Beranda blog Halaman 82

Tafsir Surah Qaf ayat 42-45

0
Tafsir Surah Qaf

Tafsir Surah Qaf ayat 42-45 menjelaskan tentang proses terciptanya alam semesta, dalam hal ini Kemenag menggunakan kajian ilmiah yang menyatakan bahwa alam semesta dimulai oleh ledakan hebat yang hingga saat ini dikenal dengan nama “Big Bag.” Selain itu penafsiran ini juga menjelaskan tentang hari kebangkitan yang kelak bumi akan terbelah dan semua yang terkubur akan bangkit kembali.

Kemudian sebagai penutup Tafsir Surah Qaf ayat 42-45, Allah memerintahkan Nabi Muhammad agar senantiasa bersabar menghadapi orang-orang musyrik yang senantiasa menentang dan mengingkari Allah dan Rasul-Nya.


 Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Qaf ayat 37-41


Ayat 42

Ayat ini menerangkan bahwa pada hari mereka mendengar suara dahsyat yang kedua kalinya, itulah hari mereka keluar dari kuburnya.

Menurut kajian ilmiah, alam semesta dimulai oleh suatu ledakan hebat dan dikenal dengan nama Big Bang. Mulai dari sini, alam kemudian berkembang meluas sampai kini. Para peneliti mengatakan, apabila perluasan alam semesta telah berkembang sampai pada tingkat tertentu dan berhenti, maka alam semesta akan hancur. Salah satu penyebab berhentinya perluasan adalah tidak bekerjanya gaya tarik-menarik antar benda langit, karena jarak yang terlalu jauh satu sama lain.

Dipercaya bahwa pengembangan alam semesta akan berakhir dengan peledakan dalam suhu yang amat tinggi. Kejadian ini diberi nama Big Crunch. Peledakan ini disusul oleh akhir dari semua bentuk kehidupan.

Alam semesta akan menghilang. Semua benda alam yang dapat kita lihat, dan yang tidak dapat kita lihat karena sangat jauh dari bumi, akan menciut, sampai dengan hanya sebesar proton.

Proses peledakan alam semesta menyebabkan timbulnya energi negatif, yang dapat menyebabkan kondisi alam menjadi tidak stabil, dan akhirnya hancur. Diduga bahwa akhir ini akan terjadi tidak dalam waktu “yang tidak terlalu lama” dari sekarang, mengingat saat ini kita sudah berada di pertengahan siklus umur alam semesta.

Diperkirakan perluasan alam semesta akan berhenti pada saat luas alam semesta mencapai luas 50 juta kali dari apa yang ada saat ini. Atau dengan kata lain, sekitar 7,5 x 1017 tahun dari saat ini.

Berdasarkan teori Big Crunch, maka kehancuran alam semesta dimulai dengan perlahan, dan secara bertahap akan semakin cepat, hingga akhirnya mencapai kecepatan yang sangat tinggi. Pada akhir proses, maka alam semesta akan mengalami suatu tekanan dan suhu yang tidak terhingga, dan akan berada dalam ukuran yang sangat kecil. Teori yang muncul dalam konsep ini ternyata hampir mirip dengan penjelasan Al-Quran.

يَوْمَ نَطْوِى السَّمَاۤءَ كَطَيِّ السِّجِلِّ لِلْكُتُبِۗ  كَمَا بَدَأْنَآ اَوَّلَ خَلْقٍ نُّعِيْدُهٗۗ وَعْدًا عَلَيْنَاۗ اِنَّا كُنَّا فٰعِلِيْنَ   ١٠٤

Pada hari Kami melipat langit bagaikan melipat lembaran buku-buku. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan Kami yang pertama Kami akan mengulanginya. Suatu janji atas diri Kami sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya. (al-Anbiya’/21: 104)

;وَمَا قَدَرُوا اللّٰهَ حَقَّ قَدْرِهٖۖ وَالْاَرْضُ جَمِيْعًا قَبْضَتُهٗ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ وَالسَّمٰوٰتُ مَطْوِيّٰتٌۢ بِيَمِيْنِهٖ ۗسُبْحٰنَهٗ وَتَعٰلٰى عَمَّا يُشْرِكُوْنَ  ٦٧ 

Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya, padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari Kiamat, dan langit terlipat dengan tangan kanan-Nya. Mahasuci dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. (az-Zumar/39: 67)

Setelah peledakan, dan alam semesta akan menjadi hanya sebesar proton, apa yang akan terjadi? Siapa yang tahu? Alam Semesta akan terus berputar pada siklus Big Bang dan Big Crunch sepanjang masa? Atau, Big Crunch akan menjadi akhir dari semuanya. Apabila suatu alam semesta yang baru akan terbentuk, maka alam ini tidak akan mempunyai kenangan terhadap alam semesta sebelumnya. Ia akan berkembang tanpa harus mengetahui dan bergantung pada apa yang terjadi sebelumnya.


Baca Juga:Bayangan Matahari dan Inspirasi Pengembangan Sains dalam Al-Quran 


Ayat 43

Dalam ayat ini ditegaskan bahwa sesungguhnya Allah-lah yang menghidupkan manusia di dunia dan mematikan mereka ketika tiba ajal-nya masing-masing, dan hanya Allah-lah tempat kembali semua makhluk untuk menerima balasan amalnya.

Ayat 44

Tafsir Surah Qaf ayat 42-45 khususnya pada Ayat ini mengungkapkan hari-hari ketika bumi terbelah, sehingga tampak keluar semua isi kubur dengan cepat dari celah-celahnya sebagai-mana yang diinformasikan Surah az-Zalzalah ayat 1-2:

اِذَا زُلْزِلَتِ الْاَرْضُ زِلْزَالَهَاۙ  ١  وَاَخْرَجَتِ الْاَرْضُ اَثْقَالَهَاۙ  ٢ 

Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat, dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya. (az-Zalzalah/99: 1-2)

Yang demikian itu adalah pengumpulan yang mudah bagi Allah tanpa kesulitan sedikit pun.

Ayat 45

Dalam ayat ini, Allah memerintahkan Nabi-Nya agar tetap sabar. Allah lebih mengetahui apa yang diucapkan oleh orang-orang musyrik tentang keingkaran mereka terhadap kerasulan Muhammad saw dan tentang sikap mereka yang mendustakan ayat-ayat Allah, terlebih-lebih ke-ingkaran mereka tentang adanya hari kebangkitan. Maka Allah memerintahkan Nabi-Nya berlaku sabar, sebab beliau tidak ditugaskan untuk mengadakan paksaan kepada mereka, tugasnya hanya sekadar menyampaikan seruan dan risalah saja dan Allah-lah yang menghisab mereka. Walaupun demikian, Nabi juga harus melangsungkan dakwahnya sebagai tugasnya yang pokok. Oleh karena itu, Allah tetap pula memerintahkan kepada Nabi-Nya agar memberikan peringatan dengan Al-Qur’an kepada orang yang takut akan ancaman Allah, karena memang hanya mereka saja yang mengambil manfaat dari peringatan Allah itu sesuai dengan firman-Nya:

ذٰلِكَ لِمَنْ خَافَ مَقَامِيْ وَخَافَ وَعِيْدِ

Yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (menghadap) ke hadirat-Ku dan takut akan ancaman-Ku.” (Ibrahim/14: 14)

(Tafsir Kemenag)


Baca Juga: Gempa Bumi: Isyarat Alquran


Tafsir Surah Qaf ayat 37-41

0
Tafsir Surah Qaf

Dalam Tafsir Surah Qaf ayat 37-41, mengemukakan tentang kekuasaan Allah yang telah menciptakan langit dengan segala isinya selama enam masa. Kemudian Allah memerintahkan untuk bertasbih memujinya pada saat malam dan siang hari dengan anjuran tasbih secara lengkap di dalam Tafsir Surah Qaf ayat 37-41 di bawah ini.


 Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Qaf ayat 29-36


Ayat 37

Ayat ini menjelaskan bahwa sesungguhnya dalam peristiwa azab ditimpakan kepada mereka benar-benar terdapat peringatan yang sangat jelas bagi mereka yang menggunakan akalnya yang sehat atau menggunakan pandangannya, sambil menyaksikan fakta-fakta kenyataannya sehingga timbul kesadaran dan keinginan mawas diri.

