَبِ اْلحَلاَلِ. (رواه الطبراني)

Dari Ali bahwa Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala senang melihat hamba-Nya, dalam mencari yang halal.” (Riwayat at-Thabrani).

Hadis yang lain menerangkan:

عَنْ أََنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: طَلَبُ الْحَلاَلِ وَاجِبٌ عَلَ كُلِّ مُسْلِمٍ. (رواه الطبراني)

Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah bersabda, “Mencari rezeki yang halal wajib bagi setiap orang muslim.” (Riwayat at-Thabrani)

Pada akhir ayat, Allah memberi peringatan kepada manusia bahwa semua makhluk akan kembali kepada-Nya pada hari Kiamat, dan pada waktu itu akan ditimbang semua perbuatan manusia. Amal baik dibalas dengan pahala yang berlipat ganda, sedangkan perbuatan buruk akan dibalas dengan azab neraka.

Oleh karena itu, hendaklah manusia selalu mawas diri, berusaha melaksanakan amal saleh sebanyak mungkin dan menilai serta meneliti perbuatan-perbuatan yang akan dikerjakan, berusaha memohon ampun kepada Allah atas kesalahan yang telanjur dilakukan atau yang tanpa disadari bahwa perbuatan itu termasuk perbuatan yang dilarang Allah. Maka setiap muslim seyogyanya mencari rezeki yang halal saja, jangan sekali-kali memakan rezeki yang diperoleh dengan cara yang haram atau bendanya sendiri adalah benda yang haram. Ingatlah bahwa semua makhluk tanpa ada kecualinya akan kembali kepada-Nya. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya: Tafsir Surah Al-Mulk ayat 16-18