Ayat 38

Dalam ayat ini Allah mengemukakan dalil atas kekuasaan-Nya yaitu bahwa Dia telah menciptakan langit dan bumi dan segala yang berada di antara keduanya dalam enam masa, dan dalam menciptakan benda-benda yang besar yang penuh dengan berbagai keajaiban itu. Dia sama sekali tidak menjadi letih dan lemah. Sebaiknya manusia menjadikan alam kosmos itu untuk bahan pemikiran dan tafakur tentang keindahan dan kesempurnaannya, agar dijadikan media perantaraan untuk mengenal keagungan penciptanya.

Dengan ayat ini, Allah menyatakan kesalahan anggapan orang-orang Yahudi yang mengatakan bahwa Allah telah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari dimulai dengan hari Ahad dan diakhiri dengan hari Jumat dan istirahat pada hari Sabtu, lalu berbaring di atas ‘Arasy singgasana-Nya karena merasa letih. Maka Allah membantah anggapan itu dengan penjelasan bahwa Dia tidak merasakan keletihan sedikit pun. Mahasuci Allah dari segala sifat kekurangan atau kelemahan. Ayat ini sejalan dengan ayat berikut:

اَوَلَمْ يَرَوْا اَنَّ اللّٰهَ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ وَلَمْ يَعْيَ بِخَلْقِهِنَّ بِقٰدِرٍ عَلٰٓى اَنْ يُّحْيِ َۧ الْمَوْتٰى  ۗبَلٰٓى اِنَّهٗ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ   ٣٣ 

Dan tidakkah mereka memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan langit dan bumi dan Dia tidak merasa payah karena men-ciptakannya, dan Dia kuasa menghidupkan yang mati? Begitulah; sungguh, Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (al-Ahqaf/46: 33)


Baca Juga: Hubungan Akhir Surah Al-Waqi’ah dan Awal Surah Al-Hadid Tentang Perintah Bertasbih


Ayat 39

Sekali lagi dalam Tafsir Surah Qaf ayat 37-41 khususnya pada ayat 39 ini Allah memerintahkan Nabi-Nya agar tetap sabar atas ucapan orang musyrik yang mengingkari hari kebangkitan. Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dalam masa yang tidak singkat itu tanpa kelemahan dan keletihan, tentu akan kuasa pula untuk membangkitkan mereka pada hari Kiamat dan membalas dengan perbuatan mereka masing-masing yang baik dengan pahala, yang buruk dengan siksa. Hal itu bukanlah suatu yang mustahil bagi Allah.

Allah memerintahkan Nabi-Nya agar menyucikan Dia dengan tasbih sambil memuji-Nya pada waktu-waktu yang telah ditentukan, terutama pada waktu-waktu salat, yaitu sebelum terbit dan sebelum terbenamnya matahari.

Ayat 40

Ayat ini memerintahkan Nabi-Nya, agar bertasbih kepada-Nya di malam hari dan setiap selesai salat, Ibnu ‘Abbas menafsirkan ayat ini dan berkata bahwa salat sebelum terbit matahari ialah salat Subuh, dan sebelum terbenam matahari mencakup salat Dzuhur dan Asar, salat di malam hari mencakup salat Magrib dan Isya, dan setiap selesai salat mencakup salat ba’diyah. Dalam hadis riwayat al-Bukhari dari Ibnu ‘Abbas, dijelaskan bahwa Nabi saw diperintahkan untuk bertasbih setelah selesai salat apa saja. Dan dalam hadis riwayat Muslim, diterangkan bilangan tasbih (Subhanallah) sebanyak 33 kali, tahmid (al-Hamdulillah) 33 kali, dan takbir (Allahu Akbar) 33 kali, dan digenapkan 100 kali dengan bacaan “La ilaha illallah wahdahu la syarikalah, lahul mulku wa lahul hamdu yuhyi wa yumitu wa huwa ‘ala kulli syai’in qadir”. Semua itu dibaca tiap-tiap selesai salat.

Ayat 41

Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kepada Nabi-Nya agar mendengarkan seruan malaikat (Jibril) pada hari Kiamat. Seruan tersebut dilakukan dari tempat yang dekat sehingga dapat didengar oleh sekalian makhluk, “Agar mereka berkumpul untuk dihisab (di Padang Mahsyar).” Lalu mereka keluar semuanya dari kuburnya masing-masing dan datang menghadap kehadiran Allah seperti belalang yang bertaburan.

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya: Tafsir Surah Qaf ayat 42-45


Tafsir Surah Qaf ayat 29-36

0
Tafsir Surah Qaf

Tafsir Surah Qaf ayat 29-36 menggambarkan tentang kehidupan neraka dan syurga. Betapa luasnya neraka hingga terdapat percakapan Allah dengan Neraka yang membolehkan dirinya untuk ditambah. Sungguh dalam Tafsir Surah Qaf ayat 29-36 ditegaskan bahwa Allah tidak akan mengazab manusia tanpa adanya kesalahan yang diperbuatnya.

Sedangkan penggambaran syurga dalam Tafsir Surah Qaf ayat 29-36 ini diterangkan bahwa orang-orang yang masuk syurga akan mendapat kenikmatan, mereka juga sangat dihormati oleh para malaikat.


 Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Qaf ayat 19-28


Ayat 29

Keputusan-keputusan yang telah ditetapkan Allah dan ancaman terhadap orang kafir dengan azab yang kekal dalam api neraka tidak dapat diubah lagi. Allah sama sekali tidak akan menganiaya siapa pun, atau mengazab orang tanpa kesalahan, atau mengganti seseorang yang diazab dengan orang lain, dan sebagainya.

Ayat 30

Nabi Muhammad diperintahkan Allah untuk memberi peringatan kepada kaumnya pada hari Allah akan berfirman kepada neraka Jahanam, “Apakah kamu sudah penuh?” Neraka Jahanam menjawab bahwa ia belum penuh dan boleh ditambah lagi.

Ayat 30 ini menunjukkan betapa luas dan dalamnya neraka Jahanam. Jin dan manusia dilemparkan ke dalamnya sekelompok demi sekelompok sehingga penuh sesak.

Percakapan dan tanya jawab ini dikemukakan secara tamsil agar lebih mudah ditanggapi dan agar lebih jelas gambaran peristiwanya.

Ibnu ‘Abbas dalam menafsirkan ayat ini menerangkan bahwa Allah telah bersumpah dalam ayat:

لَمَنْ تَبِعَكَ مِنْهُمْ لَاَمْلَـَٔنَّ جَهَنَّمَ مِنْكُمْ اَجْمَعِيْنَ

Sesungguhnya barang siapa di antara mereka ada yang mengikutimu, pasti akan Aku isi neraka Jahanam dengan kamu semua. (al-A’raf/7: 18)

Ayat 31

Ayat ini menerangkan bahwa orang-orang yang bertakwa berada di depan surga. Mereka melihat segala macam kenikmatan dan kegembiraan yang telah dijanjikan Allah kepada mereka dalam Al-Qur’an, segala macam kenikmatan dan kelezatan tidak ada habisnya, bahkan kekal selama-lamanya. Semua itu sebagai penghargaan kepada orang-orang yang bertakwa.

Ayat 32

Ayat ini menerangkan ketika orang-orang bertakwa berada di depan surga, malaikat berkata kepada mereka: bahwa yang di depan mereka adalah kenikmatan yang telah dijanjikan oleh Tuhan kepada mereka dengan perantaraan para rasul-Nya dan tertulis dalam kitab-kitab-Nya yaitu kepada setiap hamba Allah yang selalu kembali dengan bertobat kepada Allah. Mereka selalu memohon ampunan atas dosa-dosanya dan mereka selalu berusaha untuk memelihara semua peraturan-peraturan-Nya.


Baca Juga: Bidadari Surga dan Esensi Ganjaran Ukhrawi


Ayat 33

Mereka takut kepada Allah Yang Maha Pemurah, sedangkan Dia tidak terlihat oleh mereka, dan mereka menghadap ke hadirat Allah dengan hati yang bertobat dan tunduk kepada-Nya.

Ayat 34

Para malaikat berkata kepada mereka dengan penuh penghormatan bahwa mereka dipersilakan masuk ke dalam surga itu dengan aman dan sentosa. Ayat ini menjelaskan kepada orang-orang yang dipersilakan memasuki surga itu bahwa hari tersebut adalah kekal abadi, itulah tempat kediaman yang langgeng. Mereka tidak akan mati atau pindah dari surga.

Ayat 35

Ayat ini mengungkapkan bahwa bagi mereka di dalam surga itu disediakan kenikmatan apa saja yang mereka ingini, kenikmatan yang belum pernah mereka lihat dengan mata, belum pernah mereka dengar dengan telinga dan belum pernah mereka bayangkan dalam hati, dan di samping kenikmatan yang tidak terkira itu, ada lagi tambahan dari Allah yaitu dapat melihat wajah Allah yang merupakan puncak dari segala kenikmatan seperti dalam firman-Nya:

لِلَّذِيْنَ اَحْسَنُوا الْحُسْنٰى وَزِيَادَةٌ

Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya (kenikmatan melihat Allah). (Yunus/10: 26)

Ayat 36

Allah menjelaskan bahwa banyak sekali di antara umat manusia sebelum Nabi Muhammad seperti kaum ‘Ad, Samud, Tubba’, dan lain-lain, tubuh dan kekuatan fisik mereka jauh lebih kuat daripada manusia sekarang. Mereka telah menjelajahi beberapa negeri, melaksanakan berbagai usaha untuk mencari rezeki dan menumpuk kekayaan dengan segala macam kecerdikan, tetapi ternyata mereka tidak dapat menghin-darkan diri dari azab Allah. Mereka semuanya telah binasa akibat kekufuran kepada Allah dan pembangkangan terhadap seruan para rasul-Nya. Apakah mereka itu dapat lolos atau dapat menghindarkan diri dari kebinasaan itu?

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya: Tafsir Surah Qaf ayat 37-41


Tafsir Surah Qaf Ayat 19-28  

0
Tafsir Surah Qaf

Tafsir Surah Qaf Ayat 19-28 menjelaskan tentang penolakan Allah terhadap pengakuan orang-orang kafir ketika mereka menghadapi sakaratulmaut di hari kiamat. Dalam Tafsir Surah Qaf Ayat 19-28 diterangkan akan dahsyatnya sakaratulmaut.

Kemudian Tafsir Surah Qaf ayat 19-28 menceritakan tentang hari kebangkitan, yang mana pada hari itu semua manusia dihadapkan kepada Allah didampingi oleh dua malaikat yang bertugas untuk mencatat kebaikan dan keburukannya. Pada hari itu semua perbuatan akan diadili oleh Allah swt.


 Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Qaf ayat 16-18


Ayat 19

Setelah adanya keingkaran orang-orang kafir terhadap hari kebangkitan maka dalam ayat ini Allah menolak keingkaran dan kekafiran mereka dengan keterangan bahwa mereka akan meyakini kebenaran firman Allah itu, ketika mereka menghadapi sakaratulmaut dan pada hari Kiamat. Bila telah datang sakaratulmaut, terbukalah kenyataan yang sebenarnya dan timbullah keyakinan akan datangnya hari kebangkitan; sakaratulmaut benar-benar membuka tabir, yang selalu mereka hindari. Sekarang bagi mereka tidak ada tempat berlindung atau pelarian lagi. Dalam hadis yang sahih diterangkan bahwa Nabi Muhammad ketika menghadapi ajalnya bersabda, “Subhanallah, Mahasuci Allah, sesungguhnya sakaratulmaut ini mengandung kedahsyatan.”

Ayat 20

Dan ditiupkan sangkakala dengan tiupan yang kedua kalinya. Pertama tiupan hancurnya dunia, kedua tiupan kebangkitan. Selanjutnya tibalah hari Kiamat yang mengandung banyak azab bagi orang-orang kafir. Rasulullah saw bersabda:

كَيْفَ أَنْعَمُ وَصَاحِبُ الْقَرْنِ قَدِ الْتَقَمَ الْقَرْنَ وَحَنَى جَبْهَتَهُ يَنْتَظِرُ مَتَى يُؤْمَرُ أَنْ يَنْفُخَ. قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ مَاذَا نَقُوْلُ؟ قَالَ: قُوْلُوْا: حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ. (رواه ابن حبان)

Bagaimana aku akan bersenang-senang padahal malaikat pemilik atau peniup sangkakala sudah meletakkan sangkakala di mulutnya, dan menundukkan dahinya menunggu perintah untuk meniup. Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apa yang harus kami baca (menghadapi peristiwa yang dahsyat itu)?” Beliau bersabda, “Bacalah: Hasbunallahu wa ni’mal-wakil.” (Riwayat Ibnu Hibban)

Ayat 21

Ayat ini menerangkan bahwa tiap-tiap diri akan datang kepada Tuhannya pada hari Kiamat dengan disertai malaikat pengiring dan malaikat penyaksi atas segala amal perbuatannya ketika hidup di dunia.

Ayat 22

Allah menegaskan kepada manusia yang ketika hidupnya di dunia penuh dengan kelengahan dalam menghadapi hari Kiamat yang hebat dan dahsyat, “Sesungguhnya manusia berada dalam kelalaian tentang adanya hari Kiamat yang hebat dan dahsyat ini. Allah menyingkapkan dinding dan tabir yang selalu menghalang-halangi pandangannya, sekarang ini ia dapat melihat dengan matanya sendiri, apa yang dahulu selalu ia ingkari.

Pandangan manusia pada hari itu amat tajam, menghilangkan segala keragu-raguan, akan tetapi apa gunanya kesadaran dan keinsafan ini, setelah ia berada di akhirat?” Mestinya kesadaran dan keinsafan mereka miliki dahulu ketika masih berada di dunia.


Baca Juga: Tafsir Surat Al-Mulk Ayat 8-11: Penyesalan Orang yang Ingkar di Hari Kiamat


Ayat 23

Malaikat yang menyertai dia berkata, “Inilah anak Adam yang di-serahkan kepadaku untuk mengawasinya, sekarang telah aku hadirkan dia beserta kitab amalnya agar dia diadili oleh Tuhan seadil-adilnya.”

Ayat 24-26

Allah berfirman kepada dua malaikat yang menggiring dan menyaksikan, “Agar mereka berdua melemparkan ke dalam neraka semua orang kafir yang sangat ingkar dan keras kepala, yaitu orang-orang yang sangat menghalangi kebajikan, menolak kewajiban-kewajiban yang diserahkan kepada mereka, yang melanggar batas-batas norma pergaulan dengan melakukan kezaliman, dan penuh dengan keraguan tentang ada-nya Allah dan kebenaran agamanya. Mereka yang mempersekutukan Allah dengan menyembah selain Allah, dilemparkan ke dalam api neraka yang azabnya pedih sekali.

Ayat 27

Setan yang menyertai orang kafir menolak tuduhan bahwa dialah yang menyesatkan dari jalan yang benar dengan mengatakan, “Ya Tuhan kami, aku tidak menyesatkannya, akan tetapi dia sendiri yang selalu berada dalam kesesatan yang jauh sekali.”

Ayat 28

Allah berfirman kepada manusia dan setan yang menyesatkannya agar mereka tidak bertengkar di hadapan Allah, karena Dia telah cukup memberi petunjuk dengan wahyu, al-Kitab, kepada para rasul, disertai dengan hujjah-hujjah yang nyata dan telah memberi ancaman kepada-nya.”

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya: Tafsir Surah Qaf ayat 29-36


Tafsir Surah Ghafir Ayat 79-80

0
Tafsir Surah Ghafir
Tafsir Surah Ghafir

Tafsir Surah Ghafir Ayat 79-80 secara umum membahas tentang dua hal. Pertama tentang binatang ternak yang disampaikan dalam ayat ini, beberapa mufassir menilai yang dimaksud adalah unta.

Lalu perkara kedua yang diulas dalam Tafsir Surah Ghafir Ayat 79-80 adalah tentang kendaraan laut, beberapa mufassir menilai bahwa kendaraan laut bisa berupa apa saja, seperti; kapal atau transportasi lainnya.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah GhafirAyat 77-78


Ayat 79-80

Kebanyakan ahli tafsir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan binatang ternak dalam ayat ini ialah unta, karena binatang itulah yang sesuai dengan sifat-sifat yang disebutkan pada ayat ini. Ibnu Katsir berpendapat bahwa yang dimaksud adalah unta, sapi, dan kambing.

Unta berguna untuk dimakan, diperah susunya, digunakan untuk mengangkut barang yang berat dan ditunggangi dalam bepergian. Sapi bisa dimanfaatkan untuk dimakan dagingnya, diperah susunya, dan digunakan tenaganya untuk membajak tanah.

Sedangkan kambing bisa dimakan dagingnya dan diperah susunya. Semua binatang itu bisa dimanfaatkan bulu, kulit, dan rambutnya. Firman Allah:;

وَاللّٰهُ جَعَلَ لَكُمْ مِّنْۢ بُيُوْتِكُمْ سَكَنًا وَّجَعَلَ لَكُمْ مِّنْ جُلُوْدِ الْاَنْعَامِ بُيُوْتًا تَسْتَخِفُّوْنَهَا يَوْمَ ظَعْنِكُمْ وَيَوْمَ اِقَامَتِكُمْ ۙ وَمِنْ اَصْوَافِهَا وَاَوْبَارِهَا وَاَشْعَارِهَآ اَثَاثًا وَّمَتَاعًا اِلٰى حِيْنٍ

…Dan Dia menjadikan bagimu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit hewan ternak yang kamu merasa ringan (membawa)nya pada waktu kamu bepergian dan pada waktu kamu bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu unta, dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan kesenangan sampai waktu (tertentu). (an-Nahl/16: 80).

Dan firman-Nya:

وَالْاَنْعَامَ خَلَقَهَا لَكُمْ فِيْهَا دِفْءٌ وَّمَنَافِعُ وَمِنْهَا تَأْكُلُوْنَ   ٥  وَلَكُمْ فِيْهَا جَمَالٌ حِيْنَ تُرِيْحُوْنَ وَحِيْنَ تَسْرَحُوْنَۖ  ٦  وَتَحْمِلُ اَثْقَالَكُمْ اِلٰى بَلَدٍ لَّمْ تَكُوْنُوْا بٰلِغِيْهِ اِلَّا بِشِقِّ الْاَنْفُسِۗ اِنَّ رَبَّكُمْ لَرَءُوْفٌ رَّحِيْمٌۙ  ٧

Dan hewan ternak telah diciptakan-Nya, untuk kamu padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai manfaat, dan sebagiannya kamu makan. Dan kamu memperoleh keindahan padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya (ke tempat penggembalaan). Dan ia mengangkut beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu tidak sanggup mencapainya, kecuali dengan susah payah. Sungguh, Tuhanmu Maha Pengasih, Maha Penyayang. (an-Nahl/16: 5-7).


Baca Juga : Isyarat Pelestarian Alam Dibalik Kisah Nabi Shalih, Unta dan Kaum Tsamud


Unta adalah binatang yang paling banyak digunakan oleh orang-orang yang hidup di padang pasir, seakan-akan unta itu tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan mereka.

Untalah yang membawa mereka ke berbagai negeri dalam usaha perdagangan. Unta merupakan sahabat setia mereka jika mereka berada di tengah-tengah padang pasir luas.

Oleh karena itu, jika unta dikemukakan oleh ayat-ayat ini kepada orang-orang Arab, sebagai salah satu binatang yang besar manfaatnya, maka maksud perumpamaan itu bisa dipahami oleh pikiran mereka.

Pada zaman Pertengahan, bangsa Arab merupakan bangsa yang menghubungkan negeri Barat dan Timur. Pada waktu itu, terjadi perdagangan dari Timur ke Barat, membawa rempah-rempah ke Barat, dan membawa hasil kerajinan ke Timur.

Di Timur, rempah-rempah itu dibawa ke Arab Selatan atau ke Teluk Persia, kemudian barang itu dibawa ke Turki melalui padang pasir yang luas. Sarana angkutan utama yang digunakan oleh orang Arab waktu itu adalah binatang unta.

Selain memberikan contoh manfaat binatang ternak yaitu susu, tenaga, dan lain sebagainya, ayat ini menggarisbawahi penerapannya secara luas untuk transportasi, khususnya dalam istilah bahtera, yang secara generik berarti bahtera kapal laut, artinya wahana perjalanan laut.

Akan tetapi, kalau melihat bahwa Al-Qur’an adalah kitab suci terakhir yang diturunkan untuk manusia sampai akhir zaman maka kata bahtera itu perlu diperluas artinya hingga semua wahana transportasi baik di laut, danau, sungai, rawa, maupun darat. Termasuk juga untuk wahana transportasi di udara (atmosfer) atau di luar angkasa dimana tidak ada udara.

Oleh karena itu, wahana transportasi itu meliputi kereta api, kereta api kilat (shinkansen di Jepang), sky lift (line) (kendaraan yang bergantung dan bergerak di udara di atas seutas kabel, sampai hovercraft yaitu kendaraan di paya-paya atau rawa.

Termasuk ke dalamnya kendaraan speedboat yang melayang di atas permukaan air dan bisa meluncur dengan sesekali menyentuh permukaan air dan bergerak beberapa centimeter di atasnya. Ke dalam kategori ini ada pula levitation train yang terangkat beberapa sentimeter di atas rel dan tidak menyentuhnya.

Oleh karena itu, kendaraan itu bergerak tanpa gesekan yang menghambat gerakan dari rel. Kereta api bisa melayang tanpa menyentuh rel karena bermuatan magnit yang sama dengan rel sehingga terjadi tolak menolak antara kereta dengan rel sehingga akibatnya kereta api melayang (levitate) bergerak tanpa bersentuhan dengan permukaan rel sehingga bebas dari gesekan.

Deretan wahana itu bisa direvisi ulang dengan kendaraan angkasa seperti pesawat terbang sampai kendaraan luar angkasa (outer space) yang berbentuk roket dan satelit.

Tentu saja daftar wahana di darat, laut, maupun udara ini perlu direvisi dengan penemuan kendaraan baru sesuai dengan kemajuan teknologi, tetapi pada dasarnya semua bentuk dan wahana transportasi yang dipakai manusia berpindah, bergerak, dan berdinamika untuk lebih mempercepat mencapai sasaran hidup kita yang diridai Allah.

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya : Tafsir Surah Ghafir 81-85


Tafsir Surah Qaf ayat 16-18

0
Tafsir Surah Qaf

Tafsir Surah Qaf ayat 16-18 menjelaskan tentang Allah yang Maha Mengetahui apa yang ada di dalam diri ciptaan-Nya karena kedekatan Allah dengan ciptaan-Nya diibaratkan sedekat nadi. Kelak pada hari kiamat Allah akan menghidupkan kembali manusia.

Kemudian ditegaskan pula dalam Tafsir Surah Qaf ayat 16-18 bahwasanya Allah tidak menciptakan manusia untuk diazab, akan tetapi untuk dididik dan dibersihkan. Allah juga menciptakan dua malaikat yang berada di sisi manusia, bertugas untuk mencatat amal baik dan buruk.


 Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Qaf Ayat 12-15


Ayat 16

Allah menjelaskan bahwa Dia telah menciptakan manusia dan berkuasa penuh untuk menghidupkannya kembali pada hari Kiamat dan Ia tahu pula apa yang dibisikkan oleh hatinya, baik kebaikan maupun kejahatan. Bisikan hati ini (dalam bahasa Arab) dinamakan hadisun nafsi. Bisikan hati tidak dimintai pertanggungjawaban kecuali jika dikatakan atau dilakukan.

Allah swt lebih dekat kepada manusia daripada urat lehernya sendiri. Ibnu Mardawaih telah meriwayatkan sebuah hadis dari Abu Sa’id bahwa Nabi saw bersabda:

نَزَلَ الله ُمِنِ ابْنِ اٰدَمَ أَرْبَعَ مَنَازِلَ هُوَاَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الوَرِيْدِ هُوَ يَحُوْلُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَهُوَ اٰخِدٌ بِنَاصِيَةِ كُلِّ دَابَّةٍ وَهُوَ مَعَهُمْ أَيْنَمَا كَانُوْا. (رواه ابن مردويه)

Allah dekat kepada manusia (putra Adam) dalam empat keadaan; Ia lebih dekat kepada manusia daripada urat lehernya. Ia seolah-olah dinding antara manusia dengan hatinya. Ia memegang setiap binatang pada ubun-ubunnya, dan Ia bersama dengan manusia di mana saja mereka berada. (Riwayat Ibnu Mardawaih)

Ayat 17

Allah menerangkan bahwa walaupun Ia mengetahui setiap perbuatan hamba-hamba-Nya, namun Ia memerintahkan dua malaikat untuk mencatat segala ucapan dan perbuatan hamba-hamba-Nya, padahal Ia sendiri lebih dekat dari pada urat leher manusia itu sendiri. Malaikat itu ada di sebelah kanan mencatat kebaikan dan yang satu lagi di sebelah kirinya mencatat kejahatan.


Baca Juga: Apakah Iblis Termasuk Golongan Malaikat atau Bukan? Ini Kata Ulama


Ayat 18

Dalam Tafsir Surah Qaf ayat 16-18, khususnya pada ayat ini diterangkan bahwa tugas yang dibebankan kepada kedua malaikat itu ialah bahwa tiada satu kata pun yang diucapkan seseorang kecuali di sampingnya malaikat yang mengawasi dan mencatat perbuatannya.

Al-Hasan al-Basri dalam menafsirkan ayat ini berkata, “Wahai anak-anak Adam, telah disiapkan untuk kamu sebuah daftar dan telah ditugasi malaikat untuk mencatat segala amalanmu, yang satu di sebelah kanan dan yang satu lagi di sebelah kiri. Adapun yang berada di sebelah kananmu ialah yang mencatat kebaikan dan yang satu lagi di kirimu mencatat kejahatan. Oleh karena itu, terserah kepadamu, apakah kamu mau memperkecil atau memperbesar amal atau perbuatan jahatmu, kamu diberi kebebasan dan bertanggung jawab terhadapnya, dan nanti setelah mati, daftar itu ditutup dan digantungkan pada lehermu, masuk bersama-sama engkau ke dalam kubur sampai kamu dibangkitkan pada hari Kiamat, dan ketika itulah Allah akan berfirman:

وَكُلَّ اِنْسَانٍ اَلْزَمْنٰهُ طٰۤىِٕرَهٗ فِيْ عُنُقِهٖۗ وَنُخْرِجُ لَهٗ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ كِتٰبًا يَّلْقٰىهُ مَنْشُوْرًا  ١٣  اِقْرَأْ كِتَابَكَۗ  كَفٰى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيْبًاۗ  ١٤ 

Dan setiap manusia telah Kami kalungkan (catatan) amal perbuatannya di lehernya. Dan pada hari Kiamat Kami keluarkan baginya sebuah kitab dalam keadaan terbuka. “Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada hari ini sebagai penghitung atas dirimu.” (al-Isra’/17: 13-14)

Kemudian al-Hasan al-Basri berkata, “Demi Allah, adil benar Tuhan yang menjadikan dirimu sebagai penghisab atas dirimu sendiri.” Abu Usamah meriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda, “Malaikat yang mencatat kebajikan memimpin malaikat yang mencatat kejahatan. Jika manusia berbuat kebajikan, malaikat di sebelah kanan itu mencatat sepuluh kebajikan, tetapi jika manusia berbuat suatu kejahatan, ia berkata kepada yang di sebelah kiri, ‘Tunggu dulu tujuh jam, barangkali ia membaca tasbih memohon ampunan.”

Hadis itu mengandung hikmah karena adanya malaikat di kanan dan kiri manusia mencatat perbuatannya. Allah tidak menciptakan manusia untuk diazab, akan tetapi untuk dididik dan dibersihkan. Setiap penderitaan itu bertujuan untuk meningkatkan daya tahan dan melatih kesabaran. Setiap benda biasanya lebih banyak mengandung kemanfaatan daripada kemudaratan, dan Allah menciptakan manusia dengan tujuan-tujuan yang mulia bagi manusia sendiri. Kebaikan itu yang pokok, sedangkan kejahatan itu datang kemudian. Benda (materi) pokoknya mengandung kemanfaatan sedangkan mudaratnya datang kemudian. Unsur yang empat pun demikian: api, angin, air dan tanah pokoknya untuk kemanfaatan manusia. Kebakaran, angin topan, banjir, dan gempa bumi datangnya kemudian.

Perbuatan yang baik adalah yang pokok bagi manusia, dan kejahatan datang kemudian. Manusia diberi kebebasan dan pertanggungjawaban sepenuhnya dan oleh karena itu, siapa yang berbuat kejahatan janganlah ia mencela kecuali kepada dirinya sendiri.

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya: Tafsir Surah Qaf ayat 19-28


Tafsir Surah Qaf Ayat 12-15

0
Tafsir Surah Qaf

Dalam Tafsir Surah Qaf Ayat 12-15 memperlihatkan kekuasaan Allah Sang Maha Pencipta. Allah menghidupkan dan mematikan semua makhluk yang ada di alam semesta. Bahkan para ilmuwan percaya bahwa hingga saat ini alam masih terus berkembang.

Oleh sebab itu, di awal Tafsir Surah Qaf Ayat 12-15 kembali memperingati orang-orang kafir Mekah dengan azab yang pedih, azab yang pernah ditimpakan Allah kepada umat-umat terdahulu.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Qaf ayat 6-11


Ayat 12-14

Allah memberikan peringatan kepada orang-orang kafir Mekah dengan azab yang pedih seperti yang pernah ditimpakan kepada umat-umat yang dahulu, yang mendustakan para rasul yang diutus Allah sebelum Muhammad saw. Mereka mendapat berbagai azab dan malape-taka.

Kaum Nuh adalah umat yang pertama kali mendustakan nabi-Nya. Berdakwah selama 950 tahun tidak ada yang beriman kecuali delapan puluhan orang, akhirnya dibinasakan oleh Allah swt dengan banjir topan.

Kaum Rass, kaumnya Nabi Syuaib mereka menyiksa dan membunuh nabi-Nya dalam sumur, maka Allah menghancurkan mereka di sumur yang mereka mendirikan patung di sekelilingnya.

Kaum Samud kaumnya Nabi Saleh dihancurkan dengan gempa. Kaum ‘Ad kaumnya Nabi Hud dihancurkan dengan angin. Fir’aun ditenggelamkan Allah dalam laut. Kaum Lut yang melakukan sodomi, negerinya dibalikkan. Penduduk Aikah, kaumnya Nabi Syuaib, juga dibinasakan oleh Allah.

Kaum Tubba’ al-Himyari dari Yaman juga dibinasakan oleh Allah. Mereka semua mendustakan para rasul, maka layaklah mereka dihancurkan sebagaimana yang diancamkan oleh Allah kepada mereka.


Baca Juga: Kisah perilaku Homoseksual Kaum Nabi Luth


Ayat 15

Dalam ayat ini, Allah dengan cara yang halus dan mendalam memperlihatkan tanda-tanda kekuasaan-Nya dengan mengatakan, “Kami yang telah menciptakan sekalian makhluk dari permulaannya tanpa bantuan siapa pun, apakah Kami lelah dan letih untuk menciptakan makhluk-makhluk itu kedua kalinya, yang menurut pengalaman membuat kedua kalinya itu lebih mudah daripada menciptakannya yang pertama?”

Dinyatakan dalam firman-Nya sebagai berikut:

وَهُوَ الَّذِيْ يَبْدَؤُا الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيْدُهٗ وَهُوَ اَهْوَنُ عَلَيْهِ

Dan Dialah yang memulai penciptaan, kemudian mengulanginya kembali, dan itu lebih mudah bagi-Nya. (Rum/30: 27)

Demikian pula firman-Nya:

وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًا وَّنَسِيَ خَلْقَهٗۗ قَالَ مَنْ يُّحْيِ الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيْمٌ   ٧٨  قُلْ يُحْيِيْهَا الَّذِيْٓ اَنْشَاَهَآ اَوَّلَ مَرَّةٍ ۗوَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيْمٌ ۙ  ٧٩ 

Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan asal kejadi-annya; dia berkata, “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang, yang telah hancur luluh?” Katakanlah (Muhammad), “Yang akan menghidupkannya ialah (Allah) yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk. (Yasin/36: 78-79)

Berbicara mengenai penciptaan, Allah membuat pernyataan bahwa proses penciptaan masih terus berlanjut, baik untuk makhluk hidup maupun benda mati. Indikasinya dapat dilihat juga pada beberapa ayat di bawah ini:

وَّالْخَيْلَ وَالْبِغَالَ وَالْحَمِيْرَ لِتَرْكَبُوْهَا وَزِيْنَةًۗ وَيَخْلُقُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ  ٨

Dan kuda, bagal, dan keledai, agar kamu menungganginya dan sebagai perhiasan. Dan Dia menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya. (an-Nahl/16: 8)

وَاللّٰهُ خَلَقَ كُلَّ دَاۤبَّةٍ مِّنْ مَّاۤءٍۚ فَمِنْهُمْ مَّنْ يَّمْشِيْ عَلٰى بَطْنِهٖۚ وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّمْشِيْ عَلٰى رِجْلَيْنِۚ وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّمْشِيْ عَلٰٓى اَرْبَعٍۗ يَخْلُقُ اللّٰهُ مَا يَشَاۤءُۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ  ٤٥

Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki, sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (an-Nur/24: 45)

Tafsir Surah Qaf Ayat 12-15, khususnya Dua ayat di atas, dan dari sekian banyak ayat lainnya, memperlihatkan bahwa Allah terus melaksanakan Penciptaan, dan tidak pernah berhenti. Penciptaan diindikasikan sebagai suatu proses yang terus berjalan. Dari sudut ilmu pengetahuan, keadaan demikian ini terlihat jelas. Secara perlahan, para peneliti mulai menyadari dan mengerti bahwa banyak fenomena alam yang berada pada posisi sedang berkembang. Salah satu bukti adalah terjadinya evolusi jenis yang terus berkembang. Ditemukan banyak bukti dalam bentuk fosil yang memperlihatkan adanya jenis-jenis yang mempunyai “bentuk antara” dari dua jenis yang eksis pada saat ini.

Beberapa contoh di atas hanyalah sedikit dari sekian banyak bukti. Masih banyak yang belum terungkap. Apa yang kita ketahui saat ini hanyalah bagian kecil dari puncak gunung es yang muncul di atas air. Sedangkan bagian besar dari gunung es, yang berada di bawah permukaan air, sama sekali belum diketahui.

Banyak peneliti menyadari bahwa kemampuan alam untuk mengatur dirinya didasarkan pada kemampuan fundamental dan misterius dari alam semesta. Bukti bahwa alam memiliki kekuatan yang kreatif, dan mampu menciptakan berbagai variasi struktur dan bentuk yang kompleks, seringkali membatalkan hukum-hukum alam yang sebelumnya dibuat manusia. Dengan demikian, tidaklah berlebihan apabila beberapa ahli filosofi menyatakan bahwa alam semesta, yang sementara ini dianggap sebagai benda mati, adalah sesuatu yang sangat kreatif.

Apabila penciptaan itu belum selesai, tentunya banyak “barang baru”, yang sebelumnya belum pernah ada, yang muncul di alam semesta. Banyak ilmuwan percaya bahwa alam semesta ini masih terus berkembang. Ini dikenal di antara para ilmuwan dengan nama teori ekspansi.

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya: Tafsir Surah Qaf ayat 16-18


Tafsir Surah Qaf ayat 6-11

0
Tafsir Surah Qaf

Tafsir Surah Qaf ayat 6-11 diawali dengan perintah Allah kepada orang kafir untuk memandang langit dan berpikir tentang kekuasaan Allah yang terhampar di atas langit.

Tafsir Surah Qaf ayat 6-11 terbagi menjadi dua pembahasan, pertama penjelasan mengenai kekuasaan Allah yang ada di langit dan juga bumi. Meliputi penciptaan bintang hingga keindahan bumi. Kedua, membahas cara Allah menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang ada di bumi. Begitu besar kekuasaan Allah, semoga dengan membaca tafsir singkat kemenag ini dapat menambah keimanan dan ketaqwaan kita.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Qaf Ayat 1-5


Ayat 6

Allah memerintahkan kepada orang kafir yang mengingkari hari kebangkitan agar mereka memandang ke langit yang ada di atas mereka untuk dijadikan bahan pemikiran, bagaimana Allah telah meninggikan langit itu tanpa tiang dan menghiasnya dengan berbagai bintang yang gemerlapan, sedangkan langit itu tidak retak sedikit pun. Dari segi ilmu pengetahuan, menurut penemuan terakhir dinyatakan bahwa langit itu merupakan benda kolosal yang homogen yang tidak dilapisi dengan benda-benda yang retak dan kosong, akan tetapi padat diisi dengan sejenis benda halus yang bernama ether (al-asir) dan benda yang halus ini diketahui karena menjadi tempat lalu lintasnya nur atau cahaya.

Di antara bintang-bintang itu, ada yang jauhnya dari bumi dengan jarak kecepatan cahaya dalam masa lebih dari satu juta setengah tahun, sedangkan matahari kita sendiri jauhnya dari bumi hanya dengan jarak kecepatan cahaya selama delapan menit dan delapan belas detik. Silakan membayangkan betapa jauhnya sebagian bintang yang ada di angkasa itu. Cahaya yang dipancarkan oleh bintang itu ke bumi melalui ether itu dan seandainya benda halus itu tidak ada, tentu cahayanya akan terputus. Oleh karena itu, dalam ayat ini dinyatakan bahwa langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikit pun.

Ayat 7

Allah menerangkan bahwa Dia telah menghamparkan bumi bagi kediaman manusia dan meletakkan beberapa gunung yang berfungsi sebagai pasak bumi agar bumi tidak goyah, kukuh dan stabil, dan pada lereng-lerengnya ditumbuhkan berbagai tumbuh-tumbuhan yang indah permai sangat mengagumkan karena pemandangannya yang cantik itu.

Ayat 8

Pada ayat ini dijelaskan bahwa sengaja dibuat pemandangan-pemandangan yang indah itu agar manusia ingat kepada Penciptanya, taat dan bertobat kepada-Nya. Langit yang begitu tinggi yang dihias dengan bintang-bintang agar dijadikan bahan renungan dan pemikiran, alangkah agungnya dan alangkah kuasanya Allah. Bumi yang dihamparkan untuk kediaman manusia dihiasi dengan berbagai tumbuhan yang buahnya dimanfaatkan oleh manusia dan binatang ternak, semuanya itu harus dijadikan pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba Allah yang kembali mengingat-Nya.


Baca Juga: Kuffar dalam Al-Quran Tidak Selalu Bermakna Orang-Orang Kafir, Lalu…


Ayat 9

Pada ayat ini Allah menerangkan bagaimana cara menumbuhkan tumbuh-tumbuhan itu, yaitu menurunkan dari langit air hujan yang banyak manfaatnya untuk menumbuhkan tanaman dan pohon-pohon yang berbuah, terutama tumbuh-tumbuhan dan biji tanamannya dapat dituai seperti padi, gandum, jagung, dan sebagainya.

Ayat 10-11

Allah menumbuhkan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun sebagai rezeki bagi hamba-hamba-Nya.

Dalam ayat ini Allah tidak menyebutkan bahwa rezeki itu bagi hamba-hamba-Nya yang suka mengingat Allah seperti diuraikan-Nya pada ayat kedelapan, sebab rezeki itu lebih umum. Seorang yang kembali mengingat Allah memakan rezeki itu sambil mensyukuri nikmat Allah, sedangkan yang lain memakannya seperti binatang saja, tidak ingat kepada pemberi nikmat tersebut. Allah menghidupkan bumi yang kering dan tandus setelah turun hujan dengan berbagai tanaman yang beraneka ragam. Dan seperti itu pula terjadinya kebangkitan pada hari Kiamat. Setiap petani yang selalu mengolah ladang dan sawahnya harus selalu ingat dan bersiap-siap untuk menghadapi hari kebangkitan dengan ketakwaan dan amal kebajikan.


Baca Juga: Tafsir Ayat-ayat Tumbuhan Kemenag RI: dari Ragam Tanaman hingga Etika Lingkungan


Tafsir Surah Qaf ayat 6-11, khususnya 9-11 merupakan suatu kesatuan yang menyatakan manfaat air. Banyaknya manfaat air dapat dirasakan langsung oleh manusia, mulai dari kebutuhan pokok sebagai air minum, memasak, mencuci, pertanian, pemanfatannya untuk industri dan pengolahan bahan-bahan, sampai pada sarana transportasi. Pada ayat tersebut di atas dinyatakan bahwa dengan kehendak Allah lah air turun ke permukaan bumi dalam bentuk hujan. Contoh manfaat ditekankan pada peran air pada pertumbuhan tanaman. Semua tumbuhan, termasuk sumber pangan manusia, baik tumbuhan rendah seperti biji-bijian (bisa dimasukkan ke dalamnya perdu, rerumputan, jamur, lumut, ganggang dan bahkan bakteri) maupun pohon-pohonan yang besar seperti halnya kurma, memerlukan air untuk pertumbuhannya. Ayat-ayat tersebut di atas seolah mengatakan bahwa melalui daur air, Allah memberikan rezeki bagi makhluk ciptaan-Nya. Hanya dengan keberadaan air, tanah akan dapat menjadi media tumbuh bagi tanaman di atasnya. Maka tanah yang tandus pun apabila diberikan air akan dapat ditumbuhi. Proses pertumbuhan tanaman pada tanah tandus yang mendapatkan air sering dipakai untuk menggambarkan kejadian kebangkitan manusia di alam akhirat (lihat: Yunus/10: 24, Fussilat/41: 39, az-Zukhruf/43: 11)

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya: Tafsir Surah Qaf ayat 12-15


Tafsir Surah Qaf Ayat 1-5

0
Tafsir Surah Qaf

Permulaan Tafsir Surah Qaf Ayat 1-5 diawali dengan penjelasan huruf muqatha’ah “Qaaf”, biasanya sebagai ungkapan mengenai pentingnya pembahasan yang ada di dalamnya. Selain itu, dalam Tafsir Surah Qaf Ayat 1-5 Allah bersumpah dengan kitab-Nya Alquran bahwasanya Nabi Muhammad adalah utusannya.

Secara ringkas Tafsir Surah Qaf Ayat 1-5 menceritakan orang-orang di zaman Jahiliah yang mengingkari Rasulullah. Padahal Nabi Muhammad telah datang dengan membawa kebenaran dan peringatan.


Baca Juga: Bagaimana Tafsir atas Huruf Muqattaah?


Ayat 1

Telah diungkapkan sebelum ini bahwa huruf-huruf abjad yang ada pada permulaan surah biasanya memperingatkan betapa pentingnya perkara yang disebut kemudian, dan sering sekali yang disebut itu ialah sifat Al-Qur’an seperti yang disebutkan di sini.

Dalam ayat ini, Allah bersumpah dengan kitab-Nya, yang mengandung banyak berkah dan kebajikan (Al-Qur’an) yang sangat mulia bahwa Nabi Muhammad benar-benar seorang utusan-Nya yang memberi peringatan kepada kaumnya tentang adanya hari kebangkitan. Senada dengan pernyataan ini, dalam permulaan Surah Yasin juga telah diterangkan bahwa Nabi Muhammad sungguh-sungguh adalah salah seorang rasul yang diutus agar memberi peringatan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum pernah diberi peringatan. Oleh karena itu, mereka lalai dan disebut zaman Jahiliah.

Ayat 2

Mereka mengingkari kerasulan Nabi Muhammad, bahkan mereka itu bukan saja ragu-ragu dan mengingkari kerasulannya, malahan mereka tercengang karena telah datang kepada mereka seorang manusia yang memberi peringatan dari kalangan mereka sendiri. Mereka memandang sungguh aneh bahwa Allah mengutus seorang manusia seperti mereka sendiri, yang biasa makan-minum dan berkeluarga, yang biasa tidur dan kadang-kadang kena penyakit.

Mereka membayangkan bahwa seorang utusan Allah itu mesti malaikat seperti diterangkan dalam firman Allah:

اَبَشَرًا مِّنَّا وَاحِدًا نَّتَّبِعُهٗٓ

Bagaimana kita akan mengikuti seorang manusia (biasa) di antara kita? (al-Qamar/54: 24)

Dan firman Allah:

قَالُوْٓا اِنْ اَنْتُمْ اِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُنَا

Mereka berkata, “Kamu hanyalah manusia seperti kami juga.” (Ibrahim/14: 10)

Ayat 3

Setelah mereka memperlihatkan rasa terkejutnya tentang kerasulan Muhammad saw itu, mereka dengan penuh rasa keingkaran dan cemoohan berkata, “Apakah kami setelah mati dan setelah tulang-belulang kami menjadi tanah dan berserakan di dalam bumi, akan kembali hidup lagi?” Mereka memandang bahwa bangkit dari kubur itu suatu hal yang mustahil, yang tidak mungkin terjadi dan sama sekali tidak masuk akal, karena mereka mengukur kekuasaan Allah sama dengan kekuasaan mereka.


Baca Juga: Tafsir Surah Yasin ayat 51-52: Penyesalan di Hari Kebangkitan


Ayat 4

Allah mengemukakan dalil atas kebangkitan dari kubur karena Allah sungguh mengetahui apa yang telah dimakan dan dihancurkan oleh bumi dari tubuh-tubuh mereka, ke mana dari bagian-bagian tubuh manusia itu berpindah atau bergeser dan kemudian menjadi apa, sebab semua kejadian itu perinciannya ada di sisi Allah. Seluruhnya tercatat dan terpelihara dalam kitab yang menggambarkan bahwa tidak sulit bagi Allah untuk menghidupkan mereka kembali pada hari Kiamat, hari yang pasti akan datang.

Ayat 5

Sesungguhnya mereka telah mendustakan kerasulan Muhammad saw, Rasul yang diperkuat dengan mukjizat. Bila mereka mendustakan berita-berita yang dibawa oleh Rasulullah saw hal itu lebih meng-akibatkan celaka karena telah memutuskan hubungan antara Allah dengan rasul-Nya yang paling terhormat dan dicintai sebagai Sayyidul-Mur-salin.

Karena itu mereka terus-menerus berada dalam keadaan kacau-balau. Mereka mengingkari kerasulan dari kalangan manusia dan mereka ber-anggapan bahwa yang patut menjadi utusan Allah itu hanyalah mereka yang mempunyai kedudukan dan keturunan yang tinggi. Ucapan mereka itu disebut oleh Allah dalam firman-Nya:

لَوْلَا نُزِّلَ هٰذَا الْقُرْاٰنُ عَلٰى رَجُلٍ مِّنَ الْقَرْيَتَيْنِ عَظِيْمٍ

Mengapa Al-Qur’an ini tidak diturunkan kepada orang besar (kaya dan berpengaruh) dari salah satu dua negeri ini (Mekah dan Taif)?” (az-Zukhruf/43: 31)

Lebih celaka lagi karena mereka memandang Nabi itu sebagai seorang tukang sihir, dukun atau orang gila. Ucapan dan pandangan mereka itu menunjukkan bahwa mereka tidak tetap dalam pendirian, tidak tahu apa yang mereka ucapkan dan pikiran mereka selalu kacau-balau.

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya: Tafsir Surah Qaf ayat 6-11


Perbedaan Riwayat dalam Sabab Nuzul Ayat Bersedekah (Bagian 1)

0
Perbedaan riwayat sabab nuzul dalam ayat sedekah
Perbedaan riwayat sabab nuzul dalam ayat sedekah

Dialektika yang terjadi antara Alquran dan pembacanya di era awal tak jarang menjadi ‘pembentuk’ narasi Alquran itu sendiri. Literatur ilmu Alquran menyebut hal tersebut sebagai sabab nuzul atau sebab turunnya ayat Alquran.

Di antara sekian banyak ayat yang memiliki sabab nuzul, ada setidaknya dua himpunan ayat yang cukup populer di kalangan pegiat kajian Alquran, ayat khamr dan riba. Kejelasan dinamika yang terjadi agaknya menjadi alasan yang cukup kuat bagi popularitas keduanya, terutama berkaitan dengan masalah tasyri‘ yang memiliki persinggungan yang cukup erat.

Baca juga: Konsep Taaddud As-Sabab Wa An-Nazil Wahid di Dalam Ulumul Al-Quran (Bagian 2)

Di luar ‘dominasi’ dua tema tersebut, penulis mendapati sebuah riwayat dalam teks kitab al-‘Ushfuriyyah yang berisi penjelasan urutan turunnya ayat pahala bersedekah. Menjadi menarik karena teks kitab tersebut merupakan teks yang berasal dari ‘luar’ tradisi kajian Alquran. Seberapa menariknya riwayat tersebut? Mari kita simak ulasannya.

al-‘Ushfuriyyah

al-‘Ushfuriyyah atau al-Mawa‘idz al-‘Ushfuriyyah adalah teks kitab yang berisi petuah-petuah (al-mawa‘idz) bijak yang disajikan dengan metode riwayah, entah itu berasal dari hadis, atsar, atau bahkan kisah para ulama di masa lalu. Kitab tersebut ditulis oleh Syekh Muhammad bin Abu Bakr al-‘Ushfuriy.

Ukuran kitabnya yang cukup tipis agaknya memiliki relevansi terhadap nama yang disematkan, yang merupakan nisbat dari kata ‘ushfur, yang secara literal berarti burung kecil. Mungkin juga ‘ushfur yang dimaksud merupakan nisbat kepada penulisnya, wallahu a‘lam, penulis belum mendapati alasannya secara pasti.

Kitab ini sejatinya merupakan syarah dari kompilasi hadis yang teramat masyhur yang disebut dengan al-Arba‘in, atau kompilasi berisi 40 hadis. Namun demikian, penulis juga belum mendapati Arba‘in versi siapa yang dipilih sebagai teks primer. Hal ini mengingat terdapat banyak versi kitab Arba‘in.

Sabab Nuzul Ayat Sedekah

Riwayat yang penulis temukan dalam teks kitab tersebut, yang menjadi inti pembahasan tulisan ini merupakan riwayat yang diberikan oleh Abdullah bin ‘Umar. Riwayat ini berada di bawah hadis pokok Arba‘in ke 11, dari Ja‘far bin Muhammad tentang sedekah yang dilakukan oleh Sayyidina ‘Ali ra. Secara lengkap, riwayat tersebut berbunyi:

وَرُوِيَ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا لَمَّا نَزَلَتْ هذِهِ الآيَةُ فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ قُلْتُ يَارَبِّ هذَا قَلِيْلٌ فِي حَقِّ أمَّتِي قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ إِنْ قَلَّلْتَ هذَا فَلْتَكُنْ الحَسَنَةُ الوَاحِدَةُ بِحَسَنَتَيْنِ قَوْلُهُ تَعَالى اولئِكَ يُؤْتَوْنَ أَجْرَهُمْ مَرَّتَيْنِ بِمَا صَبَرُوْا قُلْتُ يَارَبِّ هذَا قَلِيْلٌ فِي حَقِّ أمَّتِي قَالَ فَلْيَكُنْ بِحَسَنَةٍ وَاحِدَةٍ عَشْرُ أَمْثَالِهَا قَوْلُهُ تَعالى مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا قُلْتُ يَارَبِّ هذَا أَيْضًا قَلِيْلٌ فِي حَقِّ أمَّتِي قَالَ الله فَلْيَكُنْ بِحَسَنَةٍ وَاحِدَةٍ سَبْعُمِاَئةٍ قَوْلُهُ تَعَالى مَثَلُ الذِيْنَ بُنْفِقُوْنَ أَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَارَبِّ زِدْ لِأُمَّتِي فَنَزَلَتْ هذه الآية مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفُهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيْرَةً قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يارب زِدْ لِأُمَّتِي فَنَزَلَتْ هذه الآية إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرِيْنَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ.

“Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Umar r.a., ketika ayat 7 dari surah Al-Zalzalah [99] turun, Saya (Rasulullah) berkata, “(Pahala) ini (terlalu) sedikit untuk umatku.” Allah bersabda, “Jika engkau menganggap sedikit hal ini maka satu kebaikan akan bernilai dua kebaikan (surah Al-Qashash [28]: 54)”. Saya (Rasulullah) berkata, “(Pahala) ini (terlalu) sedikit untuk umatku.” Allah bersabda, “Maka satu kebaikan akan bernilai sepuluh kebaikan (surah Al-An‘am [6]: 160)”. Saya (Rasulullah) berkata, “(Pahala) ini juga (terlalu) sedikit untuk umatku.” Allah bersabda, “Maka satu kebaikan akan bernilai 700 kebaikan (surah Al-Baqarah [2]: 261)”. Rasulullah saw. berkata, “Ya Tuhanku, tambahkanlah untuk umatku”, maka turun ayat 245 dari surah Al-Baqarah [2]. Rasulullah saw. berkata, “Ya Tuhanku, tambahkanlah untuk umatku”, maka turun ayat 10 dari surah Az-Zumar [39].”

Dari riwayat tersebut diketahui bahwa pahala bersedekah setidaknya terangkum dalam kandungan enam ayat Alquran. Keenam ayat tersebut secara berturut-turut sesuai dengan riwayat yang ada adalah surah Azzalzalah [99]: 7, surah Alqashash [28]: 54, surah Alan‘am [6]: 160, surah Albaqarah [2]: 261, surah Albaqarah [2]: 245, dan surah Azzumar [39]: 10.

Baca juga: Tafsir Surah Albaqarah Ayat 215: Skala Prioritas dalam Sedekah

Menarik jika urutan ini diperbandingkan dengan literatur mainstream dalam kajian Alquran, misalnya seperti al-Tafsir al-Hadits: Tartib al-Suwar Hasb al-Nuzul karya Muhammad ‘Izzah Darwazah. Dalam tafsirnya tersebut, ‘Izzah menyebutkan bahwa enam ayat tersebut turun dengan urutan sebagai berikut: surah Alqashash [28]: 54, surah Alan‘am [6]: 160, surah Azzumar [39]: 10, surah Azzalzalah [99]: 7, dan dua ayat dari surah Albaqarah [2].

Selain itu, riwayat tersebut juga memiliki ‘latar belakang cerita’ yang cukup berbeda dari literatur mainstream kajian Alquran. Riwayat tersebut dengan jelas menceritakan perbincangan ‘tawar-menawar’ Rasulullah dengan Allah. Terlepas dari setting waktu yang sebenarnya terjadi memiliki interval yang cukup panjang, atau memang sekejap, sesuai perbincangan yang ada.

Baca juga: Semangat Filantropi dalam Al-Quran dan Keadilan Ekonomi

Sementara dalam literatur mainstream seperti milik Wahbah al-Zuhailiy, al-Tafsir al-Munir, dijelaskan bahwa penurunan surah Azzalzalah [99] ayat 7 dilatarbelakangi oleh pertentangan antara amal kebaikan yang sedikit dengan perbuatan dosa kecil. Allah lebih menyukai amal kebaikan walaupun itu kecil, sebagaimana dinukil dari Muqatil bin Sulaiman.

Kemudian pada surah Alqashash [28] ayat 54, turunnya ayat tersebut dilatarbelakangi oleh sekelompok sahabat ahli kitab yang berada dalam kebenaran di masa Jahiliyah, lantas beriman ketika Rasulullah diutus. Mereka mendapatkan dua pahala, pahala sebelum beriman dan pahala setelah beriman. Begitu pula dengan empat ayat sisanya.